Jam istirahat makan siang pun tiba. Adis dengan teman-teman lainnya menuju Musholla kantor untuk menunaikan sholat Dzuhur. Setelah itu mereka bergegas untuk makan siang di kantin.
"Kamu bawa bekal makan siang lagi Dis?" Tanya Anis teman seprofesi Adis sebagai office girl juga. Setelah duduk di kursi kantin.
"Iya, aku harus berhemat lagi. Pengeluaran bulan ini cukup banyak." Jawab Adis dengan tersenyum lalu membuka kotak bekalnya.
"Iya, sekarang apa-apa serba mahal. Aku sampai pusing dengan harga-harga yang sedang naik." Sahut Sekar menimpali.
"Tapi lebih enak kamu karena kamu masih punya orang tua yang lengkap masih ada Ayah juga. Sedangkan aku harus bekerja banting tulang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari." Lirih Adis mengingat Ayahnya yang sudah tiada empat tahun yang lalu.
"Sudah Dis, jangan di ingat-ingat terus agar kamu tidak bersedih lagi" Ujar Sekar mengelus lengan Adis yang duduk di sampingnya.
"Semangat Adis." Ucap Anis menyemangati Adis agar tetap semangat menjalani hidup di tengah ekonomi yang menghimpit.
"Iya." Jawab Adis menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
"Kamu mau makan apa biar aku pesankan sekalian." Kata Anis bertanya pada Sekar.
"Soto aja deh sama es jeruk." Jawab Sekar.
"Ya sudah aku juga sama kayak kamu, pesan soto sama es jeruk." Sambung Anis kemudian berdiri memesan makanan pada petugas kantin lalu ia suruh antar ke mejanya. Tidak lama pesanan mereka sudah datang.
"Terima kasih." Jawab Anis dan Sekar bersamaan.
"Eh Dis, tadi aku dengar Pak Bima sudah datang ya, saat kamu belum selesai membersihkan ruangannya?" Tanya Anis sambil mencampur nasi ke dalam sotonya.
Adis mengangguk. "Iya, aku sampai takut karena tidak biasanya dia datang lebih awal." Jawab Adis lalu menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Ah, sayang sekali kenapa tidak aku saja yang bertugas di ruangannya biar bisa melihat wajah tampannya itu setiap hari." Ujar Anis dengan ekspresi yang di buat sedih.
"Huh, jika kamu yang membersihkan ruangan itu, bisa-bisa ruangan itu tidak akan bersih masih banyak debu yang bertebangan." Canda Sekar.
"Hihi..." Tawa cekikikan Sekar dan Adis. Anis langsung mengerecutkan bibirnya.
"Dari pada kamu." Sinis Anis tidak terima.
"Saat kamu melihat wajah tampannya Pak Bima gimana perasaan kamu, apa berdebar-debar tuh hati?" Tanya Anis lagi dengan jahilnya pada Adis.
"Enggak biasa aja kalian kan tahu sendiri gimana aku?" Jawab Adis di sela-sela makannya.
"Kenapa bisa gitu ya Dis.. bila di dekati cowok kamu akan merasa marah lalu kayak ilfil juga." Tambah Sekar merasa aneh dengan reaksi Adis bila ada salah satu pegawai laki-laki yang menggodanya maka Adis akan menatap tajam pada laki-laki tersebut dan seketika amarahnya akan keluar.
Dan seketika juga nafas Adis akan naik turun setelah di dekati oleh laki-laki tersebut ya meskipun hanya sebuah candaan tapi tubuh Adis akan merespon lain. Jika sudah begitu maka Adis akan beristighfar untuk meredakan amarahnya agar tidak sampai terjadi.
"Aku juga tidak tahu." Lirih Adis.
"Apa itu seperti sebuah syndrom atau apa ya, jika melihat reaksi kamu." Ujar Anis menatap Adis dan Sekar bergantian.
"Sudah-sudah tidak usah membahas hal itu lagi." Kata Sekar setelah melihat raut wajah Adis.
"Maaf ya Dis.. aku tidak bermaksud." Jawab Anis tidak enak hati. Adis hanya menampilkan senyuman saja.
Mereka pun tidak membahas hal aneh dalam diri Adis lagi, lalu mulai menghabiskan makanannya. Adis sebenarnya sudah tidak berselera makan tapi ia tetap melahap makanannya agar tidak mubadzir karena ia juga butuh tenaga untuk bekerja lagi.
