Gadis Impian

Gadis Impian

BAB 1

Happy Reading

Doble episode ya, jadi langsung dapet feel-nya!

Masa kecil Niana Rainara Wijaya

Sang mentari menyongsong kehangatan di setiap detail permukaan bumi, begitupun cahanya nya yang bersinar menerangi. Cuaca yang sangat pas di akhir pekan untuk berbain di taman.

Seorang gadis kecil tampak gembira sedang bermain dan berlari-lari di sebuah taman kota, di temani ibunya dan  dua orang pengawal yang tak berhenti mengawasi mereka dari kejauhan.

"Ibu! Niana mau eskrim," Pinta Niana pada Ibunya menujuk pedangang eskrim yang tak jauh dari sana.

"Iya sayang kamu duduk dulu di sini jangan kemana-mana, Ibu belikan dulu!" Meninggalkan Niana duduk di bangku yang teduh ternaungi bayangan pohon di dekatnya.

Niana mengangguk, menunggu Ibunya duduk di sana dengan beroangkang-ongkang kaki, dengan bersenandung kecil menyanyikak lagu anak-anak. Dari tempat dudunya Niana melihat tukang balon yang melintas lewat dari kejauhan, terlihat membawa balon warna-warni dengan sepeda.

"Balon...!" Namun teriakan Niana tak di dengar oleh tukang balon tersebut, yang terlihat akan meninggalkan taman. Niana pergi meninggalkan tempat duduknya mengejar tukang balon yang terus mengayuh sepedanya.

"Balon, balon. Tunggu!" teriak Niana mengejar tukak balon yang semakin jauh meninggalkan taman.

*

Setelah ibu Niana kembali, namun tak terlihat keberadaan putrinya di bangku yang ia tinggalkan tadi. "Niana kemana kamu..." Teriak ibu Niana, setelah benar-benar tidak didapati putrinya di manapun ia panik, menjatuhkan eskrim di tangan nya, tubuhnya seketika lemas.

"Dimana Niana?" Tanya ibu Niana pada pengawal yang langsung menghampiri nya, ketika melihat nya yang begitu panik.

"Maafkan kami Nyonya.. kami kira Nona bersama Nyonya," Dua pengawal itu saling melihat satu sama lain, mereka juga kehilangan pengawasan terhadap Niana. Banyaknya anak yang bermain dan berlarian di sana, membuat dua pengawal itu tidak sadar akan kepergian Nona muda yang harus mereka jaga.

"Bodoh kalian, seharusnya kalian mengawasi putriku, apa gunanya pengawal seperti kalian di pekerjakan!" teriakan, cacian keluar dari mulut ibu muda itu. Menyesal, prustasi karena telah meninggalkan putri kecil kesayangan nya.

Tidak berapa lama kekacouan dan kepanikan terjadi di taman itu. Pencarian seorang Nona muda berusia genap enam tahun yang memyebabkan semua mata bertanya-tanya. Melihat banyaknya pengawal dan polisi yang di datangkan kesana, dan membuat para pengunjung tidak bisa meninggalkan tempat mereka.

****

"Hiiiiii i i... aku dimana," Tangis Niana, mengedar kan pandangan nya ke sekitar yang begitu asing untuknya, gadis kecil itu kemudian terjongkok melanjutkan membenamkan wajahnya dengan memeluk letutnya ya g tertekuk melanjutkan tangisnya.

"Cengeng sekali, kenapa menangis?" Niana sedikit mengangkat wajahnya melihat sesosok anak laki-laki di hadapan nya, tak lama iya membenamkan kembali pada tangisnya.

"Ini ambilah!" Tangisan Niana terhenti sejenak, adis kecil itu menonggakan kepalanya melihat anak laki-laki itu tersenyum dengan menyodorkan seseuatu padanya.

"Gelang..?" Tanya Niana bingung, dengan lekas ia menghapus pipinya yang basah dengan punggung tangannya, kemudian berdiri.

"Ini gelang pembawa kebahagiaan, gelang ini permberian neneku, kata nenek kalo aku lagi sedih gelang ini akan membuatku tersenyum, mengingatkan ku pada nenek." UJar anak laki-laki itu tersenyum yang memperlihiatkan gigi putih nya yang berjajar rapih. "Aku rasa gelang ini bisa membuat mu berhenti menangis."

"Aku tersesat, aku takut!"

"Tidak usah takut kamu sudah bertemu denganku, aku akan membawamu pada tempat yang aman yang akan mengantarkan mu pulang." Anak laki-laki itu meraih tangan Niana lalu menggandengnya pergi menuju kantor polisi yang kebetulan tidak jauh dari sana.

