Adriano menoleh kepada Olivia. Sementara, gadis berambut hitam itu hanya berdiri dengan sikap yang malu-malu. Dia masih terlihat canggung. Olivia juga tampak salah tingkah, karena tatapan lekat dari Adriano yang ditujukan kepadanya.
Tak lama kemudian, Adriano kembali mengalihkan pandangannya, lalu terpejam. Dia sama sekali tak menanggapi permintaan dari Olivia. Membuat gadis itu menjadi semakin galisah.
“Kau bisa menjadikanku sebagai pelayan atau apapun, Tuan. Aku pandai memasak, juga melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga. Aku terbiasa mencuci pakaianku sendiri dan melakukan segala sesuatu seorang diri,” ucap Olivia lagi tak putus asa. Dia masih berharap agar Adriano membawanya ke Monaco.
Pria yang tadi sempat memejamkan matanya, kini kembali menoleh. Akan tetapi, Adriano belum juga menanggapi permohonan dari Olivia. Gadis itu pun menjadi semakin resah. “Jika kau tak berminat untuk membawaku, maka aku akan kembali saja ke Piana,” ujar Olivia seraya menundukkan wajahnya yang cantik.
“Mengapa aku harus membawamu bersamaku, Nona Bellamy?” tanya Adriano datar. “Jika kau ikut denganku, lalu bagaimana dengan keluargamu?” tanyanya.
“Kedua orang tuaku berada di Italia. Di Piana, aku hanya tinggal sendiri. Memang, ada seorang pria yang telah kuanggap sebagai paman angkat. Akan tetapi, aku tak ingin terus-menerus merepotkannya,” jelas Olivia menanggapi pertanyaan Adriano.
Belum sempat pria bermata biru itu menanggapi jawaban dari Olivia, Pierre sudah terlebih dulu masuk ke kamar rawat tersebut. Dia langsung menghampiri sang tuan, yang menyambut pria berambut pirang itu dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Segala urusan pemindahan Anda ke Monaco sudah selesai, Tuan. Pihak rumah sakit ini, telah berkoordinasi dengan pihak dari rumah sakit pusat di Monaco. Anda bisa melanjutkan perawatan di sana hingga pulih. Seluruh biaya administrasi juga sudah kulunasi. Apakah ada yang lainnya?” Pierre selalu melakukan tugas yang Adriano perintahkan dengan sangat baik dan cepat. Hal itulah yang membuat Adriano menjadikan pria berusia empat puluh tahun itu, sebagai ajudan pribadinya.
“Kerja bagus, Pierre,” puji Adriano bangga. Tersungging sebuah senyuman kecil di sudut bibir pria tampan tersebut. “Siapkan uang tunai sebagai hadiah untuk perawat yang sudah meminjamkan ponselnya padaku. Setelah itu, aku ingin segera pergi dari sini,” ujar Adriano seraya mengalihkan tatapannya ke luar jendela. Menerawang pada langit kota Ajaccio yang cerah.
Adriano ingin segera pulih dan kembali memulai hidupnya seperti biasa. Dalam hati, dia sudah bertekad untuk mengubur dalam-dalam serentetan peristiwa mengerikan, yang terjadi beberapa waktu lalu. Termasuk perlakuan tak manusiawi yang dilakukan anggota Klan de Luca terhadap dirinya. Satu hal yang juga harus segera dia lakukan adalah, menghapus bayangan sosok cantik dengan senyum terindah, yaitu Florecita Mia de Luca.
“Lalu, bagaimana denganku, Tuan? Berikan jawabanmu segera,” desak Olivia kembali bersuara. Wajah gadis itu masih diliputi perasaan tak menentu.
“Memangnya apa yang kau inginkan, Nona? Tenang saja, aku sudah menyiapkan uang tunai sebagai imbalan bagimu karena telah berjasa membawa Tuan D’Angelo kemari. Berapa yang kau inginkan?” Pierre menatap Olivia dengan cukup tajam.
Sedangkan, Olivia tidak segera menjawab. Gadis itu justru memandang penuh harap kepada Adriano. Walaupun pria itu tak membalas tatapan gadis tersebut, tetapi Adriano mengerti betul makna yang tersirat dari sorot mata si gadis.
“Siapkan tempat di dalam helikopter untuk Nona Bellamy, karena dia akan ikut dengan kita ke Monaco,” titah Adriano, yang kemudian bersambut senyum ceria dari gadis berambut hitam itu.
Olivia melonjak kegirangan. Dia bahkan bermaksud untuk memeluk Adriano yang masih terbaring. Akan tetapi, dengan segera Adriano mengangkat sedikit tangannya, sebagai tanda agar gadis itu tak mendekat. Olivia pun mengurungkan niat tersebut. Meskipun Adriano terkesan menolaknya, tapi Olivia tetap memperlihatkan raut yang bahagia.
Menjelang malam, tim perawat yang menangani Adriano telah selesai mempersiapkan pemindahan pria itu menuju helikopter. Adriano, akhirnya dapat bernapas lega, ketika alat transportasi dengan gambar seekor macan hitam pada bagian body sampingnya itu telah lepas landas dan terbang meninggalkan Pulau Corsica yang indah.
Tak hanya Adriano yang merasa bahagia. Raut ceria pun terlihat dengan jelas pada wajah Olivia. Entah mengapa, gadis itu merasa begitu bahagia, ketika bisa ikut pergi menuju Monaco. Padahal, dia belum mengetahui siapa Adriano D’Angelo yang sebenarnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama, hingga akhirnya helikopter yang membawa Adriano sudah mendarat di atas atap rumah sakit pusat Kota Monte Carlo, Monaco. Di sanalah, Adriano akan menjalani masa pemulihannya. Sementara, Olivia dengan setia menemani dan melayani segala sesuatu yang Adriano butuhkan. Gadis itu memang bisa diandalkan.
