Sesuai rencana, Shofi akhirnya mendaftarkan Keinan untuk bersekolah di taman kanak-kanak yang terletak di dekat kampus Hamzah, tidak jauh juga dari kantor perusahaan SR Group tempat Shofi bekerja. Jadi Shofi dan Hamzah bisa lebih mudah dalam mengantar-jemput Keinan.
Keinan sudah mulai masuk sekolah di tahun pelajaran baru ini. Shofi yang selalu mengantar Keinan untuk berangkat ke sekolah setiap paginya. Dan pulang sekolah nanti Keinan akan dijemput oleh Hamzah.
Syukur alhamdulillah Keinan bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolah barunya. Tidak ada masalah yang berarti. Hanya saja, terkadang ada satu dua orang teman Keinan yang mengejek Keinan karena mereka tau Keinan tidak memiliki seorang ayah.
Seperti hari ini. Saat sedang menyantap bekal makanannya bersama dengan teman-temannya yang lain, tiba-tiba saja ada dua orang anak yang menghampiri Keinan kemudian mendorong kotak bekal makanan milik Keinan sampai akhirnya kotak bekal tersebut pun terjatuh.
"Minggir sana. Aku mau duduk disini," kata Fahri, anak laki-laki yang tadi mendorong kotak bekal makanan Keinan sampai jatuh.
"Iya, minggir kamu. Anak yang nggak punya ayah kayak kamu nggak pantes duduk disini bareng kita semua," sambung Haikal, teman Fahri.
Keinan menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan, mencoba untuk menahan emosinya sendiri. Keinan ingat kalau bundanya selalu menasehati dirinya untuk selalu bersabar dan tidak boleh membalas perlakuan buruk seseorang kepada kita. Kalau kita membalas, lalu apa bedanya kita dengan mereka? Itu yang selalu diajarkan oleh bundanya kepada Keinan.
"Kalau kalian mau duduk disini, bilang aja baik-baik, aku pasti kasih kok. Nggak perlu kalian harus kasar kayak gini," kata Keinan.
Keinan kemudian bangun dari duduknya.
"Aku pindah bukan karena aku takut dengan kalian. Aku cuma nggak mau memperpanjang masalah," lanjut Keinan lagi.
Keinan berjongkok untuk mengambil kotak bekalnya dan memunguti makanannya yang sudah jatuh. Keinan kemudian membuang makanannya yang sudah kotor tersebut ke tempat sampah kemudian mencuci tangannya di wastafel yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.
'Maaf Yaa Allah, bukannya Keinan mau buang-buang makanan, tapi emang makanannya udah kotor. Maaf ya Bunda, bekal buatan Bunda jadi terbuang sia-sia deh,' kata batin Keinan dengan wajah murung.
☘️☘️☘️
Siang ini Hamzah kebetulan ada kelas dan pulangnya bersamaan dengan jam pulang sekolah Keinan. Tadi pagi Hamzah dan Shofi juga sudah berpesan kepada Keinan untuk menunggu Hamzah di dalam area sekolah saja, jangan keluar.
Dan disinilah sekarang Keinan, menunggu jemputan dari Hamzah sembari duduk di ayunan di taman bermain sekolahnya.
Keinan melamun. Teringat dengan ejekan-ejekan yang sering dia dapat dari teman-temannya, baik ketika di rumah maupun ketika di sekolah. Ada rasa sedih tersendiri yang dirasakan oleh bocah kecil itu. Dalam hati kecilnya, dia juga sangat menginginkan untuk memiliki seorang ayah, seperti teman-temannya yang lain.
"Yaa Allah, Keinan juga pengen punya ayah kayak temen-temen Keinan yang lain. Keinan juga pengen ngerasain disayang sama ayah, dianterin ke sekolah sama ayah, dijemput, diajak main, diajak jalan-jalan, diajak jajan. Kapan Yaa Allah, Keinan bisa punya ayah baru? Tolong kasih Keinan ayah yang baru ya, Yaa Allah," ucap lugu bocah kecil itu seraya mengangkat wajahnya menghadap ke langit.
Tidak jauh dari taman bermain sekolah Keinan, seorang pemuda nampak memperhatikan tingkah laku Keinan dari beberapa saat yang lalu. Pemuda tersebut kemudian berjalan menghampiri Keinan dan mendudukkan dirinya di ayunan di sebelah Keinan.
"Hai. Lagi nunggu jemputan ya?" tanya pemuda itu ramah.
Keinan melihat ke arah pemuda tersebut. Tetapi kemudian mengalihkan pandangannya lagi.
"Iya, Om," jawab Keinan seperlunya.
Tiba-tiba saja pemuda tersebut mengulurkan tangan kanannya kepada Keinan.
"Kenalin, nama Om Awan. Kamu boleh panggil Om dengan panggilan Om Awan," kata Awan, pemuda tersebut.
"Maaf. Bunda bilang aku nggak boleh kenalan sama sembarangan orang," balas Keinan.
Bukannya kaget, Awan justru tersenyum mendengar perkataan dari bocah kecil di hadapannya itu.
"Bunda kamu emang bener sih. Tapi Om ini bukan orang jahat kok. Om kesini cuma mau nemenin kamu aja. Soalnya dari tadi Om perhatiin kamu sendirian, jadi Om pengen nemenin kamu," kata Awan menjelaskan.
Keinan masih diam.
"Kamu lihat nggak kafe di sebelah sana?" tanya Awan seraya menunjuk kafe di seberang jalan, tidak jauh dari sekolah Keinan.
"Om Awan kerja disana. Tadi kebetulan Om habis nganterin pesanan dari guru-guru kamu buat makan siang, makanya Om ada disini," lanjut Awan.
Keinan mengikuti arah jari telunjuk Awan dan melihat kafe di seberang jalan itu. Keinan kemudian kembali mengalihkan perhatiannya ke arah pemuda yang sedang duduk di sebelahnya. Dan memang benar, pemuda tersebut sama sekali tidak terlihat seperti orang jahat. Bahkan wajah Om ini juga sangat ganteng, begitu pikir Keinan.
"Jadi, Om boleh kenalan sama kamu nggak?" tanya Awan seraya kembali mengulurkan tangan kanannya lagi.
Sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya Keinan menerima juga uluran tangan pemuda tersebut.
"Nama aku Keinan, Om," jawab Keinan.
"Oh, Keinan ya? Nama Om Awan. Keinan boleh panggil Om Awan aja, ya," balas Awan.
"Iya, Om," kata Keinan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
sedih banget, ingin aja ngeracun bapak nya
2024-02-20
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
anak kecil sekarang sudah pintar membully, kebanyakan lihat sinetron
2024-02-20
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●ιиɑ͜͡✦MojiU୧⍤⃝💐≁
wah ngegantung rupanya. so lanjutt lagi!!!
2024-02-13
13