Pagi yang sepi berubah menjadi kehebohan didesa Mangunrejo, mereka para warga Mangunrejo bahkan warga desa sebelah, desa Slodro kaget mendengar pak Harjo telah meninggal dunia. Sepengetahuan mereka pak Harjo hanya terluka didada bukan terkena wabah Covid.
Pak Harjo dikenal sebagai sosok kebapaan dan sayang kepada istri dan anaknya. Meskipun mereka keluarga tidak mampu tetapi apapun pertolongan yang diperlukan pak Harjo akan siap membantu.
Pak RT setempat sepakat agar semua warga memberi bantuan kepada yang ditinggalkan.
"Buk..apa kita bisa melihat penguburan bapak?" tanya Putri.
"Tidak sayang..karena Covid kita tidak boleh ikut kemakam..kita kirim doa saja ya" Namun setelah bu Syaidah berkata itu kini iapun mulai batuk batuk.
"Buk! ko batuk? ayo mana maskernya"
Bu Syaidah mengambil masker dari tas kresek dan memakainya. Ia sebetulnya malas pakai masker, karena. justru ketika memakai masker ia tidak bernapas dengan lega.
"Ndak apa apa..paling juga debu" kata bu Syaidah.
...<¤●¤●¤●>...
Sementara itu di Badung Bali, kegiatan membersihkan villa terus berlanjut. Siang ini matahari cukup memanaskan bumi Bali.
Pikiran bu Siti dan pak Sarijo tertuju kepada pekerjaan mereka. Kemarin dapat kabar bahwa karena wabah Covid terpaksa toko mainan anak anak yang di Bali milik pak Zainul akan ditutup sementara.
Pak Zainul sendiri akan terbang ke Bali untuk memberi tahukan semua karyawan untuk berhenti bekerja selama bulan bulan kedepan ini.
Oleh sebab itu bu Siti dan pak Sarijo mati matian membereskan villa. Pas jam 4 sore, pak Sarijo berkata bahwa sebaiknya hari ini pulang karena capek sekali.
"Pak..mau aku yang bawa motornya?" ucap bu Siti.
"Tidak apa apa..aku saja"
Ditengah perjalanan pulang, secara toba tiba kepala pak Sarijo pening sekali..matanya kunang kunang. Pas ditengah perempatan jalan ketika motor hendak menyebrang, tiba tiba ia terserang stroke lagi.
Motor oleng kekiri dan kekanan. Rem yang seharusnya ia tekan justru malah gas yang ia kencangkan. Tidak tanggung tanggung, motor menabrak mobil yang datang berlawanan arah.
Setelah menabrak, tubuh pak Sarijo terpental kekiri dan ketika jatuh kepalanya menghantam aspal. Bu Siti yang dibonceng melayang beberapa meter dan tubuhnya menabrak sebuah mobil yang ada didepan.
Pa Sarijo detik itu juga meninggal dunia dengan kepala pecah sedangkan bu Siti pingsan, namun tulang iganya patah.
Masyarakat yang melihat tabrakan itu lari berkrumun. Salah satu saksi langsung menghubungi ambulan untuk segera datang.
Lewat setengah jam kemudian sebuah ambulan datang dan mengangkut kedua Korban kerumah sakit terdekat.
...<¤●¤●¤●>...
"Coba periksa kantong celana si bapak pasti ada KTP" Ucap seorang petugas polisi yang menangani tabrakan maut itu.
"Ada, ini pak" jawab petugas rumah sakit dan menyerahkan kepada pak polisi.
Setelah diperiksa, ia melaporkan keatasannya bahwa ia akan kerumah Korban mencari sanak saudara atau mungkin anak anak para korban. Sore itu meluncur 2 petugas polisi kealamat pak Sarijo.
Laksmono sedang menyapu didepan rumah ketika itu dan kaget melihat Sukri datang didampingi 2 polisi.
"Mas Sukri ada apa?" tanya Laksmono.
Sukri menjelaskan dengan hati hati. Dan salah satu polisi menjelaskan kronologi kecelakaan tadi siang. Laksmono tertegun dan ia tidak bisa bicara apa apa, sapu ditangan terlepas dan ia menangis sedih.
"Mas..tolong antar anak ini kerumah sakit ya untuk menjenguk ibunya"
"Baik pak..saya sendiri akan menyaksikan pak Sarijo, saya teman dekatnya"
"Antar aku kerumah sakit mas! huuu antar aku sekarang! huuu.." Laksmono menangis tidak karuan.
Beberapa tetangga berhamburan datang menanyakan ada apakah gerangan. Dan semua terkejut mendengar berita dari pak polisi.
Pa Made Ketua RT setempat mengatakan akan ikut dengan Sukri kerumah sakit.