"Kenapa kantor polisi?" Tanya Niana sedikit takut

"Ayah ku pernah bilang kalou tershesat, cari tempat keamanan terdekat adalah pilihan yang tepat." Tutur anak laki-laki itu, membuat Niana mengangguk-nganggukan kepala. "Dulu aku pernah mengalami hal lebih buruk dari mu, tapi aku bisa menemukan pos satpam dan akhirnya bisa menghubungi ayah ku."

"Kamu hebat. Sepertinya Kamu sangat dekat dengan ayah mu, aku sangat iri Ayahku sibuk!"

"Walou sesibuk apapun beliou tetap ayahmu yang berjuang untuk mu." Lanjut anak laki-lali itu, menepuk bahu Niana ketika melihat tatapan sendu gadis kecil itu, "Sayangi ayahmu selagi dia masih ada bersamamu! Kamu sudah aman di sini, aku pergi dulu!" Setelah membuat laporan tersesat nya Niana, Anak laki-laki itu beranjak hendak pergi meninggalkan Niana.

"Tunggu, ini gelang mu," ucap Niana yang membuat anak laki-laki itu menahan langkahnya untuk pergi kembali menghampiri Niana.

"Kamu lebih membutuhkan nya pakai saja, jangan sampai hilang jaga baik-baik." Sembari memasangkan gelangnya di tangan kanan Niana . "Gelang ini akan menghiburmu kalau kamu sedang sedih, gelang ini akan membuatmu tersenyum, mengingatkan mu pada ku." Ucapnya dengan tersenyum percaya diri.

"Tapi gelang ini pemberian Nenekmu, bukanya gelang ini akan mengingatkan mu pada nenekmu jika kamu sedih?"

"Kenangan ku bersama nenek sudah tersimpan banyak di dalam sini," Anak laki-laki itu menepuk dadannya. "Aku anak laki-laki kata ayah anak laki-laki harus kuat tidak boleh sedih. Aku pergi dulu Ayahku sudah menunggu!" anak laki-laki itu pergi sembari berlari meninggalkan Niana.

"Namaku Niana.." Teriak Niana yang membuat anak laki-laki itu berbalik melambaikan tangan nya

"Sampai bertemu lagi Niana.."

"Siapa Nama m...." belum selesai dengan ucapannya, nampak anak laki-laki itu sudah hilang di telan pintu keluar kantor polisi.

Tak perlu waktu lama polisi sudah mengetahui tempat tinggal Niana, langsung mengantarkan Niana pulang ke rumahnya.

Kediaman Aga Argani Wijaya seorang pengusaha sukses pemilik perusahaan Propat Jaya Mandiri salah satu prusahaan properti terbesar di negri ini. Nampak seisi rumah itu yang awalnya panik berubah bahagia tak terkira mendapati Niana kembali dengan selamat.

Namun kemarahan tak hilang begitu saja dari Aga Ayah Niana.

"Aku tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali, mulai sekarang aku akan membatasi Niana pergi ketempat umum seperti tadi." Keputusan yang jelas tidak bisa di bantah oleh siapapun

****

3 tahun kemudian...

Hari ini tepat Niana tengah berusia sembilan tahun, tiga tahun terakhir Niana seperti sudah sangat jenuh karna semakin ketatnya aturan untuknya pergi ke luar rumah terutama ke tempat umum, sekolah pun Niana dengan di dampingi pengawalan ketat.

Di hari ulang tahunya ini, Ayah Niana sudah menyiapkan pesta besar-besaran dengan tamu undangan para kolega dan relasinya. Di kamarnya Niana sudah mengenakan gaun pestanya melihat ke cermin tampak tidak ada raut wajah bahagia di sana.

Niana kembali menatap gelang yang dia kenakan, tersenyum kala mengingat anak laki-laki yang menolongnya tiga tahun silam

"Dia benar, gelang ini selalu membuatku tersenyum mengingatnya." gumam Niana menatap gelang nya dengan mata penuh binar harapan. "Aku ingin kembali ke hari itu,"

tok tok tok...

"Sayang! ayo tamu undangan sudah menunggu mu." Ajak ibu Niana menghampiri putrinya, yang nampak murung duduk di tepi tempat tidurnya.

"Ibu! boleh Niana meminta satu permohonan di ulang tahun Niana ini?" Tanya Niana menatap ibunya penuh harap.

"Apa sayang?"

