Di sebuah cafe, ada sekitar 10 orang yang sekarang sudah menjadi alumni pondok pesantren babussalam.
Mereka mengadakan acara pertemuan, untuk mengumpulkan dana pondok, ini sudah menjadi rutinitas 2-3 bulan sekali bagi sebagian alumni.
Karena saat ini, mereka lah yang telah selesai dan yang akan melanjutkan rutinitas ini tiap bulannya.
Mereka saat ini sedang menunggu kedatangan 2 temannya lagi, Zahra dan Yusuf yang belum sampai sejak tadi.
"Kenapa sudah jam 20:00pm belum datang juga, apa mereka tidak jadi ikut di pertemuan kali ini yah?" salah satu teman yang lain sudah bertanya, minuman juga yang mereka pesan sudah habis.
"Harusnya kita adakan pertemuan ini sesudah sholat maghrib, jadi waktu yang ditentukan juga pasti di lewatkan, sampai lah sehabis sholat isya'."
"Karena mungkin, ada sebagian orang yang mengadakan pertemuan seperti kita ini, menganggap temannya akan tetap menunggu sampai semuanya berkumpul."
"Apa, sebaiknya kita mulai saja?" Teman yang lain sudah mulai merasa bosan, menunggu terlalu lama.
"Tunggu saja dulu sebentar lagi! mungkin mereka akan datang, kalau misalnya mereka tidak jadi datang, pasti akan mengabari kita kan?" ucap Arumi.
Dirinya juga menunggu ingin melihat Yusuf, ia ingin mengetahui kabar nya saat ini.
"Arumi benar, palingan juga bentar lagi mereka sampai," sambung Widya.
Akhirnya mereka bercerita akan masuk kampus apa dan dimana, juga saat setelah keluar dari pondok pesantren.
Sebuah motor berhenti di depan cafe tersebut, Zahra dan Yusuf telah sampai.
Salah satu teman disana, melihat 2 orang itu berboncengan.
"Eh, lihat deh. Zahra sama Yusuf pacaran gak sih, menurut kalian? kenapa selalu bareng terus,kemana pun pasti berdua, boncengan pula."
Kali ini mereka menjadi pusat perhatian, melihat ke arah keduanya yang baru saja turun dari motor.
"Kok boncengan berdua terus yah? gak takut apa jadi fitnah, mereka kan cuma sahabat, bukan mahram."
Deg
"Astaghfirullah," batin Arumi
memegang dadanya, yang terasa sesak.
"Kamu kenapa mi? kamu gak pa-pa kan?" tanya Widya. Mengundang perhatian teman yang lain.
"Kenapa mi?" tanya mereka.
"Aku gak apa kok, kalian tenang aja! aku cuma haus," ucap Arumi.
Langsung meminum minuman nya, sambil melirik ke arah Zahra dan Yusuf, yang menuju dimana mereka duduk saat ini.
"Kemana dulu suf? baru nyampe jam segini, pacaran dulu ya?" tanya Ali teman Yusuf.
Mendengar itu, Widya langsung memukul lengan Ali.
"Apaan sih kamu li, gak boleh pacaran-pacaran dosa tau gak," Widya berkata sedikit marah ke Ali. Lalu menoleh ke arah Arumi yang sejak tadi menunduk.
"Ada-ada aja kamu li," jawab Yusuf sambil melirik Arumi seraya duduk di dekat teman-teman pria.
Berbeda dengan Zahra ia tidak sekalipun membantah, dirinya hanya tersenyum dituduh temannya pacaran dengan Yusuf.
Zahra dan Yusuf sudah berteman sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), kemanapun Yusuf pergi pasti disitu ada Zahra, namun karena saat ini mereka sudah sama-sama dewasa anggapan orang berbeda.
Kedekatan keduanya di anggap lebih dari berteman, apalagi laki-laki dan perempuan, pasti diantara salah satu dari mereka, ada yang menyukai.
Sesak di dada Arumi semakin terasa sakitnya, wajah yang menegang menahan rasa tangis, entah apa yang ia rasakan ini.
Namun dirinya selalu berfikir positif pada Yusuf, mengingat saat Yusuf dulu menelepon dirinya dan mengatakan.
"Aku bersama kedua orang tuaku akan menemui keluarga mu untuk mengkhitbah, insya Allah setelah kita selesai kuliah"
Perasaan senang saat Yusuf mengatakan itu, karena perasaan sayang dan kagum akan dirinya yang cerdas dan baik terhadap Arumi.
Arumi merasa takut kehilangan sosok Yusuf yang baru ia kenal sejak masuk pesantren.
Memang akhir-akhir ini Yusuf dan Arumi jarang berbagi kabar, bisa di bilang tidak sama sekali setelah lulus sekolah dan keluar pondok untuk melanjutkan kuliah.
"Kalian sudah bahas apa saja tadi, apa bisa kita mulai? nanti keburu terlalu malam kita pulang," ucap Yusuf sambil melirik Arumi.
"Kita yang nunggu nya kelamaan disini suf, sampe karatan," ucap Ali.
"Yaelah, kamu mah udah karatan dari lama li," jawab teman-temannya.
Mereka semua tertawa, kecuali Arumi dan Yusuf.
"Lagian, kita janjian kan setelah sholat isya' berangkat, ini sudah mau sholat tahajud baru sampai."
"Maaf ya semuanya, aku tadi masih ada urusan, untung Yusuf nungguin aku," ucap Zahra tersenyum ke arah Yusuf, Yusuf pun membalas senyum.
"Pulangnya nanti aku bareng kamu lagi ya suf? kan berangkat nya bareng, jadi pulang nya juga harus bareng, gak apa kan mi?" ucap Zahra mengembangkan senyumnya.
Di tanya oleh Zahra, Arumi mendongakkan kepalanya dan menjawab.
"Kenapa tanya aku ra, kan yang bawa motor Yusuf bukan aku."
"Tapi aku takut kamu cemburu sama aku, gara-gara boncengan sama Yusuf," ucapnya seperti rasa tidak enak hati.
Arumi jadi merasa gugup dan sedikit rasa malu Zahra berkata seperti itu, karena dirinya memang tidak ada hubungan apapun dengan Yusuf.
"Apa sih maksud kamu ra?"
"Sudah mi ra, kita lanjut saja semua nya," Widya menjadi penengah.
Lalu mereka melanjutkan berdiskusi, mengenai donatur di pondok pesantren babussalam.
...**********...
"Assalamu'alaikum, pagi bunda ayah, zy langsung berangkat ya, takut telat." Berlari dari atas menuruni tangga ke meja makan.
Arumi biasa dipanggil zy oleh keluarganya.
"Wa'alaikum salam, sarapan dulu sebentar ya." Bunda Faza tidak ingin anaknya ini telat makan.
"Kenapa buru-buru nak? duduk dulu sebentar." Ayah Salman tidak suka, jika Arumi melakukan sesuatu dengan buru-buru.
"Iya ayah, bunda, zy takut telat aja ospek pertama di kampus," ucap Arumi sambil menyendok nasi goreng ke piring nya.
"Habis sarapan baru berangkat, jangan terlalu terburu-buru pelan saja makan dan juga ketika berkendara, jaga keselamatan nak." Ayah Salman mengingatkan, bahwa makan itu harus dinikmati bukan seperti cara makannya setan.
Setelah selesai sarapan Arumi berpamitan, untuk segera berangkat ke kampus.
Bersambung💃💃💃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments