Keesokan paginya sebelum berangkat bekerja Adis membantu sang Ibu terlebih dulu untuk memasak sarapan pagi sekalian juga untuk bekal makan siangnya. Sebisa mungkin Adis meringankan pekerjaan Ibunya di pagi hari.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit Adis juga sudah selesai sarapan. Ia pun berpamitan pada sang Ibu ketika Ibunya sedang menyapu halaman depan.
"Ibu, Adis berangkat kerja dulu, Assalamu'alaikum." Pamitnya sambil berlari setelah mencium tangan sang Ibu, kerena ia takut ketinggalan bus yang selalu ia tumpangi.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Ibu Sari geleng-geleng kepala lalu melanjutkan menyapunya.
"Huh.. huh.. untung saja busnya belum datang." Adis ngos-ngosan setelah ia berlari dari rumahnya menuju halte yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Setelah bus datang, Adis langsung naik tapi ia harus berdiri sebab tidak dapat kursi penumpang, semua sudah penuh oleh penumpang lainnya. Tiga puluh menit kemudian Adis sudah tiba di tempat kerjanya.
Seperti biasa Adis mengisi absen dulu lalu naik ke lantai tujuh tempat dia bertugas sebagai office girl. Adis pun menyapu ruangan demi ruangan yang sudah menjadi bagiannya lalu mengepelnya juga.
Saat Adis akan berjalan ke ruangan pantry, tiba-tiba ia di panggil oleh Nova sekretaris Bima.
"Ada apa Mbk Nova?" Tanya Adis menghentikan langkahnya.
"Pak Bima meminta kopi tolong kamu buatkan ya?" Kata Nova.
"Iya Mbak akan saya buatkan." Jawab Adis mengangguk. Nova pun berlalu meninggalkan Adis untuk kembali ke meja kerjanya.
Tok.. tok.. tok..
Adis mengetuk pintu ruangan Bima.
"Masuk." Adis membuka pintu melangkah dengan membawa nampan berisi secangkir kopi pesanan sang atasan.
"Tuan kopi anda." Ucap Adis meletakkan kopi yang ia buat di meja kerja Bima.
"Ya, terima kasih." Jawab Bima mengangguk.
"Saya permisi keluar Tuan." Pamit Adis lalu membalikkan badannya dan melangkah untuk keluar, saat akan menarik handle pintu tiba-tiba Bima memanggil namanya. Terpaksa Adis harus berhenti dan membalikkan badannya menghadap Bima.
"Ada apa Tuan?" Tanyanya.
"Nanti saat jam makan siang, tolong kamu belikan saya makanan lagi." Ujar Bima.
"Baik Tuan." Jawab Adis cepat.
"Sudah itu saja sekarang kamu boleh keluar." Usirnya.
Adis pun langsung keluar dari ruangan tersebut. Adis menuju ke pantry di sana sudah ada Sekar dan Anis yang kebetulan sudah selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya. Adis pun duduk bergabung dengan mereka.
"Dis di hari minggu kita jalan-jalan ke mall yuk untuk cuci mata." Ajak Anis.
"Maaf, aku tidak bisa ikut kalian pergi." Jawab Adis menolak.
"Kenapa?" Giliran Sekar yang bertanya.
"Hah.." Suara helaan nafas Adis. "Aku bingung.. semalam Ibu bercerita jika tetanggaku menyuruh Ibu untuk melunasi hutangnya? Sedangkan saat ini kita belum gajian juga." Lirih Adis mengatakan pada dua sahabatnya.
"Emang berapa hutang Ibu kamu Dis?" Anis.
"Lima juta dan harus membayar hari ini juga?" Kata Adis sedih.
"Banyak juga ya Dis, dan maaf aku tidak bisa membantu kamu lagi." Ucap Sekar ikut kasihan melihat Adis yang kebingungan akan hutangnya.
"Tidak apa-apa kamu juga sudah banyak membantuku, hutangku saja padamu belum aku lunasi." Jawab Adis.
"Sudah tidak usah kamu pikirkan hutangku, jika kamu sudah punya uang kamu boleh kok mencicilnya." Ujar Sekar tersenyum sambil mengelus punggung Adis.
"Terus gimana kamu untuk melunasi hutangmu pada tetanggamu itu?" Tanya Anis lagi.
