Aku Bisa Tanpamu
"Yeay, Bunda pulang," pekik girang seorang anak laki-laki.
Anak laki-laki berusia empat tahun itu berlari kecil menyambut ibunya yang baru saja turun dari sepeda motor matic warna hitamnya.
Sang ibu lalu berjongkok dan menyambut putra kecilnya itu ke dalam pelukannya.
"Assalamu'alaikum, sayangnya Bunda," sapa sang ibu seraya tersenyum lembut.
"Wa'alaikumsalam, Bunda," jawab anak laki-laki tersebut ikut tersenyum juga.
"Wa'alaikumsalam," seorang pemuda di belakang anak laki-laki itu juga ikut menjawab.
"Keinan tadi nungguin Bunda, ya?" tanya sang ibu seraya mengangkat tubuh putra kecilnya itu dan menggendongnya.
"Iya. Habis mandi terus Kei sama Om Hamzah nungguin Bunda sambil main mobil-mobilan," jawab Keinan, anak laki-laki itu, dengan nada polosnya.
"Hmm, pantes udah wangi," kata sang ibu seraya mencium badan Keinan. "Tapi Bunda masih bau acem nih habis pulang kerja. Kei lanjutin dulu mainnya sama Om Hamzah, ya. Bunda mau mandi dulu," lanjut Shofi, bunda dari anak kecil bernama Keinan tersebut.
"Oke, Bunda," balas Keinan.
Shofi kemudian menurunkan putra kecilnya itu. Keinan pun kemudian langsung berbalik dan berlari kembali menghampiri sang paman, Hamzah.
"Titip Keinan dulu ya, Dek. Kakak mau mandi dulu," kata Shofi kepada Hamzah.
"Iya, Kak," balas Hamzah.
Hamzah membawa Keinan untuk kembali duduk di teras. Keinan kembali melanjutkan bermain mobil-mobilan dengan ditemani oleh Hamzah. Shofi tersenyum melihat putra dan adiknya yang sedang asyik bermain itu. Shofi kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum, Bu," sapa Shofi kepada ibunya yang sedang memasak di dapur.
"Wa'alaikumsalam. Udah pulang kamu, Kak?" tanya Aminah, ibu dari Shofi dan Hamzah.
"Iya, Bu. Baru aja," jawab Shofi.
"Ya udah, buruan mandi sana," kata Aminah kemudian.
Shofi mengangguk mengiyakan.
"Kakak ke kamar dulu ya, Bu," pamit Shofi.
"Iya, Kak."
Setelah mendapat persetujuan dari ibunya, Shofi kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya, hendak mandi dan membersihkan diri terlebih dahulu.
Dia adalah Shofiyyah Az-Zahra, seorang janda dengan satu orang anak laki-laki. Saat ini Shofi tinggal bersama dengan putranya, Keinan Zubair Al Fatih; ibunya, Aminah ( yang juga seorang janda ); dan adik laki-lakinya, Hamzah.
Shofi bekerja di sebuah perusahaan besar, SR Group, di bagian keuangan. Sementara Aminah berjualan gado-gado, lotek, dan pecel di warung kecil di depan rumah mereka. Sedangkan Hamzah sendiri masih kuliah, semester tujuh, di sebuah universitas negeri di kotanya tersebut.
☘️☘️☘️
Malam harinya.
Hamzah menghampiri Aminah dan Shofi yang sedang membereskan meja makan setelah mereka selesai makan malam bersama tadi.
"Bu, Kak, Hamzah berangkat sekarang, ya," pamit Hamzah kepada ibu dan kakaknya itu.
"Iya, nak. Hati-hati, ya," pesan Aminah.
"Iya, Bu."
"Hati-hati ya, Dek," pesan Shofi juga.
"Pasti, Kak," balas Hamzah seraya memakai tas ransel di punggungnya.
Hamzah kemudian mencium punggung tangan kanan ibu dan kakaknya tersebut.
"Hamzah berangkat. Assalamu'alaikum," pamit Hamzah lagi.
"Wa'alaikumsalam," balas Aminah dan Shofi bersamaan.
Hamzah kemudian melangkah keluar rumah. Mengendarai sepeda motor Ninja warna hijau miliknya. Sepeda motor kebanggaannya, hasil dari uang tabungan Hamzah semasa sekolah dulu dengan ditambahi oleh almarhum ayahnya sewaktu beliau masih hidup dahulu.
Itu kenapa sepeda motor itu begitu berarti bagi Hamzah, karena sepeda motor tersebut bisa dibilang adalah kenangan terakhir dari almarhum ayahnya sebelum beliau meninggal karena kecelakaan tujuh tahun yang lalu.
Setiap malam Hamzah memang memiliki pekerjaan sambilan di sebuah kafe. Ya, tentu saja Hamzah ingin sedikit meringankan beban ibu dan juga kakaknya itu.
"Keinan jadi kamu daftarin ke sekolah TK besok itu, Kak?" tanya Aminah kepada Shofi yang sedang mencuci piring kotor bekas makan malam mereka tadi.
"Insya Allah jadi, Bu. Keinan kan udah empat tahun juga," jawab Shofi.
"Jadi yang di deket kampusnya Hamzah itu aja?" tanya Aminah lagi.
"Iya, Bu. Biar pulangnya gampang, bisa dijemput sama Hamzah."
"Ya sudah kalau begitu, ibu ikut keputusan kalian saja."
Aminah dan Shofi sama-sama tersenyum. Begitulah keluarga kecil mereka, selalu harmonis dan penuh kasih sayang. Meski hanya dengan materi yang cukup dan pas-pasan, tetapi Aminah selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk saling menyayangi satu sama lain.
...----------------...
Assalamu'alaikum semuanya 😊
Jumpa lagi di novel ketiga mamah 😘
Kali ini bukan kelanjutan dari novel pertama maupun kedua ya, meski ada serempetannya dikit sih 🤭
Semoga kalian semua juga suka ya dengan novel ketiga mamah ini 😊
Jangan lupa sajennya untuk mamah ya, biar mamah makin semangat lagi 😁
Please favorit kan dulu, setelah itu jangan lupa like, komen, gift, vote, dan rate bintang 5 nya ya 🤗🤗🤗
Terima kasih banyak atas dukungan kalian semua selama ini untuk mamah ya 🙏🙏🙏
BIG THANKS AND HUG FOR YOU ALL,,, LOVE YOU ALL 😘😘😘
Salam sayang 😘
iin nuryati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🇩𝗘𝗪𝗜 𝗠𝗔𝗛𝗔𝗥𝗔𝗡𝗜 🌀🖌
anak yang penuh semangat pasti sukses
2024-03-04
19
🇩𝓮𝔀𝓲 𝓡𝓪𝓽𝓲𝓱🌀🖌
anak pintar, seneng punya anak seperti itu
2024-03-04
21
🇩𝓮𝔀𝓲ᵇᵘⁿᵍᵃ²🌀🖌
nama nya sudah pasti wangi bun
2024-03-04
20