BAB 4

Lanjutt... Niana POV

Aku sangat mengerti tidak hanya aku yang sangat kehilangan ibu, tapi juga ayah yang menjalani hari-harinya yang berat tanpa kehadiran wanita yang dia cintai.

Lilin di atas kue ku sudah hampir habis, Aku begitu tidak sanggup untuk meniupnya. Air mata ku tidak menetes keluar sedikit pun. Setelah delapan tahun selalu menagis, hari ini air mataku seakan habis atou memang aku sudah bisa mengendalikannya untuk keluar menetes dari mata ku, entahlah...

Aku melihat ke luar dari jendela kaca toko seorang pemuda yang sepertinya aku tidak asing melihat wajahnya, berhenti di depan mengendarai sebuah motor berlogo dengan toko ini. Dapat ku simpulkan dia juga bekerja di toko ini.

"Ayo pergi, jangan lupa beri pelayan itu tips." ucapku pada Maya, aku pun berdiri dengan meninggalkan sebuah kue di atas meja yang masih utuh dengan lilin yang sudah habis.

"Tunggu nona apa anda tidak suka kue nya?" seorang pelayan toko itu menghentikan langkahku, mungkin dia bingung dengan kue yang ku pesan tidak ku sentuh sedikitpun.

"Siapa nama mu?" tanya ku padanya.

"E e ehhh," Dia terbata-bata untuk menjawab, Karinta Putri tertulis di tanda pengenalnya.

"Karinta benar aku memanggulmu, aku suka tempat ini sepertinya aku akan kembali."

"Iyaa panggil saja saya Karin Nona."

Aku lanjut melangkah kan kaki ku pergi. Di luar aku berpapasan dengan pemuda yang aku seperti tak asing melihat nya, sebelum aku mengingat dia yang kemarin menginjak bunga ku. Tapi kenapa aku begitu sangat tidak asing dengan wajahnya mengingatkan ku pada seseorang.

"Rak!" Pelayan toko tadi memangginya Rak mungkin memang bukan dia, yang kupikir dia adalah seseorang di masa lalu ku.

"Silahkan Nona.." Maya yang sudah membukakan pintu mobil untuk ku, sedikit mengagetkan ku dengan pikiran-pikiran ku yang kemana-kemana.

"Ehh, iya." aku pun masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah terbuka.

"Maya.." Panggil ku pada Maya.

"Iya Nona?" Sahutnya sambil menyetir di depan ku

"Sepertinya aku suka tempat itu, bisakah kita kembali?" Tanyaku pada pengawal pribadiku yang selalu menemaniku kemanapun setelah ibu pergi, Maya satu-satunya pengawal yang ayah utus untuk menjagaku katanya, walou aku tau Ayah juga mengirim pengawal lain yang selalu mengawasiku dari jauh.

"Tentu nona, apapun yang membuat anda senang.."

"Maya?" panggil ku lagi "Apa kamu melihat pelayan tadi dan anak muda yang berpapasan dengan kita di depan toko? dia yang kemarin mengeinjak bungaku apa kamu ingat?"

"Iya nona, apa yang anda pikirkan?" sahut Maya dan bertanya kembali.

"Kenapa di usia yang semuda itu mereka sudah harus bekerja?" tanya ku tidak mengerti.

"Mungkin hidup ini sangat sulit nona, tidak semua orang seberuntung Nona." jawaban Maya sedikit mengetuk hati ku, yang masih sedikit ku cerna dalam.

"Tapi aku melihat mereka seperti burung yang bisa terbang bebas bukan seperti aku yang seperti burung di dalam sangkar. Aku iri pada mereka." ucap ku lagi pada Maya.

"Semua itu lebih ke tentang bershukur dan ikhlas menghadapi hidup. Nona sudah memiliki segalanya apa yang nona irikan dari pelayan-pelayan itu?" lagi-lagi jawaban Maya seakan menyentilku, selama ini aku hanya bisa terpuruk dan menyeselali hidupku, dan selalu mebenci semua aturan hidupku.

"Maya kenapa baru kali ini kamu bicara seperti itu?" Tanya ku lagi.

"Karna Nona baru bertanya sekarang." selalu jawaban sederhana darinya tapi benar.

