Bab_3_Ada tamu

setelah menempuh perjalanan yang menglelah badan terutama hati yang tidak kunjung menemukan tempatnya di hati Bang Aldi, nasib dah.

Alhamdulillah kami dapat ikan sebanyak 6 ekor, 2 kecil 4 yang besar.

"Assalamu'alaikum, Bu..!" Teriakku langsung masuk ke rumah lewat pintu belakang, kalau didepan takut dilihat oleh anak-anak yang lain.

" Wa'alaikum salam Janna, kamu udah pulang. Gimana dalam perjalanan menyenangkan tidak?" Tanynya mengambil ikan hasil tangkapan kami tadi.

" Setengah menyenangkan setengahnya tidak," jawabku.

" Karena ikannya sempat ciumku, Bu" sambungku lagi.

Membuat lbu panti menahan tawa. " Kamu bisa saja Janna, ya udah sana mandi dulu setelah itu shalat dan bantu yang lain didapur, kalau capek tidak perlu dipaksakan istirahat saja," ucapnya lembut sambil tersenyum diakhir.

" Baik Bu dan makasih."

" Iya sama-sama."

Aku tidak terlalu dekat dengan orang lain atau anak panti ini, karena aku lebih nyaman didekat lbu panti serta Bang Aldi,dan aku sudah menganggap nya sebagai keluarga kandung ku sendiri.

Meski aku mencintai Bang Al, aku akan menjaga batasan ku sebagai Abang Adik, meski ia mengaggap ku bercanda dalam ungkapan cinta.

Tapi tidak masalah selama ia selalu ada disaat aku butuhkan dalam keadaan sedih maupun senang.

Walaupun ada dari anak panti yang tidak menyukai ku, akan kedekatanku dengan lbu panti tapi, sudahlah selama tidak membuat masalah. 

" Ibu, tau buku aku ada di ma… ," ucapku terhenti karena ada orang di ruang tamu.

Apa lagi dengan rambutku masih basah, akibat selesai mandi dan sialnya aku tidak terlalu memperhatikan penampilan aku yang asalan.

" Hehe.. maaf ya, salah orang," ujarku langsung pergi, karena melihat tatapan seorang lbu yang tidak menyukai ku.

" Dari atas sampai bawah, kayak diintimidasi didalam penjara saja," delikku.

" Ya ampun Jan.., kenapa penampilan kamu asal- asalan sih."

" Emang orang di ruang tamu itu siapa sih, Bu? Bikin kaget  saja tadi ."

" Nanti lbu ceritakan, sebaiknya kamu ambil cemilan dan air minum yang sudah disiapkan oleh Nita, didapur," katanya sambil berlalu pergi kedepan.

" Baiklah," pasrahku karena penasaran ku belum dijawab maksud kehadiran tamu didepan.

" Nita, sudah selesai biar ak…." 

 " Tidak perlu !" Potongnya

"Sudah cukup kamu mengambil perhatian lbu selama ini, sekarang biar aku yang antar cemilan ini, dasar manja !" Ketusnya berjalan dengan gaya elegan yang dibuat- buat.

" Ini anak kenapa ya?" pikirku.

" Iya nih, sosok an baik rupanya sebaliknya. Ingin menguasai lbu panti seorang diri, cih..! Menj…" sahut teman Nita.

" Hey, kalian ingin apa? Mau pukulan atau tamparan." Keselku memotong ucapan nya.

" Gak usah sok berani deh Lo, karena kami berdua sedangkan Lo sendirian kali ini," senyuman ngejeknya.

" Kalian pikir aku takut tapi salah," aku mengambil panci disana dengan sendok kayu.

" Kalian belum tau kan gimana rasanya  dicium sama panci gosong ini, sekali kena langsung berubah cantik," senyum ku membuat mereka menciut seketika.

" Awas saja nanti kami akan balas, untung ini di rumah lbu," geramnya pergi karena dipanggil lbu, melakukan tugas yang diberikannya.

" Cium dulu panci nya, kasihan loh.. udah  di ditungguin stempel nya disebelah pipi kalian nih," membuat mereka jijik mendengarnya.

" Cium saja sendiri, dasar aneh," ucap mereka masih kedengaran dari jauh.

