Adis dan sang ibu juga baru selesai makan malam. Adis yang bertugas untuk mencuci piring karena hanya dua piring saja. Sekarang Ibu Adis sedang mengemas baju yang sudah selesai ia jahit lalu memasukkan ke dalam plastik agar besok bisa langsung di berikan.
Adis pun duduk di samping sang ibu. "Banyak Bu tadi baju yang di jahit?" Tanya Adis.
"Alhamdulillah lumayan Nak.." Jawab Ibu Sari.
"Ibu kalau capek jangan memaksa untuk menjahit, istirahat dulu biar tenaganya nanti bisa terkumpul lagi." Adis memberi saran pada sang Ibu.
Ibu tersenyum. "Iya lagian juga tidak banyak baju yang Ibu jahit tiap harinya." Ujarnya.
"Kamu yang harusnya istirahat agar besok badan kamu bisa segar kembali untuk memulai pekerjaan." Sambung Ibu lagi.
"Adis belum mengantuk kok Bu." Jawabnya.
"Jangan begitu lebih baik kamu masuk kamar gih, untuk istirahat tapi jangan lupa untuk sholat isya agar tidak sampai kelupaan." Kata Ibu Sari.
"Iya tapi nanti saja. Bu.. sebenarnya Adis ini sangat malas sekali untuk menjalankan sholat lima waktu padahal dulu itu Adis itu sangat giat dalam menjalankan ibadah." Kata Adis memberi tahu sang Ibu.
"Nak.. kamu jangan sampai tidak menjalankan kewajiban kita sebagai seorang muslim lho.. meskipun kamu di tugaskan oleh pekerjaan yang banyak tapi kamu jangan sampai melalaikannya.." Ibu memberi pengertian, Adis pun mengangguk.
"Adis juga sekarang jarang sekali mengaji Al-Qur'an kalau tidak malas ya Adis akan membacanya." Ucapnya lagi dengan bersedih.
"Sudah tidak apa-apa kalau itu dan Ibu mau bertanya apa kamu sudah punya pacar?" Telisik sang Ibu.
Adis menggeleng. "Adis tidak mau pacaran Bu.. kenapa Ibu bertanya begitu?" Kening Adis mengkerut.
"Ibu hanya penasaran saja karena gadis seusia kamu kan biasanya sudah memiliki pacar." Ujar Ibu.
"Haha.. boro-boro pacaran Adis ini kejar target Bu.. agar hutang-hutang kita segera lunas. Adis juga malas jika harus berurusan dengan namanya laki-laki." Jelas Adis.
"Maafin Ibu ya Nak.." Ujar Ibu dengan sedihnya.
"Ibu sudah berapa kali minta maaf pada Adis soal masalah hutang. Adis tidak keberatan kok Bu, asalkan Ibu selalu ada di sisi Adis karena hanya Ibu yang Adis miliki di dunia ini." Adis pun memeluk ibunya.
Ibu pun mengelus rambut Adis memberikan kasih sayangnya pada putri satu-satunya ini. Ibu juga bersyukur sebab Adis gadis yang kuat di setiap masalah yang menghimpit, karena Adis tidak pernah menunjukkan rasa sedihnya di hadapan dirinya juga tidak pernah mengeluh dengan nasibnya yang kurang beruntung dengan teman-teman lainnya.
Adis pun melepaskan pelukannya pada sang ibu.
"Kalau begitu Adis mau sholat isya dulu Bu setelah itu Adis akan segera tidur."
"Istirahatlah Nak.. Ibu akan menonton televisi sebentar."
"Jangan lupa untuk mengunci pintu ya Bu." Ucap Adis mengingatkan. Ibu mengangguk dan berkata 'iya'.
Adis pun menuju kamar mandi di belakang lalu masuk ke kamarnya untuk melaksanakan sholat isya. Selepas itu Adis berdoa pada sang maha pencipta.
"Ya Allah.. hamba selalu memohon kepadamu berikanlah hamba ketabahan dalam menjalani hidup ini, hamba selalu ikhlas dalam menghadapi cobaan yang engkau berikan. Juga berikanlah hamba dan ibu hamba kesehatan agar bisa selalu semangat dalam bekerja amin.." Do'a Adis.