"Aku tidak tahu, tapi aku akan mencoba untuk meminta gajiku terlebih dulu, siapa tahu bisa." Kata Adis.
"Emang boleh Dis?" Sekar.
"Semoga saja boleh." Jawab Adis.
~~
Adis pun memasuki ruangan Bima untuk membelikan makan siangnya setelah mengetuk pintu dulu.
"Permisi Tuan." Kata Adis berdiri di hadapan Bima yang sedang mengetik sesuatu di layar laptopnya.
"kamu sudah datang, tolong kamu belikan saya makanan di kantin kantor." Bima mendongak, melihat Adis yang ada di hadapannya dan ia pun memberikan uangnya pada Adis.
Adis pun mengangguk setelah menerima uang dari Bima. Adis antri dulu di kantin karena banyak karyawan yang pesan makanan di kantin kantor. Tidak lama pesanan Adis pun selesai dan ia ke pantry dulu untuk mengambil piring dan sendok lalu ia ke ruangan Bima.
Tok.. tok..
Adis membuka pintu tapi Bima tidak terlihat mungkin Bima sedang melaksanakan sholat Dzuhur. Dan ternyata benar saat Adis meletakkan makanan di meja sofa, Bima baru keluar dari sebuah ruangan yang memiliki pintu mungkin itu kamar pribadinya di ruangan ini.
"Tuan makanan anda." Adis menunjukkan pada Bima.
"Kenapa cuma beli satu porsi?" Tanya Bima lalu duduk di sofa.
"Memang harus beli berapa Tuan?" Adis tidak tahu.
"Harusnya dua porsi sekalian buat kamu." Jawab Bima.
"Eh, saya tidak usah Tuan, saya juga sudah bawa bekal makan siang." Jawab Adis sungkan.
"Apa setiap hari kamu bawa bekal makan siang?" Tanya Bima lalu mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Adis mengangguk. "Iya Tuan setiap hari saya selalu bawa bekal." Jawab Adis masih setia berdiri di depan meja sofa.
"Kenapa?" Tanya Bima lagi.
"Ini orang kepo banget." Batin Adis karena setahunya Bima adalah orang yang tidak banyak bicara apalagi pada dirinya yang hanya pegawai rendahan.
"Untuk berhemat Tuan." Jawab Adis.
"Supaya kamu cepat kaya, makanya selalu berhemat." Ledek Bima.
"Bukan Tuan, tapi untuk bayar hutang." Kesal Adis karena di ledek begitu oleh sang atasan.
Bima menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum tipis ternyata Adis berani juga pada dirinya.
"Tuan jika sudah tidak ada hal penting lagi saya permisi, saya juga belum makan siang." Kata Adis dengan sopan karena perutnya sudah lapar.
"Memang berapa hutang kamu?" Tanya Bima, dia mencegah Adis agar tidak keluar dulu.
"Lima juta Tuan." Jawab Adis cepat agar ia bisa keluar dari ruangan ini.
"Hanya lima juta?" Bima memastikan.
"Iya Tuan memang kenapa?" Heran Adis.
"Tidak apa-apa, saya bisa bantu kamu melunasi hutang kamu itu." Kata Bima santai. Dan makanan Bima pun habis seketika.
"Tuan bersungguh-sungguh ingin membantu saya." Mata Adis berbinar setelah mendengar jika sang atasan bersedia membantunya.
"Iya." Bima mengangguk. "Tapi ada syaratnya." Ucap Bima lagi.
"Syarat..." Beo Adis.
Adis tidak percaya jika Bima bersedia membantunya tapi harus pakai syarat segala. Adis bingung mau di terima atau tidak karena ia takut dengan syarat yang akan Bima berikan memberatkan dirinya. Jika Adis menerima-nya maka Adis bisa melunasi hutangnya pada Bu RT, tapi jika Adis menolak maka ia harus memohon pada bagian yang menangani gajiannya.
"Terima nggak ya.. aduh bingung aku?" Batin Adis takut.
"Ya, apa kamu bersedia dengan syarat saya?" Ulang Bima.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
andi hastutty
syarat buatin kopi trus atau jadi istri ?😘🤭😂
2023-02-28
0
Esther Lestari
Hmmm....gara2 kopi nih Bima jadi perhatian sama Adis😃
2022-10-12
1
Yunisa
Bima ketagihan dgn kopi buatan Adis
2022-10-07
1