Tak berapa lama kemudian terdengar suara mesin mobil menyala, Patria pergi meninggalkan rumah entah kemana.
Agreta menagis sejadi-jadinya di dalam kamarnya.Agreta bertanya dalamnya dirinya bagaimana mungkin suaminya bisa menuduhnya berselingkuh,.apa buktinya.
Di dalam kamar Agreta terdunduk menangis menghadapi permasalahan yang baru saja dialaminya. Agreta masih binggung dengan tuduhan sang suami terhadapnya.
"BERSELINGKUH!"
Kata-kata ini terus berputar di kepalanya hingga membuat kepala Agreta pusing sakit. Agreta masih saja menangis sampai matanya bengkak dengan hidung yang ikut memerah. Agreta seolah kehilangan jiwa shock binggung dan tak tahu harus berbuat apa selain menangis.
Mbo Nem perempuan setengah baya adalah pembantu rumah yang sudah bekerja juga ikut binggung menghadapi permasalahan majikannya.selama ini mbo Nem tidak pernah melihat tingkah aneh dari kedua majikan nya.justru majikannya terlihat sangat harmonis.
Sampai sang malam menjemput Agreta masih tetap di dalam kamarnya dengan segala kesedihan dan kebingungan yang melanda hatinya. Sedangkan sang suami Patria pergi entah kemana. Patria pergi meninggalkan rumah dengan rasa sakit hati dan kemarahannya.
Tok tok tok....
Mbo Nem mengetok pintu kamar agreta karena sudah malam dan Agreta belum turun untuk makan malam.
"Non.....non....ini saya mbo Nem." Mbo Nem menunggu beberapa saat tapi tak ada sahutan dari dalam kamar membuat perempuan paru baya itu khawatir hingga memberanikan diri membuka pintu dan masuk kedalam kamar. Lampu di dalam kamar tidak ada yang menyala membuat mbo Nem menjadi khawatir.
Setelah mbo Nem menyalakan lampu di lihatnya sang majikan meringkuk di atas kasur dengan mata yang terpejam.
"Non...non....bangun non ini mbo!"
Mbo Nem mencoba membangunkan Agreta yang tertidur dalam tangisnya.
"Ya Tuhan,non badanmu panas sekali non bangun non." mbo Nem meletakan tangannya di atas dahi Agreta .Agreta terbangun dan merasakan tubuhnya terasa melayang dan seluruh badannya terasa tidak nyaman akibat panas tubuh nya yang tinggi.
Dengan suaranya yang lirih Agreta memangil mbo Nem. "Mbo, di mana Patria,? mbo apakah Patria akan meninggalkan ku?" Agreta kembali menangis, membuat mbo Nem merasa sangat kasihan terhadap Agreta . Agreta memeluk mbo Nem seolah mencari perlindungan dan mencari kekuatan dari pelukan sang pembantu.
Dengan lembut mbo Nem membelai kepala Agreta." Non yang sabar ya..ini itu ujian buat non dan tuan dan non harus kuat berdoa kepada Tuhan semoga masalah ini cepat selesai." mbo Nem memberikan nasehat untuk Agreta agar kuat menghadapi cobaan rumah tangganya.
"Non makan dulu ya habis itu minum obat badan non saat ini sedang demam." Ujar mbo Nem. Agreta hanya diam tapi airmata nya masih terus mengalir membasahi pipinya.
Mbo Nem segerah turun menuju dapur membuatkan bubur untuk Agreta.
Setelah selesai membuat bubur mbo Nem pun langsung membawanya ke kamar Agreta tak lupa juga membawa obat penurun panas yang baru diambilnya dari kotak obat. Mbo Nem menyuapi Agreta dengan hati-hati.tapi baru dua suap Agreta menolak untuk makan lagi.Agreta merasa mual dan kepala nya sangat sakit akibat dari stresnya. Setelah minum obat Agreta mencoba untuk tidur,sedangkan mbo Nem berjaga di samping Agreta dengan kompres di tangganya.
Di tempat yang berbeda Patria berdiri di depan jendela kaca di apartemen nya.
"Agreta aku sangat mencintaimu, kenapa kamu lakukan ini padaku?" Patria berbicara pada dirinya sendiri.menumpakan isi hatinya dalam kesunyian.