Beberapa hari kemudian, Adriano sudah dinyatakan pulih. Dia diperbolehkan pulang oleh tim dokter yang merawatnya.
“Seluruh biaya administrasi telah dilunasi, Tuan. Mobil juga sudah menunggu di halaman parkir rumah sakit. Kita pulang sekarang?” Pierre memberikan laporannya kepada Adriano, yang saat itu tengah berdiri sambil memandang ke luar jendela kamar rawat.
Pria yang sudah tampil rapi dengan kemeja hitam tersebut, kemudian menoleh. Dia lalu mengangguk dan berjalan mendahului sang ajudan setia. “Bagaimana dengan gadis itu?” tanya Adriano sambil terus melangkah tenang menuju pintu keluar rumah sakit.
“Sesuai perintah Anda. Aku sudah menempatkannya di salah satu kamar tamu. Menurut kepala pelayan, gadis itu sangat rajin membantunya. Dia juga pandai memasak,” tutur Pierre yang terus mengekor langkah tegap sang majikan, yang tak menunjukkan bahwa pria itu baru selesai menjalani masa perawatan, setelah operasi dari luka tembak yang dialaminya.
“Baguslah kalau begitu,” sahut Adriano, Dia sudah berdiri di dekat mobilnya, setelah Pierre mengarahkan pria itu ke tempat di mana dirinya memarkirkan kendaraan mewah tersebut.
“Dia terus menanyakan kapan Anda akan pulang,” ujar Pierre lagi seraya membukakan pintu mobil untuk sang majikan.
“Karena itulah aku menyuruhnya untuk pulang lebih dulu. Dia benar-benar berisik,” keluh Adriano seraya masuk dan duduk di jok belakang. Pria bermata biru itu sempat meringis kecil, karena gerakan tubuhnya yang kurang hati-hati. Namun, Adriano mengabaikan rasa tak nyamannya. Seperti biasa, dia harus kembali berdamai dengan segala rasa sakit.
Tanpa terasa, mereka kini telah tiba di depan mansion mewah nan luas milik Adriano. Dari pintu gerbangnya saja yang menjulang dan terlihat sangat kokoh, sudah dapat dipastikan seberapa luar biasanya keadaan di balik tembok tinggi yang menjadi benteng mansion tersebut. Maserati Ghibli berwarna ungu metalik itu pun melaju dengan elegan, memasuki halaman luas mansion yang didominasi warna putih.
Mansion milik Adriano memiliki luas bangunan sekitar tujuh ribu lima ratus meter persegi. Di dalam mansion itu terdapat sepuluh kamar tidur, tujuh kamar mandi dengan pembangkit listrik sendiri. Selain itu, mansion mewah milik lajang dua puluh sembilan tahun tersebut, dilengkapi dengan tiga kolam renang, lapangan tenis, heliped, juga fasilitas lainnya yang sengaja dibuat sesuai dengan keinginan sang pemilik.
Lalu, dari mana sumber kekayaan Adriano selama ini? Jawabannya, tentu saja dari semua bisnis yang dijalani pria tersebut. Adriano memiliki klub malam dan juga kasino yang tersebar di berbagai kota besar dari negara-negara di dataran Eropa. Dia bahkan kini mulai merambah ke luar benua, tepatnya adalah Amerika. Selain itu, Adriano juga menguasai jalur perdagangan narkoba yang sebagian besar menyasar kalangan kelas atas.
Pierre menghentikan laju mobil yang dia kendarai. Setelah itu, sang ajudan berambut pirang tersebut segera turun dan membukakan pintu untuk sang majikan, yang terlihat jauh lebih berseri jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
Adriano tersenyum kalem, ketika seorang wanita cantik dengan tampilan yang anggun dan berkelas, datang menyambutnya. “Tuan D’Angelo. Akhirnya kau pulang juga,” ucap wanita cantik berambut hitam yang tergerai di atas pundak sebelah kiri.
“Bianca? Sejak kapan kau berada di sini?” tanya Adriano keheranan. Dia membalas hangat sambutan dari gadis cantik bernama Bianca tersebut. Adriano pun tak menolak, ketika gadis berkulit mulus itu mencium hangat pipi sebelah kanannya.
“Aku mendapat kabar dari Pierre, katanya kau akan kembali dari rumah sakit hari ini. Maaf, karena aku tidak sempat menjengukmu selama berada di rumah sakit. Aku baru kembali dari Lyon,” jelas Bianca seraya menggandeng lengan sebelah kanan pria bertubuh tegap itu. Bianca lalu melangkah masuk bersama sang pemilik mansion.
Bianca Alegra. Dia merupakan kenalan sekaligus rekan bisnis Adriano. Usianya terpaut tiga tahun dari pria itu. Bianca adalah seorang pebisnis yang andal. Dia juga merupakan wanita cerdas, sehingga telah membuatnya dapat menduduki jabatan penting yang sudah diwariskan dari mendiang sang ayah. Bianca pun berwajah sangat cantik serta menarik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 375 Episodes
Comments
Maria Alfrida Wale
Adriano lupakan Mia dan jadikan Olivia permaisuri penghuni hati dan kastilmu...
2022-06-27
2
Dwisya12Aurizra
ada wanita lain juga ku pikir Olivia akan jadi seseorang yg istimewa buat Adriano sebagai pengganti Mia di hatinya
2022-06-25
1
Fitri Raisa
jgn2 bianca suka adriano..makasih kak sudah update 😍😍
2022-06-23
1