Setelah kecelakaan sekarang Covid merenggutnya

Du Bali, sudah satu minggu semenjak pak Sarijo jatuh sakit, kini keadaannya mulai membaik.

Hari ini hari pertama ia kembali kerja, Dan ketika ia kembali pak Sarijo kaget banyak sekali tumbuhan yang keluar dari sela sela rumput.

"Waduh! ini sekarang betul betul harus dipotong rapih rumputnya sebelum pak Zainul datang. Mati aku!"

Pak Sarijo langsung mengeluarkan lawn mower, mesin pemotong rumput dan membabat habis rumput yang tinggi sekaligus tumbuhan liarnya.

"Pak! jangan terlalu capek ya..inget kondisi badanmu..ini minum teh angetnya dulu" ucap bu Siti dari belakang.

"Ya makasih buk"

Satu hari penuh ia membersihkan rumput dan memotong dan merapihkan tanaman tanaman dipinggir tembok.

Sejenak ia mulai merasakan kunang kunang, tapi ia tidak memikirkan..taman ini harus bagus lagi, pikirnya.

Buk Siti memperhatikan suaminya yang bekerja non stop dari balik jendela dapur dan menarik napas panjang.

Ketika sedang asiknya pa Sarijo kerja, Sukri datang. Sambil tersenyum ia menghampiri pak Sarijo.

"Pak..saya bantu kosongkan kolam ikan ya, biar airnya jernih lagi" ucap anak muda itu.

"Weleh Sukri! ya boleh kalo mau, tadi saya pikir besok aja mau saya kerjakan..tapi aku ga bisa gaji kamu lho"

"Ya ga apa apa..kasian bapak baru sembuh sudah kerja keras"

Sukri berjalan kearah kran air dipojok rumah mengambil selang, ember dan alat oembersih kolam.

"Eh ada Sukri..kamu ga kerja?"

"Ngga buk, kebetulan lagi kosong..ga apa apa aku bantu pak Sarijo aja daripada bengong dirumah"

"Alhamdulillah makasih ya Sukri..entar, ibu bikinin kopi ya"

...<¤●¤●¤●>...

Sementara itu diJogja sudah 1 minggu berlalu setelah kecelakaan dibengkel. Luka didada pak Harjo tidak kunjung sembuh, bahkan sekarang agak sedikit membengkak diarea bekas jahitan.

"Buk..saya mau sampaikan pesan.." kata pak Harjo disatu malam.

"Pesan apa pak?"

"Seumpama lukaku tidak tertolongkan dan aku meninggal..kamu jagain Putri ya buk jangan sampe dia putus sekolah"

"Aduh pak..jangan ngomong gitu ah, bapak sekarang masih diberikan obat sama pak dokter, Insya Allah sebentar lagi sembuh ya"

"Entahlah buk..kadang kadang napasku sesak"

"Bismillah bapak sembuh pak..saya terus doa kepada Allah supaya cepat dikeringkan lukanya"

Pak Harjo terdiam dan menatap kearah tembok..tambah hari bukannya tambah sembuh tapi ia kini bahkan merasakan sakit yang amat sangat didadanya.

Buk Syaidahpun terdiam..wang gajihan sudah habis semua, kemarin ia meminjam 2 juta lagi ke pak Zainul..meskipun agak kesel tapi pak Zainul memberikan juga.

Dengan wang 2 juta bu Syaidah membelikan obat ala kadarnya untuk meredam sakit didada suaminya.

Ia masih ingat kemarin pak Zainul bilang, bahwa Putri anaknya sebaiknya ikut bantu kerja dirumahnya. Bu Syaidah berpikir orang ini sudah gila barangkali ya, masa anak sekecil itu disuruh kerja? Kalaupun kerja..kerja apa yang bisa Putri lakukan?

...<¤●¤●¤●>...

Hari demi hari kondisi pak Harjo tambah memburuk, sedangkan keuangan bu Syaidah sudah habis. Bengkak didada sudah melebar kekiri dan kekanan. Bantuan dari bengkel tempat bekerja juga sudah berhenti. Mereka tidak sanggup lagi membantu keuangan, apalagi sekarang Covid sudah meraja lela. Pelanggan sudah jarang yang datang ke bengkel.

Ditengah kekacauan ekonomi tiba tiba sebuah berita buruk datang, sebab..terahir kali bu Syaidah membawa suaminya kedokter dinyatakan pak Harjo positip Covid.

Karena hal itu pak Harjo tidak boleh pulang dan harus dirawat inap. Bu Syaidah dan Putri anaknya menangis dihadapan dokter.