Dengan kesedihan dan kekalutannya Patria berusaha untuk menenangkan dirinya.Tapi sekeras apapun Patria berusaha menghibur dirinya tetap saja hatinya masih tetap tidak bisa tenang.
Saat itu juga Patria memutuskan ketempat yang sudah lama dia tidak datangi.Tempat yang sudah dia tinggali semenjak mengenal istrinya Agreta.
Patria segera meraih kunci mobilnya yang dia letakan di atas meja.segerah bergegas menuju tempat yang sedari tadi menggoda hatinya.
Patria melaju dengan mobil mewahnya dan di temani rasa kegalauan di dalam dirinya menuju tempat yang lama dia tinggalkan.
Tempat itu adalah club malam.
Setelah sampai di tujuannya Patria segera memarkirkan mobilnya.
Dengan sedikit tersenyum Patria memandangi tulisan dengan huruf-huruf yang besar menandakan nama tempat itu CLUB HAVANI
Dengan tanpa ragu Patria memasuki club'tersebut. Dentuman suara musik yang bergema seolah menyambut kedatangan Patria kembali.Suara DJ yang memberikan aba-aba kepada penikmat musik untuk terus menari.
Patria segerah menuju meja bar yang berada salah satu sudut ruangan yang besar itu. Suara yang hingar-bingar seolah tak mengganggu pendengaran Patria.justru Patria seolah-olah ikut menikmatinya.
"Hai bro!" sapa seorang pria yanga kebetulan sudah lama mengenal Patria.dan di tempat inilah Pria itu mengenal Patria.dia adalah Sano Aktiar.yang adalah pemilik club havani.
"Lama tidak melihatmu di tempat ini, apa kabarmu?" sapa Sano panjang lebar. Sambil tersenyum Patria membalas sapaan itu.
"Kabarku baik bro."
"Apa kamu yakin kamu baik-baik saja Pat?,sudah lama kamu tidak kesini dan tiada angin tiada hujan tiba-tiba kamu nongol disini." Sano bertanya penuh sidik .
"Aku baik Sano." Dengan sedikit sentuh di bibirnya." Jadi aku sudah tidak boleh datang kesini lagi nih.?" ucap Patria menutupi pertanyaan Sano. Sano tertawa, hahaha. sambil menepuk pundak Patria.
"Nggak gitu juga ,cuman tumben aja ya udah silakan menikmati malam mu. Wellcome bro, Saya ke sana dulu ya ada tamu yang harus di jamu." Sano berkata sambil tersenyum ceria.
Sano adalah teman lama Patria.seorang teman yang kenalnya di tempat ini.Sano juga adalah pemilik dari club havani. Patria hanya menjawab dengan anggukan kepala agar Sano segera menghampiri tamu yang di maksud.
Patria segera mendaratkan pantatnya di atas kursi empuk tepat di depan bar tender. "Satu bir!" ucap Patria kepada bar tender yang berjaga tempat tersebut.
Baru saja Patria hendak meneguk birnya tiba-tiba dia di sapa seorang wanita. "Hai,sendiri aja nih,? mau aku temenin?" wanita itu menawarkan diri untuk menemani Patria. Patria hanya diam tak bergeming tak menjawab sapaan dari wanita tersebut. Jelas sang wanita rada kesel karena merasa di abaikan tapi dia tidak putus asa.wanita ini coba memancing emosi Patria.
"Bicara dengan tembok ternyata sangat tidaklah menyenangkan apa lagi tembok itu mepet sama balok es." wanita itu terus mengelukan kalimat menyindir ke arah Patria.
Patria yang merasa dirinya terus disindir oleh sang wanita terpancing dan langsung memandang wanita tersebut.
Ckckck......
Patria berdecak sambil geleng-geleng kepala.Patria memandang wanita ini dari atas sampai bawah kaki.
Dari penampilannya Patria sudah tidak tertarik dengannya
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
arthiagucia
entah lah....❤️🌹
2022-08-30
0
Inru
Apakah pada akhirnya, mereka akan bersatu menjadi pasangan?
2022-08-30
1
Rini Antika
Sabar Agreta, semangat terus yang penting kenyataannya km tidak berselingkuh..😢
2022-08-27
1