Bab_2_sayang sebagai

Setelah kejadian daun salam itu kemaren, hari ini aku mau menangkap sesuatu yang pasti nya bukan didarat, dan tentunya bisa makan, hehe….

" Haisy, kenapa lama sih Bang Al, menunggu itu membosakan tau?" Tanyaku padanya tanpa berdosa .

" Ya maaf kan aku lagi membereskan bahan yang kita bawa kesana, gak sabaran saja kamu," ujarnya, berjalan didepan.

" Gimana  gak sabaran, aku kan penasaran ikan apa saja yang mau makan umpanku yang paling enak ini," pedeku.

"Palingan ikan kecil yang mau makan umpanmu".

" Ikan kecil mundur ikan besar maju, lihat saja nanti".

Hari ini kami akan petualang memancing ikan lele, punya nenek lta, atas izinnya. Apa lagi hari ini tidak begitu cerah, secerah hatiku yang tak mendung, eaaakk.

Tanpa terasa akhirnya kami sampai juga, dengan suasana yang sejuk dan air yang jernih, pandangan yang bisa memanjakan mata dalam ketenangan yang ada.

"Kelihatannya banyak juga ikan lelenya ya, Bang Al?" Yang diangguknya.

Kami mencari tempat ternyaman berdua, sampai keheningan terjadi untuk sesaat  sambil menunggu ikan memakan santapannya.

" Hai ikan, datanglah kesini… ada wanita cantik yang sedang menunggu kedatangan mu…. Karena manis semanis yang pu….

"Lagi enak nyangi eh ditegur sama bang Al.

" Jangan nyayilah, nanti ikannya malah mundur bukannya maju."

" Bukan sebaliknya Bang, apa lagi saat mendengar suara ku yang manis lagi mempesona kan," senyumku mengedipkan sebelah mata kearahnya.

" Belum didengar pun ikannya udah kabur apa lagi melihat orang nya langsung."

" Kenapa tidak iya aja sih! Bang, kan emang aku mempesona dan bisa menarik perhatian banyak orang dalam kemanisan ku, biar aku senang sekali-kali bukan membuat ku jatuh akan kesakitan."dramatis ku.

" Tidak boleh, nantinya kamu melayang ke angkasa tanpa arah tujuan, akan kemarahan lbu karena diculik alien planet," ucapnya sambil mengusap kepala ku.

" Jangan usap- usap kepala ku, nanti ikannya cemburu melihatnya," sebelku.

" Emang apa hubungan aku diculik oleh alien, karena lbu yang akan santet alien mati tempat langsung, karena lbu pahlawan ku tanpa mengenal lelah".

 

Hingga beberapa saat.

" Wahh, ikannya besar Bang. Tidak kusangka dapat nya dua mungkin sepasang kekasih yang tidak mau dipisahkan," ujarku senang melihatnya.

" Dasar kamu," ucapnya menjitak jidatku.

" Sakit tau Bang," sedihku.

" Uhh sayang- sayang sini, Abang usap," aku langsung membiarkan nya mengusap jidatku.

" Bang, mau tidak kalau seandainya kita menikah?"

" Kamu sakit Dek," khawatir nya.

" Aku gak sakit Bang, karena aku cinta sama Bang Aldi, sorang."

" Iya cinta sebagai saudara," jawab nya cepat.

Kenapa sih! Disaat aku bicara serius kamu selalu menganggapnya sebagai saudara atau mengelak kadang-kadang, apakah tidak ada sedikit harapan untuk ku masuk kedalam hatimu Bang?.

Bisakah aku egois, karena cinta bertepuk sebelah tangan yang tidak ada tujuan kemana arahnya berlabuh?

" Hey.. kenapa bengong kerasukan ya?" 

" Iya kerasukan karena cinta."

" Aku serius Jan, jangan membuat Abang khawatir."

" Aku baik-baik saja, gak usah khawatir."

