Bayar hutang

Semua karyawan kantor sudah mulai berhamburan untuk pulang. Begitu juga dengan Adis dia berdiri di halte menunggu bus yang akan di tumpanginya untuk pulang. Setelah sepuluh menit menunggu akhirnya bus berhenti di depannya Adis dan penumpang lainnya berdesak-desakan masuk ke dalam bus tersebut. Tiga puluh menit bus berhenti di halte di persimpangan jalan dekat rumah Adis dan dia pun turun setelah membayar.

"Assalamu'alaikum Bu." Ucap salam Adis memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Ibu dengan memasang kancing baju, Adis pun mencium tangan sang Ibu lalu duduk di samping Ibunya kemudian menyandarkan tubuhnya yang lelah.

"Nak.. tadi Bu RT datang kemari dia menagih hutang, kita di suruh untuk melunasinya sekarang juga." Ucap Ibu Sari dengan hati-hati.

Adis menghela nafas dalam. "Adis masih belum gajian Bu, harus menunggu dua minggu lagi." Tutur Adis pelan.

Adis bingung dari mana ia dapat uang untuk melunasi hutangnya pada Bu RT sedangkan gajinya masih lama itu pun hanya setengahnya saja untuk bisa melunasi hutangnya. Jika harus di bayar semuanya nanti bagaimana dengan kebutuhan lainnya?

"Maaf ya Nak.. Ayahmu tiada dengan meninggalkan banyak hutang." Ujar Ibu Sari dengan perasaan bersalahnya karena ia tidak dapat membantu banyak hanya mengandalkan mesin jahit saja hasilnya juga tidak seberapa.

"Ibu jangan khawatir pasti kita akan dapat solusinya." Jawab Adis dia berusaha untuk tersenyum agar sang Ibu tidak bersedih.

"Hutang kita tidak sedikit lho Nak.. apa kamu akan meminjam lagi pada teman kerjamu?" Ibu mencoba bertanya karena Adis juga masih punya hutang pada temannya.

"Sudah Ibu tenang saja biar itu menjadi urusan Adis, Adis akan mencoba meminta pada bagian keuangan untuk mencairkan gaji Adis terlebih dahulu." Katanya.

Meski Adis juga ragu apa boleh jika ia meminta uang gajinya yang belum cair untuk bisa di ambil besok. Tapi jika tidak bisa Adis harus minta tolong pada siapa? meminta bantuan pada Sekar juga tidak mungkin karena Adis masih punya hutang pada Sekar sekitar tiga jutaan. Itu pun juga Sekar berbaik hati padanya agar tidak terburu-buru untuk mengembalikan uangnya.

"Hah.. aku tidak tau harus apa Ya Allah.." Batin Adis lirih.

"Bu.. Adis ke kamar dulu ya mau mandi." Ucapnya.

"Iya, Ibu juga sudah masak tadi jika kamu sudah lapar." Ujar Ibu Sari melanjutkan memasang kancing di baju pelanggannya.

Adis memasuki kamar dengan langkah yang berat. Cobaan dari Tuhan datang bertubi-tubi padanya, setelah lulus SMA dia harus bekerja keras untuk menutup semua hutang almarhum Ayahnya yang kala itu untuk biaya berobat juga untuk biaya rumah sakit. Sebenarnya Adis adalah gadis yang ceria tapi semenjak di tinggal pergi oleh Ayahnya Adis lebih suka mengurung diri di dalam kamar.

Bahkan setelah bekerja pun ia hanya di rumah saja jarang sekali untuk pergi jalan-jalan atau sekedar shoping bersama teman-temannya. Adis sama sekali tidak berminat karena baginya ia harus bisa mendapatkan uang yang banyak agar segera bisa melunasi semua hutang-hutangnya.

Adis merebahkan tubuhnya di kasur yang sedikit sudah usang, lihatlah untuk mengganti kasur saja dia tidak bisa tapi bagi Adis itu tidak masalah tujuannya besok adalah memohon pada bagian keuangan untuk bisa mendapatkan gajinya.

***

Di kediaman mewah seorang laki-laki yang berumur 30 tahun dia juga baru saja pulang dari kerjanya. Dia merebahkan tubuh kekarnya di ranjang yang berukuran besar.

"Lelah sekali aku hari ini." Gumamnya sambil memandangi langit-langit kamarnya.