"Pak dokter..biarkan suami saya dirumah saja tidak apa apa, saya yang akan merawatnya" ucap buk Syaidah dengan penuh iba.

"Tidak bisa ibuk..bapak sudah positip, kalau tidak..semua orang dikampung ibuk akan kena tular juga"

"Ya Allah..jadi malam ini bapak sudah tidak bisa pulang?"

"Betul ibuk..bahkan sekarang bapak sudah kita masukan kekamar ICU"

Putri mendengar itu langsung menangis begitu juga bu Syaidah.

"Ibu berdoa saja ya buk semoga bapak lekas sembuh dan bisa pulang kerumah..ibuk mulai hari ini pake master dan anak ibu juga ya"

"Ya Allah dok..apa saya tidak bisa berjumpa sekali lagi?"

"Bapak sekarang sudah tidak sadar buk..saya sarankan ibuk pulang saja ya"

"Pak..saya tidak punya wang untuk perawatan bapak" suara buk Syaidah terdengar pelan dan gemetar.

"Tidak apa apa buk, semuanya ditanggung pemerintah daerah..setiap warga yang terkena positip Covid ditanggung negara buk"

Bu Syaidah menoleh kearah anaknya dan memeluk sambil menangis. Ia tau bahwa tidak mungkin lagi bertemu dengan suaminya, beberapa warga dikampungnya sudah ada yang meninggal terkena wabah virus Covid.

"Saya pamit dulu dok..tolong rawat yang baik suami saya dok..dia satu satunya yang kami miliki"

"Tentu ibuk..kami akan rawat bapak sebaik mungkin..ini buk saya punya 4 masker, ibu pakai dari sekarang dan adek juga pake ya"

...<¤●¤●¤●>...

Malam itu bu Syaidah termenung meratapi keadaan suaminya..ia sedih mengingat beberapa hari yang lalu suaminya telah berpesan.

Pesan itu seakan pesan terakhir dari dirinya untuk meninggalkan semuanya.

"Buk..ayo kita shalat, doakan bapak biar lekas sembuh" terdengar suara kecil anaknya.

"Ayo nak..kita shalat untuk bapak"

Selesai shalat bu Syaidah tidak bisa menahan kesedihan. Ia menangis dan menangis memikirkan suaminya sendirian dikamar rumah sakit. Tidak ada istri dan anak disampingnya, semuanya hampa dan sendiri.

Malam itu pak Harjo memang sendirian dikamar khusus pasien Covid. Tempat tidur disampingnya sudah kosong, pasien terahir sudah semenjak kemarin meninggal dunia.

Didalam keheningan malam, ia berdoa memohon kepada Allah agar istri dan anaknya dijaga. Ia tau bahwa kapan saja ia akan meninggal.

Seluruh tubuhnya terasa sakit luar biasa, untuk bergerakpun semua sendinya terasa sakit, susah sekali bagi dirinya untuk bernapas. Ia seakan akan tenggelam didalam air.

Jam 11 malam, pak Harjo terbangun. Dihadapannya ia melihat ayah dan ibunya yang sudah pada meninggal berdiri dan tersenyum.

"Jangan takut anakku..ikhlaskan semuanya, kamu akan mudah perjalanan mu apabila kau lepaskan semua yang ada didunia ini" ucap sang ayah.

Meskipun susah payah tapi Pak Harjo selesai membacakan surat Al Fatehah. Ia sudah merelakan semuanya dan kini ia hanya menunggu kedatangan malaikat maut menjemputnya. Ia sudah pasrah.

Jam 12 pas ditengah malam itu ia menghembuskan nafasnya yang terahir.

Suster jaga menyalakan lampu kamar dan masuk memeriksa keadaan pak Harjo. Ia kaget melihat wajah pak Harjo yang berbeda, langsung suster lari keluar memanggil dokter jaga.

Dokter langsung memakai tutup kepala dan berjalan cepat kekamar pak Harjo.

Setelah semua selesai diperiksa, dinyatakan pak Harjo sudah tiada.

Langsung petugas kematian membungkus tubuh pak Harjo dengan plastik khusus dan dimasukan kedalam peti kayu jenazah. Kerja mereka cepat dan terarah.

Keesokan harinya pagi pagi jam 6 seorang petugas rumah sakit mengetuk pintu rumah bu Syaidah untuk mengabarkan pak Harjo sudah meninggal dunia.

Pekik jerit tangisan bu Syaidah menggugah Putri yang baru saja selesai shalat subuh, anak itu bangun berlari kedepan.

...¤■■■■■¤...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!