Kemudian ia mengaji Al-quran tapi entah kenapa tiba-tiba hatinya bergejolak marah. Adis tetap melanjutkan mengajinya walau hanya selembar saja.
"Selalu saja begini, sebenarnya ada apa dengan diriku ini.. tiap kali aku mengaji hati ini akan terasa marah?" Gumam Adis bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Ya, sudah beberapa tahun ini Adis mengalami keanehan dalam dirinya. Adis akan menjadi mudah marah apalagi jika ia di dekati oleh kaum laki-laki meskipun hanya sekedar menyapa saja belum lagi dengan pikiran was-was yang setiap kali bisa datang kapan saja.
***
Bima memutuskan untuk naik ke kamarnya setelah berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya. Ia pun berlalu ke kamar mandi untuk ambil wudhu kemudian melaksanakan sholat isya.
"Kenapa tiba-tiba aku kepikiran gadis itu ya?" Bima merasa aneh dengan dirinya yang mana bayangan wajah Adis terlintas di hadapannya.
Bima pun melipat sajadah, sarung serta baju kokonya lalu menaruhnya di dalam lemari setelah selesai sholat.
Bima juga mengecek beberapa email yang masuk di dalam laptopnya seraya menyandar di kepala ranjang. Hampir satu jam Bima berkutat pada layar laptop kini ia harus mengakhirinya karena kedua matanya sudah mulai memberat tidak kuasa menahan kantuk. Bima pun menutup laptopnya dan meletakkan di nakas di samping ranjangnya kemudian mematikan lampu kamar hanya menyisakan cahaya lampu tidur saja.
~~
Sedang di kamar lain tepatnya di kamar kedua orang tua Bima. Papa dan Mama belum tidur, Papa masih penasaran dengan rencana sang istri yang ingin mengenalkan sang putra pada seorang gadis.
"Apa Mama serius ingin mengenalkan putra kita dengan seorang gadis yang katanya anak teman Mama waktu jaman sekolah dulu?"
"Ya serius lah Pa.. Mama juga tidak berbohong karena berbohong itu dosa." Jawab Mama Desi.
Papa Adi menghela nafas istrinya ini jika di ajak bicara serius maka akan di selingi oleh candaannya.
"Memang seperti apa sih Ma gadis itu, maksud Papa bagaimana kepribadiannya?" Tanya Papa Adi lagi.
"Dia baik kok Pa anaknya, juga pekerja berat ya meskipun bukan dari kalangan anak orang kaya sih." Jelas Mama Desi.
"Papa sih tidak masalah tentang status sosialnya yang penting itu anaknya santun dan yang paling utama putra kita sendiri bersedia jika Mama jodohkan dengan gadis itu."
"Papa tenang saja Masalah Bima akan Mama urus. Anak itu kalau tidak di suruh menikah tidak akan nikah-nikah mau sampai umur berapa dia?" Kesal Mama Desi.
"Papa juga tidak tahu." Jawab Papa Adi mengendikkan kedua bahunya.
"Justru itu Papa harus mendukung Mama, agar Bima tidak bisa menolak rencana Mama." Kata Mama Desi meyakinkan suaminya.
"Iya Papa akan selalu mendukung rencana Mama." Jawab Papa Adi dengan anggukan.
"Jadi kapan Mama akan mengenalkan Bima pada gadis itu?"
"Lusa saja karena Mama tidak mau mengulur waktu nanti malah tidak jadi-jadi ketemunya." Kata Mama Desi.
"Haha... iya putra kita ini memang ada-ada saja alasannya jika di ajak membahas seorang gadis." Tawa Papa Adi.
"Jadi kita harus banyak-banyak berdo'a semoga putra kita ini menyukai gadis tersebut agar secepatnya mereka langsung menuju ke jenjang pernikahan." Ucap Mama Desi.
"Pasti Ma, Papa akan mendo'akan putra kita agar segera mau menikah." Jawab Papa Adi.
"Amin..." Sahut Mama Desi.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
andi hastutty
Adis dan Bima. salut deh dengan orangtua Bima meskipun kaya tapi ngga Mandang harus kaya baru bisa jadi mantunya 😘😘😘
2023-02-28
0
Yunisa
semoga Adis gadis yg dimaksud Mama Desi
2022-10-07
1
Yunisa
keanehan apa sih yg ada di diri Adis
2022-10-07
1