Kemudian dia beranjak untuk masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang sudah lengket. Dua puluh menit kemudian ia keluar dengan handuk yang melekat di pinggangnya menunjukkan perut ratanya yang berotot hasil setiap harinya ia berolahraga. Mengambil pakaian yang ada di lemari lalu memakainya kemudian ia turun ke lantai satu untuk makan malam bersama orang tuanya.

"Ayo kemari Nak kita makan malam bersama." Ajak sang Mama setelah melihat putra semata wayangnya menghampiri nya di meja makan.

"Kemana Papa Ma.. kok belum terlihat?" Tanya Bima pada sang Mama yang saat ini menghidangkan makan malam bersama salah satu Art.

"Papamu masih di kamar sebentar lagi juga akan turun." Jawab Mama Desi.

"Selamat malam semuanya." Ucap Papa kemudian bergabung dengan istri dan anaknya.

"Malam juga Pa." Jawab Bima dan Mama Desi bersamaan.

"Wah, harum sekali masakan Mama." Seperti biasa Papa Adi akan selalu memuji masakan istrinya.

"Iya dan Papa harus makan yang banyak." Ucap Mama Desi mengambilkan nasi beserta lauk pauknya ke dalam piring sang suami.

"Haha.. dan nanti perut Papa malah jadi buncit Ma." Canda Papa Adi.

"Tidak apa-apa lagian Papa juga sudah tua." Sahut Mama bercanda.

"Biarpun sudah tua tapi Mama masih cinta banget kan sama Papa.." Gombal Papa Adi pada istrinya.

"Iya Mama masih cinta sama Papa karena Papa adalah suami Mama dan juga ladang cuan Mama." Jawab Mama Desi dengan memberikan senyuman pada suaminya, Mama Desi ini orangnya suka bercanda.

"Kalian ini selalu saja bersikap romantis di hadapanku." Sambung Bima yang jengah dengan kedua orang tuanya.

"Ada yang iri Ma dengan keromantisan kita." Ledek Papa pada sang putra.

"Makanya kamu harus segera menikah agar tidak jomblo terus dari lahir." Mama Desi juga tidak kalah dalam ikut-ikutan meledek.

"Belum saatnya." Jawab Bima enteng lalu mulai makan tidak menggubris lagi dengan orang tuanya.

Papa dan Mama juga mulai menikmati makan malamnya. Setelah itu mereka kini berkumpul di ruang keluarga melihat sinetron kesukaan sang Mama walaupun Bima sendiri sangat tidak suka dengan tontonan yang Mamanya nikmati hampir setiap malam.

"Gimana dengan urusan pekerjaanmu?" Tanya Papa pada Bima.

"Semuanya lancar Pa." Jawab Bima dan Papa hanya mengangguk-angguk saja.

"Nak.. Mama punya teman sekolah waktu SMA dulu, dia itu punya putri yang saat ini sudah besar lho.." Tiba-tiba Mama bersuara setelah asyik dengan sinetronnya.

Kening Bima mengkerut tidak mengerti dengan ucapan sang Mama.

"Maksud Mama apa?" Bima bertanya tidak paham.

"Gini lho.. maksud Mama itu Mama mau mengenalkan kamu pada seorang gadis. Nanti kapan-kapan kita ke rumah gadis itu, kamu mau kan? Jangan sampai nolak itu tidak bagus!" Pungkas Mama dengan memaksa.

Bima hanya menghela nafasnya dalam.

"Haha.. jadi Mama mau menjodohkan putra kita ini dengan anak teman Mama?" Sahut Papa bertanya menurutnya ini sangat lucu.

"Iya Pa.. Mama takut anak kita ini akan menjadi bujang lapuk karena kelamaan menjomblo." Celetuk sang Mama.

"Hush, Mama ini masa sama anak sendiri di katakan bujang lapuk." Ucap Papa tidak terima, Mama hanya nyengir saja.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

Bima di jodohkan padahal umurnya udah 30 tahun

2023-02-28

0

Yunisa

Yunisa

eh, Papa & Mama Bima orgnya humoris juga ya.. nah kalau Bima dingin nya turunan dari siapa..🤔😂😂

2022-10-07

1

Yunisa

Yunisa

semangat Dis menghadapi cobaan dri Tuhan Krn bukan kamu saja semua org jg diuji oleh sang maha kuasa💪

2022-10-07

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!