"Tapi sepertinya aku memang tidak mengerti caranya bersyukur dan ikhlas.." ucapku lagi pada Maya. Aku memang tidak mengerti caranya menerima jalan hidupku penyeselan ku dan semua aturan hidupku.

"Apa aku salah jika ingin merasakan terbang bebas seperti burung-burung di atas sana.. setelah kepergian ibu kenapa semua begitu sulit." Ucapan rasa protesku pada Maya.

"Percayalah Nona, Nona sangat beruntung memiliki ayah yang sangat mencintai Nona, apapun yang tuan lakukan semata-mata hanya ingin melindungi Nona, tuan tidak ingin kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya." ujar Maya.

"Aku sadar aku sangat beruntung memiliki ayah yang sangat mencintai ku, tapi apa tidakah semua bentuk perlindungan nya ini terlalu berlebihan. Aku ingat kembali delapan tahun lalu saat aku merengek minta pergi pada ibu di hari ulang tahun ku, saat itu aku hanya tidak ingin di hari ulang tahun ku sekali itu saja tidak di pajang menggunakan gaun bagus di depan para tamu kehormatan ayah. Di hari itu aku membujuk ibu untuk mengajakku pergi diam-diam." tidak terasa air mata menetes di pipiku aku benar-benar tidak bisa mengendalikan nya untuk keluar skarang.

Niana pov off.

****

Kediaman Aga Argani Wijaya. Pintu yang yang sangat besar terbuka menyambut kepulangan Niana, terlihat beberapa pelayan yang juga sudah menyambutnya berbaris menundukan kepala mereka, Niana berjalan tanpa menoleh ke arah mereka.

Ketika melewati ruang tengah yang sangat besar hendak menuju kamarnya yang berada di lantai dua. "Putri Ayah sudah pulang." Langkah Niana terhenti ketika mendapati Ayahnya yang sedang duduk santai di sofa ruangan itu.

"Harusnya aku yang bertanya, Ayah sudah pulang dari mengihindari ku di ulangtahunku kemarin?"

"Sayang ma--"

"Niana ke kamar, selamat malam Ayah " Belum ayahnya menyelesaikan sebuah kalimatnya terpotong oleh Niana. Hanya hembusan nafas dalam yang terdenngar dari pria itu setelah putrinya melangkahkan kaki meninggalkan nya.

"Maya ceritakan kepadaku hari ini tentang semua yang putriku lakukan bersamamu?" Maya pun mengatakan semuanya panjang lebar, apa saja yang di lakukan dan kemana Niana pergi kepada majikannya itu, termasuk Niana yang membeli kue ulang tahun di sebuah toko.

Merenungkan cerita dari Maya Aga berada di kamarnya sembari memandangi poto Niana yang sedang di peluk mendiang istri tercintanya.

"Kasihan sekali putri kita, kepergian mu sangat begitu sulit untuk kami, maafkan aku yang terlalu keterlaluan menjaga kalian." Ucapnya seraya membelai wajah istrinya bergantian ke wajah putrinya yang berada di dalam poto.

tok tok tok..

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Aga, pelayan yang memberitahukan sekertarisnya sudah menunggu di ruang kerja untuk membahas sekejul pekerjaanya beberapa hari kedepan.

"Tuan, SMA PJ Mandiri, sekolah yang anda dirikan, lusa akan di adakan acara wisuda. Pihak sekolah berharap anda mau secara langsung menghadiri acara itu. Jika anda tidak bisa saya akan mempersiapkan perwakilan anda untuk menghandiri." Salah satunya yang di sampaikan sekertaris Bastian pada Agata.

"Apa lusa jadawalku kosong?" Tanya Agata

"Ada tuan tapi tidak terlalu penting saya bisa menghendelnya." jawab sekertaris Bas.

"Baiklah aku akan langsung menghadirinya."

Terpopuler

Comments

Lintang Lia Taufik

Lintang Lia Taufik

lanjut baca

2020-09-03

0

🌞nuiinur

🌞nuiinur

semangat terus👍

2020-09-02

0

Rena Karisma

Rena Karisma

❤❤❤❤

2020-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!