"Niana tidak ingin pesta ini,"

"Kenapa nak?" Ibu Niana menangkup wajah Niana yang sendu dengan kedua tangan nya, "Teman-teman mu sudah datang, kamu pasti senang."

"Mereka bukan teman-teman ku, mereka hanya anak-anak dari teman ayah, rekan kerja ayah, dan anak dari orang yang ayah kenal," bantah Niana, "Aku tidak mengenal mereka. Waloupun aku satu sekolah dengan mereka, mereka tidak baik, mereka berteman dengan ku karna aku anak pemilik sekolah."

"Sayang tidak seperti itu,"

"Niana ingin pergi, Niana ingin ke suatu tempat dekat taman kota," Pinta Niana.

"Tapi ibu tidak bisa mengabulkannya, ayah mu akan sangat marah. Jangan buat dia malu!"

"Niana mohon, kali ini saja selama ini Niana sudah menjadi anak penurut," Tatapan penuh harap Niana dan pilihan yang sulit untuk Ibunya

Akhirnya Ibu Niana tidak tega dengan permintaan putrinya. mereka pergi diam-diam keluar dari rumah mewah itu, menghindari pengawal yang berjaga di depan, akhirnya mereka melewati pintu gerbang samping yang di khususkan untuk para pekerja.

Dengan cara cerdik mereka berhasil keluar dari rumah itu, kemudian pergi menggunakan taksi menuju tempat yang Niana ingin tuju, yaitu tempat dimana dia pertama kali bertemu dengan anak laki-laki penolongnya tiga tahun silam. Harapan Niana untuk bertemu dengan nya sia-sia, ibunya yang melihat putrinya murung kemudian mengajaknya pergi ke wahana bermain.

Di wahana bermain Niana bermain dengan sangat gembira mencoba hampir semua wahana yang ada. Saat melihat balon Niana kembali teringat pada sosok anak laki-laki yang tiga tahun silam menolongnya, karna mengejar balon ia jadi tersesat dan bertemu anak laki-laki penolongnya itu.

"Bang beli satu ya.."

"Kamu suka balon? Seperti anak bayi saja," tanya seorang anak yang sangat tak asing untuk Niana. "Kamu masih manis seperti dulu, cuma sekarang lebih tinggi." Senyum anak laki-laki yang Niana ingin temui itu berada di hadapan nya.

"Kamu mengingatku?" Tanya Niana.

"Tentu saja, bagaimana aku lupa."

"Siapa Namamu?"

"Aksa.."

"Kamu masih ingat Namaku Aksa?"

"Emh.. kalo itu sepertinya aku lupa.."

"Kamu jahat sekali, padahal dari sejak pertemuan kita aku selalu mengingat mu." Niana mencebik kecewa. Aksa hanya terkehkeh tertawa kecil melihatnya.

"Maafkan aku Niana aku hanya bercanda."

"Ini siapa?" tanya ibu Niana memghampiri, walou sedari tadi memperhatikan percakapan anaknya, tidak berani menyela

"Aksa tante." Aksa yang segera meraih tangan ibu Niana menarukan keningnya di punggung tangan ibu Niana

"Aksa yang menolong ku waktu aku tersesat dulu bu," Jelas Niana pada Ibunya,

ucapan trimakasih pun terlontar dari Ibu Niana kepada Aksa.

"Kamu sama siapa kesini?" taya ibu Safira, yang melihar Aksa hanya sendiri.

"Sendiri tante, aku masij menunggu ayah," jawab Aksa.

"Kamu berani sekali," Aksa haya tersenyum mendengar pujian untuknya.

"Sayang kita harus segera pulang!" Ajak ibu Niana, menggandeng Niana setelah melihat arlojinya menujukan waktu sudah sore. "Aksa ridak apa-apa kami tinggal?"

Tangan Niana langsung di tarik pergi oleh ibunya. "Sampai jumpa lagi Aksa."

"Sampai jumpa Niana." lambayan tangan dari anak laki-laki itu yang melihat kepergian Niana. Dengan perasaan berat Niana menyudahi pertemuan singkat nya dengan anak yang selalu ingin ia temui itu.

Terpopuler

Comments

ελοκθενσ

ελοκθενσ

episode pertama aja udah bagus banget

2021-01-05

8

robin.y

robin.y

halo kakak aku mampur disini

2020-12-30

1

Dhina ♑

Dhina ♑

Aksa kamu benar benar sangat pintar, manis, dan mengagumkan

Niana, mengapa tidak kau tanyakan alamat Aksa, atau hal lainnya?

2020-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!