" Bang… entah kenapa ?Aku merasa tidak ada waktu lagi bersamamu seperti ini dan entah apa aku merasa kamu tau sesuatu yang tidak aku ketahui, apakah ini tentang masalah serius atau tidak. Sungguh membuatku agak khawatir,"kataku sambil bersandar di bahunya, membuat ku dalam suasana sedih 

" Jan, kamu tidak perlu pikir kan yang bisa membuat mu sedih, dan satu lagi tidak ada yang aku sembunyikan dari kamu. Semuanya baik-baik saja, jadi tenang saja dan tersenyumlah dalam keadaan apapun itu, mengerti," ucapnya lembut yang sekian mendekat.

" Meski suatu saat membuatmu sedih atau senang," gumannya yang hampir tidak kedengaran.

Mendekat dan semakin mendekat.

' Cepat Bang cium aku, 1, 2, 3,' hitungku didalam hati sambil menutup mata.

" Aduh… !" Rintihku, membuka mata.

" Kok malah ikan menempel di pipiku," kagetku.

" Maaf Jan, ikannya melompat soalnya, hehe…." Nyengir, bang Al.

" Ikan….!" Teriakku didalam hati.

Padahal hampir saja dicium sama bang Al, malah sebaliknya kejadian ini, sama saja dengan daun salam.

Hingga sesaat, aku melihat kearah ikan didalam ember, yang telah berani mengganggu keromantisan kami.

Ikannya seakan-akan mengajakku bicara dalam tatapan nya.

" Emang enak, begitu pun dengan kami lagi enak mesra- mesraan eh malah tertangkap dengan makanan lezat kalian,"  ngejek ikan itu dalam tatapan mata nya, 

" Awas nanti kalau sudah sampai di rumah, akan aku masak kalian menjadi masakan yang lezat," balasku dengan memperagakan memotong lehernya, langsung membuat nya menciut.

" Hehe…. Rasain takutkan."

" Kamu kenapa, Jan?"

"Karena ikan," jawab ku.

"Hah, karena ikan," bingungnya.

Kemaren daun salam sekarang ikan, besok apa lagi, sungguh menyebabkan!. 

Sanggup kah aku menggugurkan perasaan yang aku pendam selama ini. Aku tahu, kita tidak akan bersatu. Meski begitu aku akan sayang dan melindungi Abang, meski sebaliknya yang melindungi.

Pernah waktu itu.

" Abang sayang kepada Janna, sebagai saudara atau sepasang kekasih?" Tanya ku, meski tidak yakin menyukai ku sebagai sepasang kekasih.

" Itu sungguh pertanyaan tidak masuk akal Jan," jawabnya, membuat ku agak sedih.

" Apa susah nya sih Bang, tinggal jawab."

" Abang menyanyangimu sebagai saudara kandung Abang, lbu juga menganggap Janna, sebagai keluarga sendiri," sakit sesakit entah lah.

Belum juga memulai memasuki hati mu Bang, sudah tolak duluan, apa lagi kalau sudah mengutarakan perasaan ku padamu, pasti dianggap bercanda.

" Terus kenapa Abang, gak bolehin Janna, pacaran jikalau Abang, sayang padaku sebagai saudara?" Tanyaku memastikan lagi.

" Tidak boleh pacaran, tidak baik. Cuma hanya rasa sakit yang ada dan belum waktunya," jawabnya sambil memberi pengertian.

" Selalu begitu, kalau ditanya. Emang aku masih anak kecil apa? Saat aku mau mendekati lelaki. Bang Al, selalu ada didepan untuk menghalangi ku tidak dekat dengan lawan jenis," gerutuku dalam hati.

Dari sanalah aku mencoba menggugurkan perasaan ku sebagai sepasang kekasih, dan menyanyanginya sebagai saudara.

" Jangan pacaran, air kencing saja belum bersih cuci,".

" What !"

" Baiklah aku mundur dalam pacaran, dan menunggu calon suami dijemput." Kataku seadanya.

" Kamu kenapa melamun, Jan?" Tanya nya melambaikan tangan dimuka ku.

" Hah, sudah selesai bang?" 

" Sudah dari tadi, tinggal pulang dan menunggu kamu habis melamun, sudah cukup 6 ekor hari ini," jelasnya membuat ku nyengir.

" Hehe.. Abang, bisa saja. Hayuk kita pulang," semangat ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!