Setelah Arkan pergi kerja tiba-tiba bel rumah berbunyi, Violet yang sedang bersantai di samping kolam renang langsung pergi ke pintu utama untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata itu adalah ibunya Arkan, Violet mempersilahkannya masuk dan menyediakan makanan juga minuman.
Violet terlihat canggung.
"Enggak usah canggung, dulu saya sering denger cerita kamu dari Arkan," ucap ibunya Arkan saat melihat Violet canggung.
"Begitu yah tante," balas Violet.
"Jangan panggil tante, panggil saja Mama."
"Oh iya Ma."
"Gimana? Udah mulai akrab lagi sama Arkan?" tanya ibunya Arkan sambil tersenyum.
"Akrab?"
"Iya, bukannya kalian dulu ribut besar yah?"
"Oh, yah kita coba berdamai aja sih, dan ngelupain semua masalah kita dulu. Aku tau dulu aku salah dan kalau sampai Arkan marah sama aku sampai sekarang itu wajar."
Ibunya Arkan mengelus lengan Violet, "Saya harap kalian bisa perbaiki semua itu, dan berbaikan."
"Saya juga berharap hal itu, namun tampaknya itu terlalu mustahil untuk Arkan bisa maafin saya."
"Arkan dulu sangat mencintaimu, dan cinta tidak akan pernah dengan mudah pergi begitu saja. Apalagi kamu adalah cinta pertama Arkan."
"Saya mengerti itu, namun tidak semua cinta pertama sangat berarti. Saya pantas untuk di benci."
"Ya sudah lupakan hal itu, Mama datang ke sini untuk memberikan ini padamu," ibunya Arkan memberikan beberapa tas belanja pada Violet.
"Ada sedikit hadiah untukmu," tambahnya.
"Terimakasih," Violet tersenyum sambil menerima semua hadiah itu.
"Apa ini enggak kebanyakan yah," ucap Violet saat melihat hadiahnya ternyata masih banyak di mobil, semua hadiahnya di bawa masuk oleh supir ibunya Arkan.
"Tidak, itu tidak seberapa."
Sementara itu di kantor Arkan mendapatkan telpon ancaman dari seseorang, Arkan memang sering sekali mendapatkan telpon ancaman atau bahkan ancaman langsung. Semua itu sangat wajar di dunia pekerjaannya apalagi kini Arkan sudah memimpin perusahaan ayahnya yang walaupun belum sepenuhnya ayahnya berikan.
"Felix," panggil Arkan.
Seorang pria datang menghadap ke arah Arkan, "Ada apa tuan?" tanyanya, pria ini adalah asisten pribadi sekaligus bodyguardnya Arkan, umur mereka terbilang sama.
"Awasi Mawar, seseorang mengancam ku lagi. Aku tidak mau Mawar kenapa-napa," titah Arkan memerintah Felix menjaga Mawar.
"Baik Tuan," Felix tau semua rahasia Arkan, jadi Arkan tidak menyembunyikan Mawar pada Felix.
"Kau sambil cari tahu siapa orang di balik semuanya ini," tambah Arkan.
"Baik Tuan."
"Sudah pergilah, nanti ku hubungi bila ada hal lainnya."
Kembali ke Violet, Violet mengantarkan ibunya Arkan ke pintu keluar karena katanya ibunya Arkan akan pulang sekarang. Tidak lama setelah kepergian ibunya Arkan tiba-tiba ada dua orang pria bertopeng yang menyeret Violet masuk ke dalam sebuah mobil hitam.
"Tolong," teriak Violet sambil mencoba melawan, sayangnya ia tidak punya tenaga untuk melepaskan tarikan kedua orang itu.
Violet di bius agar tenang, mereka membawa Violet pergi dari sana. Beberapa jam kemudian Violet tersadar dari pingsannya ia sudah berada di sebuah ruangan dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat. Seorang pria menghampiri Violet dan memotretnya untuk ia berikan pada Arkan sebagai tawanan.
"Lepaskan aku," pinta Violet dengan wajah melas.
"Lepaskan? Aku akan melepaskan mu setelah Arkan datang ke sini untuk menyelamatkanmu."
"Arkan? Kau salah tangkap orang, Arkan tidak akan pernah datang ke sini untuk menyelamatkanku."