Enak juga ngerjain mereka meski tidak langsung, emang mereka pikir aku takut dengar gertakan semata karena rasa cemburu akan kasih sayang lbu.

Padahal kasih sayang sama saja, cuma yang bedanya aku tinggal bersama lbu panti dirumahnya, karena aku tidak bisa jauh dari sosok lbu, karena waktu kecil aku sering sakit. Makanya sampai sekarang aku masih disamping lbu, membuat ku tidak ingin menjauh darinya.

" Anak manja, dimana temanku?" Tanya Nita membuat ku kaget tanpa aba-aba datang.

" Bikin kaget saja, mana aku tau. Karena bosan menunggu kamu yang tak jua keluar."Nita mendelik mendengar nya.

" Marah ya, karena bukan kamu yang antar cemilan," ketusnya senang.

" Ogah, marah hal sepele. Malahan aku berterima kasih padamu sudah meringankan bebanku," ucap tak kalah mematahkan semangat nya, untuk membuat ku jatuh.

Membuat mukanya merah dan langsung mengubah ekspresinya senang, meski kesal.

" Sudahlah, yang penting aku tadi sudah melihat pria tampan bersama keluarga kaya raya datang kesini," katanya yang terus berjalan kearah ku, sampai ditelingaku.

Membuat ku berjaga-jaga jikalau Nita melewati batasannya. " Mundur dikit, karena aku masih normal," membuatnya mendelik.

" Kamu pikir aku belok apa?" Marahnya.

Aku hanya mengangkat bahu, tidak tau.

" Kamu….," geramnya yang seakan-akan ingin melahap makanan mentah.

Belum juga mau lanjut ucapan nya Nita, di panggil sama temannya karena penasaran dengan ceritanya saat ia melihat seorang tampan disini.

Membuat ku hampir dimarah sama lbu, karena bukan aku yang mengantar cemilan tadi, dan aku juga memohon pengertian padanya untuk tidak membedakan aku dengan yang lain, karena sama saja dengan mereka tanpa orang tua, masih hidup atau tidak sebuah keluarga impian semua orang.

Entahlah, karena aku tidak terlalu berharap masih ada keluarga atau tidak. Karena aku sudah bahagia ditempat ini.

Meski ada terbesit di dalam hati untuk mempunyai keluarga yang lengkap.

" Hey… bocah," panggil seorang yang begitu asing seasin rasa garam didapur .

" Iya ada apa."sahutku tidak semangat.

" Antarkan saya ke toilet !" Perintah nya seakan-akan aku persuruh nya apa?.

" Lurus aja setelah itu belok nah, nanti akan ada toilet, dan tidak perlu diantar segala seperti bocah," ucapku malas tanggapi orang yang tidak jelas.

Ingin juga menolak nya tapi, lbu panti menyuruh aku mengantar pas ditempat toilet, agar tidak dicium oleh hantu jadi- jadian di bolong hari, dasar anak mama.

" Nih udah sampai, ada lagi atau mau saya temanin didalam," kesalku padanya meski tidak berani melihat ke orangnya yang begitu dingin jika dekat dengan nya.

" Tidak perlu tapi.. " jedanya

 " Siramkan disekitarnya, karena saya tidak ingin sedikit pun ada kuman, jikalau kena baju mahal saya!" 

"What ! Ini bersih loh Pak."bantahku.

' Dasar sombong,' keselku dalam hati.

" Berani bantah atau saya panggil lbu panti." Hah! membuat nyaliku ciut saja.

" Baik-baiklah tukang ngadu seperti anak mama," jawabku pelan.

" Apa kamu bilang?" aku hanya menggeleng tidak ingin memperpanjang masalah kecil. 

Karena aku ingin pergi dari sini, bisa-bisanya membuat ku sesak jikalau lama- lama dengan orang ini.

" Sudah selesai, tidak menyuruh ku sekalian menyiram air kencing anda Pak, nanti?" Tanyaku hati-hati.

" Tidak perlu, karena saya tidak jadi pipis setelah melihat wajahmu," katanya tanpa bersalah.

Dan berlalu begitu saja kedepan dengan senyuman mengejek yang begitu tipis.

" What! Dasar Bapak tua, beraninya ngerjain aku," keselku pelan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!