Ditatapnya nanar jalanan pada petang yang cerah itu. Hari Sabtu malam Minggu. Jalanan penuh dengan orang yang berlalu-lalang untuk menikmati akhir pekan. Apa lagi jalanan antara kampus ke mall itu, merupakan lokasi bisnis yang mulai menggeliat kala petang menjelang. Ini akan menyulitkan.
'Kenapa dia selalu ingin membuatku kesal? Dia pasti sengaja memilih jam ini!' batin Ana dongkol.
Ana menyentuh gagang kacamatanya. Kaca bening itu berubah hitam dan gagangnya kemudian memanjang mengelilingi hingga belakang kepalanya. Kacamata itu aman sekarang. Digenggamnya tali tas ransel dengan kuat dan membuat ancang-ancang.
Di depan matanya, lensa kacamatanya berubah jadi layar yang berbeda dan lebih canggih. Manusia yang berada dalam radar kacamatanya berubah jadi titik-titik merah di layar. Ini seperti saat training di basecamp. Dia dapat melihat jalur aman yang bisa dilewatinya tanpa masalah.
Ana mulai berlari.
10 menit telah lewat. Ana terus berlari di sepanjang trotoar yang mulai ramai. Dia mengikuti petunjuk di lensanya untuk berlari zig-zag dan dengan gesit menghindari orang-orang. Melompati beberapa bagian yang tidak rata. Dan dengan perhitungan yang tepat, selalu bisa menghindari lampu merah di persimpangan.
10 menit berikutnya kembali berlalu. Ana terus melaju. Rambut pirangnya yang kuncir kuda, melambai ke kanan dan kiri. Menarik perhatian orang-orang lewat. Sebab, dengan pakaian dan kecepatannya, itu tak bisa disebut joging. Itu lebih mirip lari sprint. Kencang tapi terukur. Tak ada seorangpun yang disenggolnya di sepanjang perjalanan itu.
'Satu blok lagi' batinnya.
Ana terus melaju. Mall besar itu ada di blok depan. Bagian atas gedung itu sudah terlihat dari tempatnya. Dan bilik telepon itu berada di sisi lain jalan.
Ana makin bersemangat. Celakanya, dia justru mempercepat laju larinya 2 detik. Dan itu membuat perhitungan jaraknya jadi amburadul. Dan dengan kecepatan lari sepertinya, dia tak mungkin bisa mengelakkan kekacauan karena perhitungan jarak dan kecepatan yang sudah berantakan.
Dan benar saja.
Insiden pertama adalah di persimpangan depan. Dia sudah mendekati persimpangan, tapi lampu hijau belum menyala.
Di detik ke tiga, persis saat kakinya menapaki konblok trotoar terakhir, lampu tiba-tiba berubah hijau. Tubuhnya yang masih terdorong gaya larinya, tak pelak lagi mengalami kesulitan menghindari mobil yang belum sepenuhnya kosong di jalanan depan.
Insting dan gerak refleksnya menyelamatkannya dari kecelakaan fatal. Dengan bertumpu pada tangan di kap mobil yang melintas, dia melentingkan tubuh hingga salto dua kali di udara, di atas jalanan ramai.
"Whooooaaaa...!"
"Kalian lihat itu?"
"Gesit sekali!"
"Ahh, nyaris sekali!" seru orang-orang di jalan. Semua menaruh perhatian pada gadis tak dikenal yang berlarian di sepanjang jalan, tanpa ada yang mengejar.
Ana mendarat sempurna persis di seberang jalan.
Plak.. plak.. plak....
Orang-orang bertepuk tangan memberinya selamat dan mulai berkerumun.
Ana cepat berdiri kembali dan berusaha mengembalikan ketenangannya. Dia kembali berlari menerobos kerumunan orang yang menonton atraksinya.
Diliriknya jam di pergelangan tangan. Sudah pukul 6:55. Waktu tinggal 5 menit lagi. Ana yakin bisa tiba tepat waktu. Mall itu sudah di depan matanya. Dan bilik telepon ada di belokan jalan sana.
Ana kembali berkonsentrasi menelewati orang-orang yang berada di trotoar. Dia menambah sedikit kecepatan larinya.
Ana baru saja berbelok dan bilik telepon itu tinggal 2 meter lagi.
Kriiingg... kriiiiiing... kriiinggg...!
"Minggir... minggir....!"
Brakkkk!!!
Terdengar suara tabrakan yang sangat keras. Lalu suara benda-benda jatuh.
"Aaaaaahhh...!"
Terdengar teriakan ngeri orang-orang.
"Apa mereka baik-baik saja?"
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
siapa menabrak siapa?
2024-02-20
1
Kustri
ini terlalu canggih, hrs menyesuaikan imajinasi saat baca
2023-10-24
1
Alderlinch
yaahh tabrakan sama siapa nih?
2022-11-21
2