"Kau kan istrinya, nama mungkin dia tidak akan menyelamatkanmu."
"Tapi bukan aku yang dia cinta, jadi dia tidak akan mengorbankan nyawanya hanya untuk menyelamatkanku," Violet tersenyum pasrah.
"Terserah kau, aku tidak peduli," penculik itu tetap akan melakukan apa yang ia rencanakan sejak awal.
Arkan baru saja selesai makan siang di kantin yang ada di kantor, tiba-tiba ponselnya berbunyi saat ia melihat pesan masuk ke ponselnya ia kaget melihat foto Violet sedang di sekap.
"Mau apa kalian?" balas Arkan lewat pesan.
Karena pesannya tidak kunjung di balas Arkan langsung menelpon penculik itu, tidak perlu waktu lama telponnya langsung di angkat, "Lepaskan dia," bentak Arkan panik.
"Aku akan melepaskan wanita itu jika kau mau datang ke tempat ku sendirian," balas seseorang di sebrang telpon.
"Cepat katakan dimana tempatnya."
"Sabar, kita bertemu di gudang pembuangan nanti malam. Aku akan membawa wanita ini ke sana nanti."
"Kenapa enggak sekarang aja?"
"Oh malam akan lebih seru tampaknya."
"Jangan pernah sentuh wanita itu, jika sampai dia kenapa-napa aku tidak akan membiarkan kau hidup tenang," Ancam Arkan penuh penekanan.
Sambungan telpon pun di matikan sepihak oleh penculiknya, Arkan mulai panik dan bingung harus apa. Sampai akhirnya ia meminta bantuan Julian untuk mencari Violet, karena kalau minta bantuan Polisi takutnya penculiknya tau dan melukai Violet.
Julian dari kantornya langsung pergi setelah mendengar bahwa Violet di culik, Julian menemui Arkan di rumahnya sesampainya di rumah Arkan, Julian marah besar pada Arkan.
"Kenapa lu biarin Violet di culik? Enggak becus banget jadi suami," bentak Julian.
"Lu bisa tenang enggak? Kalau lu marah sama gue yang ada semuanya enggak bakalan beres," bentak balik Arkan pusing.
"Penculiknya bilang apa?" tanya Julian.
Arkan mengatakan semuanya yang penculiknya katakan saat tadi di telpon. Julian semakin panik, "Violet enggak akan bisa bertahan selama itu," ucapnya.
"Memangnya kenapa? Ada apa dengan Violet?"
"Pokoknya Violet harus di temuin sebelum jam 12 malam."
"Gimana caranya? Mereka enggak mau angkat telpon gue lagi."
"Bodoamat gue cari Violet sendiri."
Kembali ke Violet wajahnya sudah sangat pucat tubuhnya juga lemas bahkan untuk bicara pun rasanya sangat sulit, "Mau minum," ucap Violet yang bahkan untuk nafas saja sudah sangat berat.
Seorang penculik yang menjaganya kaget melihat Violet, "Ada apa? Kau sakit?"
"Aku ingin minum."
Violet langsung di beri minum di bantu oleh penculiknya karena tangannya Violet masih di ikat.
"Jangan dulu mati," ucap yang lainnya.
"Diam lah, kita harus bawa dia ke rumah sakit," balas orang yang memberikan Violet minum.
"Kau gila? Untuk apa membawanya ke rumah sakit. Lagipula jika sampai dia mati di sini biarkanlah," balas rekannya tidak peduli.
Violet mencoba untuk tidur karena jika tidak takutnya ia semakin lelah dan lemas, salah satu penculiknya menggendong Violet dan menidurkannya di kasur dengan kaki dan tangan yang masih terikat.
"Setidaknya biarkan dia tidur dengan nyaman," ucapnya selesai menidurkan Violet.
"Kau masih sama saja ternyata."
Violet tidur sedikit nyaman sekarang, berbeda dengan tadi yang harus tidur di kursi. Sementara itu Arkan dan Julian mencari Violet ke bangunan di sekitaran tempat yang di janjikan penculiknya. Namun sudah berkeliling mereka masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Suherni 123
violet punya rahasia yang disembunyikan ya
2022-12-06
0