Sore ini sepulang dari kantor Shofi sedikit merasa heran. Pasalnya Shofi tidak mendapati Keinan menunggu dirinya di teras rumah seperti biasanya.
"Assalamu'alaikum," sapa Shofi seraya memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam. Eh, kakak udah pulang," jawab Hamzah sekaligus menyapa setelah dirinya mengangkat wajahnya dari layar laptopnya dan melihat kakaknya itu masuk ke dalam rumah.
"Udah Dek. Oh iya, Keinan mana? Tumben nggak nungguin di depan?" tanya Shofi.
"Di kamar, Kak. Nggak tau kenapa. Dari sepulang ngaji tadi langsung masuk kamar dan belum keluar lagi," jawab Hamzah.
"Oh, oke. Kalau gitu kakak masuk dulu ya, Dek," pamit Shofi.
"Iya, Kak," balas Hamzah yang kemudian kembali menekuni layar laptopnya lagi.
Shofi kemudian melanjutkan langkahnya. Menyapa sang ibu yang seperti biasa sedang berada di dapur kemudian berjalan menuju ke kamarnya.
"Assalamu'alaikum," salam Shofi seraya membuka pintu kamarnya.
Shofi bisa melihat Keinan yang sedang duduk membelakangi dirinya dengan meletakkan kepalanya di atas meja belajarnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Keinan setelah mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah pintu kamar.
Keinan kemudian turun dari kursinya dan berlari menghampiri Shofi.
"Bunda," panggil Keinan seraya masuk ke dalam pelukan Shofi yang sudah berjongkok dengan merentangkan kedua tangannya.
"Sayangnya Bunda kenapa? Kok murung gini?" tanya Shofi dengan mengusap-usap lembut kepala Keinan.
Keinan menggelengkan kepalanya beberapa kali. Bangkit dari pelukan sang Bunda, Keinan kemudian menunjukkan senyuman manisnya.
"Bunda mandi dulu ya, biar seger," kata Keinan dengan tetap tersenyum, meyakinkan sang Bunda.
Shofi mengernyitkan keningnya. Tapi dia berusaha memahami putranya yang masih enggan untuk bercerita kepada dirinya.
"Ya udah, kalau gitu Bunda mandi dulu, ya," kata Shofi.
Keinan menganggukkan kepalanya beberapa kali, masih dengan senyuman manisnya. Shofi mencium puncak kepala putranya itu. Meletakkan tasnya di atas meja kemudian mengambil handuk dari dalam lemari. Setelah itu Shofi bergegas masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamarnya tersebut.
☘️☘️☘️
Saat ini Shofi sedang duduk di atas tempat tidur seraya mengusap-usap kepala Keinan yang sedang berbaring di pangkuannya.
"Bunda, besok Kei nggak mau berangkat ngaji lagi," kata Keinan tiba-tiba.
"Loh, kenapa sayang? Kok nggak mau berangkat ngaji lagi?" tanya Shofi heran.
Keinan terdiam. Nampak berat untuk menceritakan sesuatu.
"Keinan," panggil Shofi.
"Keinan nggak mau diejekin sama temen-temen lagi, Bun," lirih Keinan pada akhirnya.
Deg.
Hati Shofi mencelos seketika mendengar perkataan putranya itu. Lagi-lagi pasti karena masalah yang sama. Ya, Keinan memang seringkali dijadikan bahan olok-olokan oleh teman-teman bermainnya yang lain karena tidak memiliki seorang ayah.
"Mereka selalu ngeledekin Keinan karena Keinan nggak punya ayah sedangkan mereka punya," lanjut Keinan terdengar sengau.
Pasti kedua mata bocah kecil itu sudah berkaca-kaca sekarang. Hal yang sama yang juga dialami oleh Shofi saat ini.
"Kenapa ayah harus pergi, Bun? Keinan kan juga mau punya ayah seperti teman-teman Keinan yang lain," lirih Keinan lagi.
Shofi menghapus setetes air mata yang mengalir tanpa ijin di pipinya. Menarik nafas dalam untuk menguatkan hatinya sendiri. Shofi kemudian meraih wajah putranya itu agar menghadap ke arah dirinya. Senyuman lembut Shofi perlihatkan kepada putra kesayangannya itu.
"Keinan sayang, meskipun Keinan nggak punya ayah, kan Keinan punya Bunda, punya nenek, punya Om Hamzah. Dan kami semua sangat menyayangi Keinan," kata Shofi.
"Ayah pergi karena memang ayah harus pergi, sayang. Ayah memiliki kebahagiaan ayah sendiri, meskipun itu bukan dengan kita. Tapi meskipun tanpa ayah, bukankah selama ini Keinan dan Bunda juga bisa hidup bahagia bersama dengan nenek dan juga Om Hamzah? Jadi Keinan harus bersyukur untuk itu semua, ya sayang, ya," lanjut Shofi lagi.
Air mata Keinan sudah mengalir. Shofi menghapus air mata di pipi putranya itu kemudian mengangkat tubuh kecil Keinan lalu memeluknya penuh sayang.
"Allah Subhanahu wata'ala pasti memiliki rencana yang indah untuk Keinan dan juga Bunda. Kita hanya harus bersabar dalam menjalani semua rencana dari Allah Subhanahu wata'ala ini, sayang. Teruslah berdo'a dan memohon kepada Allah Subhanahu wata'ala, agar Keinan diberikan hati yang lapang, ya sayang, ya."
"Kalau Keinan berdo'a sama Allah dan minta diberikan ayah yang baru boleh kan, Bun?" tanya polos Keinan seraya mengangkat kepalanya dari dekapan bundanya.
Shofi tertawa kecil mendengar pertanyaan putranya tersebut.
"Memangnya Keinan mau punya ayah yang baru?"
"Mau, Bun. Kalau ayah barunya sayang sama Keinan dan Bunda, Keinan mau," Keinan menjawab dengan bersemangat.
Tawa Shofi semakin kencang. Diusaknya gemas rambut putranya itu.
"Dasar kamu itu, ada-ada aja."
Keinan mengerucutkan bibirnya membuat Shofi semakin gemas.
"Keinan serius Bunda," keluh Keinan.
"Iya sayang, iya," kata Shofi di sela-sela tawanya. "Tapi Keinan harus selalu ingat pesan Bunda, nggak boleh membalas mengejek teman-teman Keinan, oke? Keinan hanya harus bersikap cuek dan nggak perlu menghiraukan semua perkataan mereka," pesan Shofi yang mendadak menjadi mode serius.
"Iya Bunda, Keinan tau kok. Kalau Keinan membalas, berarti Keinan sama aja dong kayak mereka."
"Nah, pinter anaknya Bunda," puji Shofi seraya kembali memeluk Keinan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Surya Hermawan
kisah keinan dah aku baca tp bundanya baru buka/nemu
2024-11-14
0
🇩ҽɯι ₳Ɽ₳ 🌀🖌
sedih ya bun, kalau anak di bully
2024-03-04
20
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎
sedih banget ya klo anak di olok olok teman teman y krn gk Puy ayah pasti hati Kenan lebih sedih lg krn dengar setiap denger kata2 olokan teman y bagai belagi menusuk hati & jantung
2024-02-23
20