"Sebaiknya naik mobil saya saja..semuanya bisa ikut dimobil"
Ahirnya pak RT, pak Dudi tetangga samping rumah dan Sukri serta Laksmono berangkat memakai kendaraan pak RT.
Selama perjalanan Laksmono tidak henti hentinya menangis dan memanggil manggil nama kedua orang tuanya.
...<¤●¤●¤●>...
Didepan ruang ICU, suster mengatakan bahwa bu Siti sedang menjalani operasi. Diminta agar menunggu diruang tunggu.
Pak RT selanjutnya mencari tau tentang dimana adanya pak Sarijo. Susterpun menyarankan untuk langsung kebagian piket kamar jenazah.
Merekapun berlari menuju ruang jenazah. Laksmono memegang erat tangan Sukri, pikirannya kacau dan sedih. Beberapa kali Sukri mengelap membersihkan wajah Laksmono yang basah oleh air matanya.
"Tenang ya Laks..ada mas Sukri..tenang"
Namun, Laksmono tidak berkata apa apa, pandangannya kosong dan hanya menatap kedepan.
Mereka berjalan dengan cepat dan ahirnya sampai didepan kamar jenazah.
Setelah berbicara dengan petugas kamar jenazah, mereka dipersilahkan menunggu beberapa saat karena korban masih dibersihkan.
...<¤●¤●¤●>...
Laksmono kaget melihat jasad ayahanda Sarijo terbujur kaku diatas temat yang terbuat dari aluminium. Jenazah sudah tidak memakai pakaian dan siap dibalutkan kain kafan.
Laksmono teriak dan berlari mendekat. Ia menangis dengan keras, berdiri disamping jenazah ayahnya.
"Pak! kenapa pak?! huuuu..Laks ada disini kenapa begini pak??!"
Ia menangis lebih kencang lagi. Pak RT mendekat dan memeluk Laksmono.
"Nak..bapak sudah tidak ada..ayok kita sekarang ketempat ibu saja ya"
Pak RT meminta agar besok pagi jenazah pak Sarijo langsung dibawa kemesjid didekat kediaman rumah pak Sarijo.
"Sukri malam ini bapak akan siarkan berita duka ini dan besok kita akan antarkan beliau kemakam. Biar total pembayaran rumah sakit dan pemakaman akan kita bebankan kedalam kas daerah rumah kita saja"
"Iya pak..saya juga akan memberikan sedikit Dana untuk membantu pemakamannya"
"Baiklah..kalau begitu mas Sukri tolong temani Laksmono dan saya pulang dulu kabarkan dimesjid tentang hal ini"
"Iya pak..saya yang akan jaga Laks sekarang" jawab Sukri.
"Laks..bapak pulang dulu, kamu sama mas Sukri ya.."
Pak RT merogoh saku dan memberikan sedikit wang.
"Sukri pegang ini..siapa tau kalian lapar..nanti saya minta ayahmu kesini bawa motor ya"
"Terima kasih pak Made!"
"Ayuk Laks..kita ketempat ibu, semoga ibu sudah bisa ditengok" Sukri membersihkan wajah Laksmono dari air matanya yang terus membasahi pipinya.
Anak kecil ini kebingungan, kenapa semua ini terjadi? Siapa yang akan menjaga dirinya? Semoga Mas Sukri orang baik yang mau menemaninya. Ada rasa takut yang mencekam dirinya. Belum pernah ia merasakan kesendirian didunia seperti ini.
...¤●○●○●○¤...
"Mas..ini putra korban?" tanya suster jaga.
"Betul mba..ini anak satu satunya..dan saya adalah tetangganya. Saya yang akan menemani anak ini sampai bisa melihat ibunya, barusan kita sudah melihat jenazah ayahnya"
"Kasian sekali..baiklah, korban sudah selesai dioperasi tapi belum bisa dikunjungi..apakah mas dan putranya akan nginap disini atau besok kembali lagi?"
"Kalau demikian mungkin kita belom bisa melihat ibunya malam ini..besok setelah pemakaman ayahnya kita akan kesini..semoga ibunya sudah bisa ditemui"
"Bagaimana Laks..biarkan ibu tidur dulu ya..besok setelah makamkan bapak, kita kesini lagi untuk menjenguk ibu"
"Aku tidur sama siapa?"
"Kita akan pulang dan kunci rumah dulu..Laks tidur sama aku dikamarku..Jangan takut mas Sukri akan jagain Laksmono dari sekarang ya"
Laksmono terdiam seribu bahasa, ia kebingungan..kedua orang tuanya tidak bersamanya. Tapi, mas Sukri orangnya baik..aku akan bersamanya. Itu saja yang ada dipikirannya saat itu.
"Kita tunggu disini sebentar, bapak mas Sukri akan kesini bawa motor..sebentar disini dulu ya..kamu mau mas Sukri belikan teh botol?"
Laksmono menganggukan kepalanya dengan lemah.
...¤■■■■■¤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments