Yang diingat Ana adalah George yang selalu bersikap adil dan bertanggungjawab sebagai atasan. Dia memang selalu membuat para agen berkompetisi secara sehat untuk mendapatkan tugas-tugas tertentu. Memberi beberapa tes tak terduga yang digunakan sebagai bahan penilaian dari waktu ke waktu.
Tapi entah kenapa 2 tahun ini Ana yang biasa turun ke lapangan, tiba-tiba ditarik dan ditugaskan "menjaga" seorang wanita muda, murid sekolah seni dimana dia ditempatkan.
Timnya telah disebar untuk mengawasi gerakan keluarga murid itu 24 jam. Dan Ana bisa bertemu dengan "Objek" dua kali seminggu. Sekali di kelas reguler dan sekali lagi di kelas bimbingan khusus. Selebihnya, gadis remaja itu akan berada dalam pengawasan timnya.
Hanya sesekali dia bisa mendapatkan tugas lapangan. Dan dalam satu bulan ini, dia baru mendapat satu tugas lapangan. Tugas tadi malam, yang dirasanya janggal. Dia merasa seperti kehadirannya telah dinantikan pihak lain. Ada apa sebenarnya? Ana belum menemukan clue untuk membuka kabut misteri.
"Glass house!" teriak sopir dari depan.
"Ya!"
Ana merapikan letak kacamata dan berdiri dari duduknya. Tangannya menjangkau tali pegangan yang tergantung di tiang di tengah bus.
Tubuhnya sedikit terdorong ke depan saat bus berhenti di halte. Ana melangkah menuju pintu bus, tapi segera menepi saat seorang pria menerobos masuk dengan kasar dan terburu-buru. Jaket hitamnya terlihat sedikit berat. Kacamata Ana mencitrakan kesan lebih gelap di beberapa bagian jaket itu.
Ana melihat kilatan aneh pada mata pria itu saat dia melewatinya. Tapi dia sudah berada di luar bus saat menyadari sesuatu.
Ana mengejar bus yang sudah bergerak menjauh.... Dia bisa melihat seseorang menoleh ke arahnya dari bangku baris belakang bus.
Ana terkejut! Dia tak melihat, tapi bisa merasakan seringai jahat dari setengah wajah yang muncul di jendela belakang bus. Dia segera berhenti dan berbalik lari ke arah taman kota dengan rumah kaca di tengahnya.
Ana terus berlari melewati undakan menuju rumah kaca. Dan berlari makin cepat saat dia mendengar lengkingan tinggi penuh kengerian. Itu suara seorang wanita.
Beberapa orang di taman sudah bergegas menuju suara jeritan. Ana menghentikan larinya, dan ikut berjalan membaur bersama yang lainnya, untuk melihat.
Di dalam rumah kaca yang terang, dia bisa melihat seorang gadis rambut sebahu terus memeluk seseorang yang terkulai di pangkuannya.
"Tolong... tolong panggilkan ambulans. Panggilkan polisi. Dia ditusuk seseorang...." Suaranya memohon. Ana mengenali suara itu.
"Gwenn?" Panggilnya.
Gadis itu menoleh. "Shasha!" Matanya penuh harapan.
Ana mendekat. "Ada apa? Siapa dia?" tanya Ana.
"Dia Maya asisten di rumahku. Seseorang tiba-tiba menusuknya saat kami sedang mencari bunga untuk objek lukisanku. Tolong dia Shasha...." Air mata Gwenn tak henti turun.
Ana tak bisa menyembunyikan keterkejutan di matanya. Maya adalah anggotanya yang ditempatkan di rumah Gwenn Alfonso.
Ana menunduk memperhatikan wajah Maya yang pucat. Dia kehilangan banyak darah. Ana meraba denyut nadi di leher Maya. Masih terasa, meskipun lemah. Disingkirkannya tangan Maya yang menutupi luka di bagian ulu hatinya untuk melihat lukanya.
"Tenang, kami akan menyelamatkanmu," kata Ana pada Maya.
Maya membuka matanya mendengar suara Ana. Matanya mengedip beberapa kali. Ana mengerti.
"Tolong, cepat panggil ambulans dan polisi!" teriak Ana pada orang-orang yang menonton di pintu masuk rumah kaca.
Tangan Ana meraih tengkuk Maya. Memindahkannya dari pangkuan Gwenn, agar berbaring datar di lantai. Jarinya dengan terampil meraih sesuatu di kerah kemeja belakang Maya dan melepas alat komunikasi yang masih tertanam di lubang telinganya.
"Sudah saya panggil!"
Ana segera mencari asal suara.
Seorang pria berambut gelap dengan kumis dan jambang yang tidak dicukur teratur, berdiri sedikit di belakang rak bunga. Dia mengenakan apron berkebun warna hijau botol. Sebagian perlengkapan berkebun masih tergantung di pinggangnya.
Mata Ana sedikit menyipit. Dia mungkin adalah petugas rumah kaca ini. Dia terlihat gugup saat Ana memperhatikannya cukup lama.
Perhatian Ana teralih saat mendengar suara sirine ambulans dan mobil patroli polisi. Tak lama langkah-langkah kaki yang berlari terdengar jelas. Dan makin mendekat.
"Minggir... minggir...!"
Orang-orang yang berkerumun di pintu masuk pun tersibak. Mereka memberi jalan pada polisi dan petugas medis untuk mendekat.
Dengan segera garis polisi dipasang. Dan tak lama petugas ambulans datang membawa brankar. Mereka dengan sigap memeriksa dan memastikan Maya masih hidup saat mereka tiba. Lalu dengan cepat memindahkannya ke atas bed untuk di dorong pergi.
Gwenn diijinkan mengikuti Maya ke Rumah Sakit sebagai majikannya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️
oohh dia mjd guru dalam tugas juga?
2024-02-20
1
Dewi
Anak buahnya jd korban
2022-11-21
4
⸙ᵍᵏSari 💚 Ai Shiteru
masih menjadi misteri
2022-08-28
6