"Alhamdulillah kenyang.." Ucap Anis setelah sotonya habis.
"Iya kenyang banget aku." Timpal Sekar kemudian.
"Setelah ini kita bekerja lagi." Jawab Adis dengan semangat.
"Haha..." Tawa kecil mereka bertiga.
Kini mereka sudah berpencar dalam bertugas karena Adis berada di lantai tujuh sedangkan Anis dan Sekar berada di lantai lima.
***
Saat Adis sudah di lantai tujuh tiba-tiba Mbak Yuni menyuruh Adis untuk membuat kopi lagi buat Pak Bima dan Adis pun mengangguk tanda menyetujui. Ia pun segera ke pantry.
Tok.. tok..
"Masuk." Suara Bima dari dalam.
"Permisi Tuan ini kopi yang anda minta." Ucap Adis masuk lalu berjalan ke meja kerja Bima.
"Taruh di situ." Jawabnya singkat menunjuk meja kerjanya. Adis dengan pelan-pelan meletakkan kopi buatannya agar tidak mengenai lembaran-lembaran kertas yang berserakan di meja.
"Dan tolong kamu bereskan buku-buku yang ada di lemari itu karena saya tidak sempat merapikannya dan harus sesuai dengan tahun terbitnya." Perintah Bima.
"Baik tuan." Jawab Adis cepat.
"Ini kenapa berantakan sekali?" Batin Adis geleng-geleng kepala melihat buku-buku yang sudah tidak beraturan lagi di lemari.
Adis pun dengan semangat membereskan buku-buku tebal itu lalu ia atur sesuai dengan tahun terbitnya sesuai titah sang pemilik.
"Aduh." Tiba-tiba kepala Adis kejatuhan salah satu buku tebal.
Bima menoleh saat Adis mengaduh sakit. "Kenapa?" Tanya Bima.
"Ini Tuan kepala saya kejatuhan buku." Jawab Adis dengan cengiran menunjukkan buku itu pada Bima.
Bima geleng-geleng kepala melihat Adis. "Hati-hati karena buku itu semuanya tebal-tebal." Jawab Bima datar.
"Iya Tuan." Jawab Adis lalu melanjutkan lagi menata bukunya, lima belas menit kemudian Adis selesai menata bukunya.
"Apa ada lagi Tuan yang harus saya kerjakan?" Tanya Adis sekalian jika ia harus ada di ruangan ini.
"Kebetulan saya belum makan siang, tolong kamu belikan saya makanan di kantin kantor apa saja yang penting saya kenyang." Kata Bima.
"Uangnya Tuan." Adis menadahkan tangannya pada Bima.
"Ah iya." Bima pun membuka dompetnya lalu mengeluarkan uang berwarna merah lalu memberikannya pada Adis.
"Ini, jangan sampai lama karena saya sangat lapar." Kata Bima lagi.
Adis mengangguk lalu berjalan keluar dengan cepat, menekan tombol lift lantai empat menuju kantin. Setelah membeli seporsi soto daging beserta nasinya Adis langsung ke ruangan sang atasan tapi sebelum itu ia ke pantry dulu untuk menuangkan kuah sotonya ke dalam mangkuk sehingga sang atasan bisa menyantapnya.
Setelah mengetuk pintu Adis meletakkan semangkuk soto dan piring di meja sofa.
"Tuan saya belikan soto daging silahkan di makan." Kata Adis.
Bima beranjak dari kursi kerjanya lalu berjalan ke sofa untuk makan karena perutnya sudah sangat keroncongan. Adis masih berdiri di depan meja sofa menunggu Bima untuk selesai makan agar nantinya ia tidak bolak-balik untuk mengambil piring bekas makan.
"Tolong ambilkan air di dalam kulkas." Perintah Bima, Adis dengan sigap menuruti lalu menaruhnya di meja. Hanya butuh sepuluh menit Bima sudah selesai makan.
"Alhamdulillah." Ucap Bima selesai makan.
"Ini Tuan uang kembalian nya." Kata Adis memberikan uang kepada Bima.
Bima hanya menaikkan sebelah alisnya menatap Adis.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
andi hastutty
ko kantornya sepi ajha ngga ada asistennya
2023-02-28
0
Baihaqi Sabani
btw kmna asisten ceo yaaa thor....🤣🤣
2023-02-03
0
Esther Lestari
Adis punya trauma masa lalu kah? penasaran
2022-10-12
1