Momen yang sederhana dengan waktu yang singkat itu nyatanya begitu terngiang dihati Bian. Gadis kecil yang ia temui secara tidak sengaja di panti asuhan ternyata begitu berkesan untuknya.
Karena urusan keluarganya yang harus tinggal di sana untuk sementara waktu, membuat Bian harus jauh dari teman-teman lamanya dan mengakibatkan harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang masih terasa asing baginya.
Ia yang tak pandai bersosial agaknya kesulitan untuk berteman dengan seseorang, dan gadis kecil itu lha yang mampu membuatnya sedikit nyaman tinggal di lingkungan baru.
Meski tak setiap hari bertemu, hanya 1 atau 2 kali dalam seminggu tak membuat hubungan keduanya canggung, Bian yang biasanya agak sulit di dekati tampak ramah dengan gadis kecil itu. Tingkah lucu dan kehangatan dari gadis kecil itu berhasil meluluhkan hatinya yang dingin, ia seolah bicara dengan adiknya sendiri.
Setelah hampir 5 bulan ia tinggal di kota tersebut, banyak kenangan indah yang ia dapat dari anak-anak panti asuhan yang rutin ia datangi setiap minggunya bersama kedua orang tuanya.
Meski berlangsung singkat, nyatanya ia cukup bahagia dengan lingkungan barunya tersebut, meski sebelumnya ia sempat khawatir tidak bisa beradaptasi dengan baik disana.
"Kakak, apa nanti kakak akan kesini lagi?" Ucap gadis kecil itu melihat Bian yang akan pergi.
"Em.. " Bian butuh waktu untuk menjawabnya, ia berhenti sejenak seolah mencari kata yang tepat agar tak menyakiti hati gadis kecil itu.
"Kakak tidak bisa janji ya, tapi kalau ada waktu pasti kakak akan kesini lagi nemuin kamu dan yang lainya." Balas Bian kemudian, dengan mencoba tersenyum menenangkan gadis kecil yang berbeda 3 tahun darinya itu.
Wajah gadis kecil itu terlihat murung mendengar jawaban dari Bian, tapi dengan cepat ia merubah ekspresinya dengan tersenyum.
"Janji ya..." Ucapnya kemudian sambil menyodorkan jari kelingkingnya, memberi isyarat pada Bian kalau ia harus membuat janji denganya.
Meski awalnya agak bingung, namun dengan segera ia membalas uluran tanganya, dan tersenyum ke arah gadis kecil itu sambil mengelus lembut puncak kepalanya.
Benar, ia dan keluarga harus meninggalkan kota ini, tepat 5 bulan yang lalu ia datang bersama keluarganya untuk memberi sumbangan pada panti asuhan tersebut, yang merupakan salah satu agenda rutin yang selalu dijalankan oleh keluarganya.
Bian yang saat itu berusia 7 tahun mendapat kenangan berharga dari waktu singkatnya bersama anak-anak panti asuhan.
......................
Pukul 20.15 malam.
Di salah satu kamar yang cukup luas, memperlihatkan pria dewasa dengan postur tubuh ideal dan paras yang rupawan, tengah tertidur dengan tenangnya dibawah sorot lampu terang.
Ia terbangun tiba-tiba dari tidurnya dengan nafas tersengal seolah terbangun dari mimpi buruk.
"Sial, kenapa jadi memimpikan itu lagi." Ucapnya sembari mengusap mukanya dengan kasar.
Perhatianya teralihkan ketika mendengar bunyi telfon di samping tempat tidurnya. Ia mencoba meraihnya, dan terlihat senang begitu melihat nama pada layar ponselnya.
Dengan segera mencoba merubah ekspresi dan nada suaranya.
"Halo." Ucapnya dengan nada lembut pada si penelfon.
"Kamu pasti masih tidur kan, ayo turun aku sudah bawain kamu makanan nih." Ucap si penelfon dengan semangat.
Dengan segera lelaki tersebut turun dari ranjang tempat tidurnya, dan berbegas keluar menemui si penelfon yang tak lain adalah teman masa kecilnya, yang nampaknya cukup spesial baginya mengingat ia begitu senang hanya dengan melihat namanya.
"Hai Bian, baru bangun nih. Welcome..." Seru seorang cowok dengan senyum cerah begitu melihat Bian turun dari tangga.
Ada sedikit kekecewaan pada raut wajah Bian melihat sahabatnya Adnan, karena mengira gadis tersebut bakal datang sendirian.
"Welcome Bian, I miss you so much." Seru gadis tersebut berlari menghampiri Bian lalu memeluknya dengan manja.
Bian terlihat senang dan membalas pelukan gadis yang bernama Adel itu dengan hangat.
"I miss you too, Adel." Balasnya dengan lembut dengan senyum merekah di wajahnya.
Meski enggan melihat Adnan, ia tetap memeluk sahabatnya itu, mengingat mereka yang memang berteman, dan telah lama juga tak saling bertemu.
Namun, ekspresi Bian tak luput dari pengamatan Adnan. Hanya senyuman kecil dari Adnan melihat ekspresi masam Bian.
"Sejak kapan kalian datang, kok aku gak dengar sih." Ucap Bian kemudian.
"Baru kok, mungkin 15 menit yang lalu." Jawab Adel.
"Hah! udah lumayan lama dong, kok aku gak denger apa-apa ya?."
"Ya wajar lha, lu pasti masih kecapean habis dari perjalanan jauh ." Balas Adnan.
"Iya bener, kayanya juga aku masih jet lag deh."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments