Dokter Gede Ngurah sudah selesai memeriksa pak Sarijo. Ia menggeleng gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut.
"Buk..bapak ini tadi terkena stroke..Untung sekali masih bisa sadar dan tidak ada komplikasi berarti ditubuhnya. Apakah bapak sering pusing dan mual mual ibuk?" kata pa dokter.
"Ya Allah pak dokter! Iya pak, suami saya sering pusing dan kadang kadang mual juga..suamiku ini juga punya Vertigo pak"
"Kalau menurut saya bapak harus periksa kesini terus, untuk sementara saya akan kasih resep yang dapat dibeli diapotek sebelah gedung ini"
"Terima kasih dok"
Setelah pemeriksaan, Sukri lari kearah apotek membeli obat.
"Sukri ndak usah! kamu sudah keluar banyak duit!" teriak bu Siti.
"Tidak apa apa buk! sekalian mumpung disini!"
"Ya Allah itu anak"
...<¤●¤●¤●>...
"Laks! cepet buka pintu!" teriak ibunya dari luar.
Pintu terbuka, Laksmono sangat terkejut melihat ibunya memapah bapaknya turun dari motor kak Sukri.
"Buk ada apa sama bapak?!" Laksmono mengambil tas dari tangan ibunya, matanya terus memandang kebapaknya yang berjalan pelan dan lunglai.
Mereka masuk kedalam rumah dan langsung membaringkan pak Sarijo ditempat tidur.
"Buuk..bapak kenapa?"
"Ya Allah dek..bapak kena strok, Alhamdulillah ada ka Sukri. Dia bantu kita ke puskesmas dan belikan obat. Ka Sukri orang baik dek"
Malam itu bu Siti tidak bisa tidur, sebentar bentar mengecek keadaan suaminya.
Laksmono duduk diruang depan, ia juga tidak bisa tidur memikirkan bapaknya.
...<¤●¤●¤●>...
Hari ini dirumah pak Zainul di Jogja, buk Syaidah sibuk memasak ayam goreng, cap cay dan mi goreng untuk 4 orang tamu yang akan makan malam, selain itu ia harus menyiapkan botol botol Coca Cola dan Fanta kedalam tempat es batu. Sambil masak bu Syaidah menunggu Gojek yang akan mengirim beberapa makanan tambahan.
Tiba tiba bel pintu berbunyi, bu Syaidah bingung ko masih siang Gojek sudah datang?
Kompor dimatikan dan ia berlari cepat kedepan. Namun ia kaget, disana berdiri anaknya, Putri. Mukanya pucat pasi.
"Hei! kamu sama siapa kesini? ada apa nak?" bu Syaidah kebingungan.
"Buk..huuuu" Tiba tiba Putri menangis.
Bu Syaidah jongkok dan memeluk anaknya.
"Sssh ada apa?" bisiknya ketelinga Putri.
"Bapak kecelakaan! tadi diantar teman temannya..huuu" Putri menangis lagi.
"Haah?! Ya Allah!! sekarang bapak dimana nak?"
"Dirumah buk..banyak teman bapak dirumah"
"Nak..ayo masuk, Ya Allah!"
Bu Syaidah menggandeng anaknya masuk kedalam rumah. Pikirannya kacau, makanan belom selesai, Gojek akan datang dan sekarang datang berita buruk.
"Ini siapa?" tiba tiba pak Zainul muncul dari dalam rumah.
"Maaf pak..ini anak saya, dia barusan bilang suami saya kecelakaan ditempat kerja"
"Oh gitu? Kamu selesaikan masakmu dan tata diatas meja yang bagus, saya mau panggil siTitin kesini gantiin kamu. Kalau Titin dah dateng kamu boleh pulang..hmm ada ada saja, mana kita lagi repot!" Ia langsung masuk kedalam rumah.
Bu Syaidah menggirin Putri kedalam dapur.
"Put, kamu duduk disini ya tunggu ibuk selesaikan masak,.terus kita pulang"
Putri langsung duduk dipojok dapur. Pikirannya kacau dan sedih memikirkan keadaan ayahnya.
Bu Syaidah pikirannyapun risau, bagaimana mau bayar dokter? sedangkan gajian masih lama.
"Put, kamu tunggu sini ya..ibu mau pinjam wang sama pak Zainal sebentar"
Putri mengangguk.
"Bu..jangan lama lama tinggalin Putri ya"
"Iya ga lama nak"
Bu Syaidah masuk dan mendekat pak Zainul yang sedang ngroko didekat taman belakang.
"Permisi pak" ucap bu Syaidah pelan.
"Ya ada apa" jawabnya datar.
"Pak mohon maaf, apa saya bisa pinjam wang ke bapak. Untuk pengobatan suami saya pak..atau saya ambil gajih didepan saja kalau boleh, ahir bulan saya tidak usah digajih" kata bu Syaidah penuh harapan.
"Hmm..berapa perlunya?"
"Ga tau ya pak..sebisa bapak kasih saya saja pak"
"Ya sudah gajihmu saya kasih sekarang, ahir bulan kamu ga dapet gaji dari saya ya"
"Terima kasih bapak"
Bu Syaidah kembali masuk kedapur dan meneruskan masaknya.
...<¤●¤●¤●>...
Tidak lama Titin datang, wanita setengah tua ini adalah pembantu rumah kakak pak Zainul. Ia sering dipanggil untuk bantu memasak apabila bu Syaidah sakit dan tidak bisa kerja.
"Terima kasih mba Titin..semuanya hampir siap tinggal ayam gorengnya aja. Saya pulang dulu ya"
"Iya buk, semoga bapak lekas sembuh"
"Terima kasih mba..oya akan ada Gojek bawa makanan sebentar lagi"
Setelah mendapatkan wang gaji bu Syaidah dan Putri cepat cepat pulang dengan kendaraan Gojek.
Tiba dirumah bu Syaidah kaget banyak sekali orang dirumah. Ia langsung masuk kedalam.
"Ya Allah pak!"
Diruang depan pak Harjo terbaring diatas sebuah tiker, laki laki itu tidak mengenakan baju dan terlihat kain perban melilit didadanya, warnanya merah karena darah telah membasahinya.
"Kenapa dengan suami saya?" tanya bu Syaidah kepada salah seorang teman kerja pak Harjo.
"Tadi pak Harjo lagi perbaiki bawah kendaraan, tiba tiba alat hidrolik patah, dan mobil jatoh kebawah, pak Harjo sempat mengelak tapi pinggir bawah mobil menimpa dadanya"
"Terus dibawa kedokter atau gimana?"
"Ya buk kita bawa kepuskesmas deket bengkel..saya yang bayarkan, seharusnya kata dokter harus nginep disana..tapi saya ga punya duit lagi. Jadi karena sobek cukup dalam, dadanya dijahit dan diperban"
"Ya Allah.."
"Wang saya ga apa apa buk..kapan kapan saja balikinnya"
"Terima kasih ya"
"Ini ada obat penenang dari dokter, kalau bapak bangun dan merasa sakit suruh minum ini buk"
"Terima kasih"
"Buk..kami pamit pulang dulu..karena masih ada kerjaan, ini no hp saya..mohon saya dihubungi kalau ada penting. Nama saya Rudi buk"
"Baik..terima kasih sekali lagi Rudi..ga tau mau bilang apa lagi, semoga Allah memberimu pahala yang setimpal"
Tidak lama merekapun pulang kebengkel lagi.
Bu Syaidah dan Putri bingung dan sedih memikirkan keadaan pak Harjo.
"Put..siapkan air panas, nanti bapak bangun pasti kehausan"
Putri bangun dan menyiapkan air panas.
Bu Syaidah duduk disamping suaminya yang terbaring pingsan. Ia tidak tau mau bagaimana lagi. Suaminya adalah tulang punggung keluarga, karena kecelakaan ini hanya bu Syaidah yang kini mengambil alih keuangan.
Namun ia bingung, ahir bulan ini ia tidak akan mendapatkan gaji. Dari mana lagi ia harus mendapatkan biaya? Jelas, luka didada suaminya akan memakan banyak dana.
Ia menengok kearah dompetnya, disana hanya ada 2 juta 500ribu. Mana mungkin cukup untuk perawatan, mungkin ditambah gaji setengah bulan suaminya maximum 1juta lagi. Jadi 3juta 500 ribu, Bu Syaidah menghitung sekuruh duit yang ada.
Ya Allah musti bagaimana aku mendapatkan tambahan. Ia mengelus pipi suaminya.
"Cepat sembuh ya sayangku..aku akan berusaha mencari tambahan agar kau bisa kembali bekerja dan tertawa bersama kita lagi" bisiknya.
"Buk..biar Putri disini..ibuk mau shalat dulu ya?"
Ibu Syaidah menoleh kearah anaknya dan tersenyum.
...¤■■■■■¤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments