UJIAN PART 4 (antara saran terbaik dan kesepakatan)

Hati yang mulai kembali membaik

Hatiku yang mulai merasa tenang, aku pun bersiap untuk pergi bertemu sahabatku Annisa, di sebuah Restoran seefood tempat favorit kami, restoran Star Food yang menjadi pilihan kami sejak 5 tahun ini, bukan hanya karena harganya yang terjangkau, namun juga makanan di sana sangat enak, tempatnya juga sangat nyaman, terkadang mereka juga mengadakan diskon yang pasti banyak di minati oleh pengunjung.

Aku pun berpamitan dulu dengan Bi Inah,

"Bi, saya keluar dulu menemui teman saya, nanti juga sekalian mau mampir ke rumah orang tua saya, kemungkinan saya akan kembali kerumah sore hari." ujar ku dengan lembut seraya melempar senyum ke arah Bi Inah yang sedang mencuci piring.

"Iya Mba, hati - hati ya, Mba Keisya naik apa kesana nya?" tanya Bi Inah.

"Naik Grab car saja Bi, saya sudah memesannya barusan," ucapku dengan lembut.

"Oh begitu, Mbak Keisya hati - hati ya,"

"Oh ya, mau di masakin apa buat nanti makan malam Mbak?" tanya Bi Inah

"Hmmm apa ya? terserah Bi Inah saja, apapun makanannya pasti saya makan," ucapku.

"Ya udah, saya berangkat dulu ya Bi, ini sudah di tunggu sama supir Grab di depan rumah," ucapku sembari bergegas keluar rumah.

"Iya hati - hati Mbak."

"Di antar ke Resto sesuai yang di aplikasi ya ini Mbak?" tanya supir Grab car

"Iya Mas," jawabku singkat sembari melempar senyum tipis.

"Mba Keisya suka makan di Resto Star Food ya?" tanya supir Grab car lagi.

"Iya itu Resto favorit saya dan sahabat saya Mas, ini juga kebetulan mau ketemu di sana," ucapku sembari melihat ke tepi jalan.

"Oh begitu ya Mbak, saya dan teman - teman juga biasa kesitu Mbak."

"Hmmm gitu ya," ucapku singkat.

"Iya Mbak, karena tempat yang nyaman juga harga makanan di sana lumayan terjangkau." ujar supir Grab yang ramah itu.

"Oh iya Mas," ucapku singkat.

"Maaf ya Mbak, saya banyak tanya, ya karena saya sudah terbiasa ramah tamah sih sama penumpang." ujar supir grab yang merasa aku enggan berbicara dengannya.

"Iya nggak papa kok Mas, saya juga suka sama orang yang ramah tamah, jadi bisa nambah teman juga sih," ucapku dengan tersenyum tipis.

"Baguslah kalau Mbak Keisya tidak keberatan saya banyak tanya. kenalin saya Aditia."

"Oh iya Mas, salam kenal ya," ucapku dengan agak heran, baru kali ini aku bertemu sama orang yang sangat ramah namun tetap sopan.

"Iya Mbak, oh iya, pasti rumah tadi itu milik suami Mba Keisya ya?"

"Iya Mas, kok tau ya?" tanyaku heran, Mas ini kok tau itu rumah suamiku.

"Apa mungkin sering lewat daerah rumah Mas Aldo ya." fikirku.

"Iya tau Mbak, itu kan rumah Mas Aldo, saya kenal baik sama Mas Aldo kok Mbak. mangkanya saya berani berbincang - bincang dengan Mbak Keisya," ucap supir grab yang ternyata mengenal suamiku

"Sudah sampai nih Mbak," ucap Mas Aditia sembari menoleh ke arahku.

"Iya. terima kasih ya Mas." ujar ku berterimakasih dan langsung turun dari mobilnya.

"Iya sama - sama Mbak, jangan lupa bintang 5 nya ya Mbak. terima kasih juga sudah mau jadi teman saya," ucap Mas Aditia sembari melempar senyumnya ke arahku

"Iya Mas sama - sama".

" Saya masuk dulu ya," ucapku

"Oh iya Mbak. ini saya juga mau lanjut kerja," ucap Mas Aditia sembari menyalakan mobilnya kembali. dia pun berlalu dengan melambaikan tangannya ke arahku. aku hanya senyum, merasa agak heran saja sih.

Aku pun bergegas masuk ke dalam Resto Star food, ku dapati Annisa telah menunggu di dalam.

"Assalamu'alaikum," ucapku sembari menyalami Annisa yang tengah duduk di pinggir ruangan yang di hias bunga dan daun - daun segar, sangat menyejukkan mata yang memandangnya.

"Wa'alaikumsalam wr.wb," Annisa menjawab salam ku.

"Sudah lama nunggu?" tanyaku pada Annisa yang kelihatan telah lama menungguku.

"Lumayan sih. hehe.." ucapnya sembari tersenyum manis ke arahku

"Maaf ya agak telat,"

"Iya nggak papa, santai aja Kei".

"Kamu sudah pesan makanan?" tanyaku.

"Sudah, kamu aku pesenin udang saos Thailand mau kan?" tanya Annisa yang memang sangat tau seleraku, sudah menjadi kebiasaan kalau aku telat datang pasti dia pesan makanan duluan. yang pasti makanan itu menggugah selera makanku.

"Iya mau banget," ucapku dengan senyum sumringah.

Baru saja aku duduk, makanan sudah di antar oleh Pramusaji yang sudah sangat mengenal kami. karena kami sering kesini.

"Wah, pengantin baru, kok udah nongol aja nih?" tanya Mba Ratna salah satu Pramusaji di Resto Star food.

"Iya nih Mbak, bosen juga dirumah terus," jawabku sambil melempar senyuman ke arah Mba Ratna yang sedang meletakkan makanan di depanku.

"Ciyeee, jangan bilang gitu, biasanya tuh ya pengantin baru itu sukanya di rumah terus, kan ada yang nemenin." ujar Mbak Ratna yang menggodaku.

"Suamiku kan udah masuk kerja Mbak," jawabku dengan senyum tipis.

"Oh kok udah masuk kerja aja, padahal kan istri nya ini kalau dilihat - lihat masih ingin di manja hehe.." goda Mbak Ratna yang mampu membuatku tersipu malu. karena yang dikatakan Mbak Ratna memang benar sih.

"Tau aja nih orang apa yang aku rasakan," gumamku dalam hati.

"Sudah ah, kok jadi ngomongin manja - manja an sih, aku disini dengernya jadi baper tauk," sahut Annisa sembari berpose manyun. yang membuatku dan Mbak Ratna tertawa kecil.

"Kamu segera nyusul Nis, jangan pilih - pilih." ujar Mbak Ratna menasehati Annisa.

"Iya do'akan aja Mbak, siapa juga yang pilih - pilih, mungkin belum ketemu yang cocok aja Mbak. jodohku mungkin masih bersembunyi." ujar Annisa sembari tersenyum malu.

"Suruh keluar atuh cepet - cepet jangan sembunyi melulu," sahut Mbak Ratna yang kini ganti menggoda Annisa.

"Kalau aku tau orangnya sih pasti udah ku suruh cepet - cepet keluar dari tempat persembunyiannya Mbak hehe," ucap Annisa.

mereka berdua sungguh membuatku bisa tertawa lepas.

"Ya sudah kalian selamat menikmati makanannya ya, kalau kurang, kalian bilang aja nanti aku tambahin lagi," ucap Mba Ratna sembari melangkah kembali menyelesaikan pekerjaannya.

"Kalau nambah gratis ya Mbak. hehe.." celetuk Annisa.

"Ya bayar dong, bisa habis nanti gajiku kalau buat gratiskan kalian nambah makanan," gerutu Mbak Ratna sambil memanyunkan bibirnya, yang membuat kami pun tertawa kecil.

"Bercanda kok Mbak." ujar Annisa.

"Ya sudah, di nikmati ya makanannya, aku ke dalam dulu, masih banyak kerjaan nih," ucap Mbak Ratna sembari melangkahkan kakinya untuk kembali ke dapur Resto.

"Iya Mbak. makasih ya," kami pun serempak mengucapkan terima kasih kepada Mbak Ratna yang telah melayani kami dengan baik.

"Iya sama - sama."

"Kei,"

"Iya Nis."

"Kamu yakin mau cerita?" tanya Annisa sembari menatapku serius.

"Menurut kamu gimana?"

"Kalau dengan cerita ke aku bisa membuat hati kamu sedikit lega, ya kamu ceritakan saja Kei, tapi kalau kamu belum siap ya nggak papa, aku ngerti kok." ujar Annisa sembari memegang punggung tanganku.

"Kita makan saja dulu ya Nis, nanti setelah makan aku akan cerita," ucapku dengan lembut.

"Iya,"

Kami pun menikmati makanan yang di pesan oleh Annisa, rasanya nikmat sekali. udangnya dimasak dengan kematangan yang sempurna, bumbunya juga sangat sedap. lezat, dan bergizi.

Selesei makan aku pun menata hatiku untuk mulai menceritakan masalah yang tengah aku hadapi, sebenarnya aku ingin merahasiakan hal ini dari siapapun, tapi kalau aku rahasiakan hal besar ini dari sahabatku, aku khawatir tidak sanggup mendengar amarah dari Annisa saat tau dengan sendirinya masalah ini. akhirnya aku memutuskan untuk berbagi masalahku ini dengannya.

"Gimana Kei, sudah siap buat cerita?" tanya Annisa.

"Iya Nis, aku memang harus siap menceritakan masalahku ini ke kamu," ucapku dengan nada sedih.

"Iya jangan di pendem sendiri Kei, siapa tau saja aku bisa bantu kamu seleseikan masalah yang sedang kamu hadapin itu." ujar Annisa.

"Iya Nis, makasih ya, kamu selalu bisa membuatku sedikit lebih tenang," ucapku

"Iya Kei, kita ini bukan sekedar sahabat, tapi kamu sudah aku anggap sebagai saudaraku, jadi masalah yang sedang kamu hadapi itu juga masalahku, sedangkan kebahagiaan yang kamu rasakan itu juga kebahagiaan yang aku rasakan. aku nggak bisa lihat kamu sedih Kei, kamu ini kan pengantin baru, seharusnya kan kamu bahagia, bukan malah sedih kayak gini," ucap Annisa yang mampu membuat hatiku sedikit lebih tenang.

"Iya Nis,"

"Apa kamu sedang bertengkar dengan Mas Aldo Kei?" tanya Annisa.

"Iya Nis," jawabku dengan tertunduk, berusaha menata hati agar tidak sampai menangis di depan Annisa.

"Ya Allah, apa yang Mas Aldo lakukan, yang membuat kamu sampai sedih seperti ini?" Tanya Annisa penasaran.

"Sebenarnya aku tidak ingin membicarakan aib suamiku Nis, Tapi .." ujar ku.

"Iya nggak papa Kei, kamu cerita saja. siapa tau aja aku bisa kasih solusi buat permasalah rumah tangga kamu ini." ujar Annisa meyakinkanku untuk tetap cerita.

"Iya Nis,"

"Mas Aldo mencintai perempuan lain Nis," ucapku dengan menahan air mataku yang rasanya ingin jatuh lagi.

"Maksudnya Kei?" tanya Annisa yang belum faham dengan perkataanku.

"Ya hati Mas Aldo telah di miliki perempuan lain Nis," ucapku dengan nada sedih.

"Ya Allah Kei, apa suami kamu selingkuh?" ucap Annisa yang tersentak kaget mendengar penjelasan ku.

"Sebelumnya mereka juga sudah memiliki hubungan kok Nis, malah aku yang menganggu hubungan mereka," ucapku sembari mengusap air mataku.

"Terus kenapa Mas Aldo menerima perjodohan kamu dengannya Kei, kalau memang dia mencintai wanita lain kan seharusnya dia bisa menolak perjodohan itu? tanya Annisa yang merasa heran.

"Mas Aldo terpaksa menerima perjodohan ini Nis, itu hanya karena dia tidak ingin kehilangan harta yang di milikinya, Mas Aldo bilang kalau sampai dia menolak perjodohan ini, harta kekayaan beserta fasilitas yang telah di miliki Mas Aldo saat ini akan langsung di cabut lagi oleh keluarganya." ujar ku menjelaskan semua kenyataan yang terjadi.

"Ya Allah kok Mas Aldo kayak gitu ya, dia tega banget sama kamu Nis, yang sabar ya. aku yakin kamu adalah wanita yang kuat dan tegar." ujar Annisa.

"Iya Nis, aku mencoba untuk tegar dengan kenyataan yang pahit ini," ucapku.

"Terus rencana kamu selanjutnya gimana Kei?"

"Aku nggak tau Nis, saat ini aku tidak bisa berfikir positif, fikiranku kacau banget."

"Kamu masih ingin mempertahankan rumah tangga kamu yang dari awal sudah seperti ini?" tanya Annisa sembari menatapku iba.

"Sebenarnya sih aku ingin sekali bisa mempertahankannya, pernikahan itu kan tidak bisa di permainkan begitu saja Nis."

"Iya kamu benar, lalu bagaimana dengan Mas Aldo, apa dia akan poligami?" tanya Annisa yang khawatir Mas Aldo akan poligami.

"Tidak akan poligami, lebih tepatnya sih Mas Aldo akan menceraikanku Nis," ucapku dengan terisak. sudah tak sanggup lagi ku tahan air mataku ini, dadaku terasa nyeri saat menceritakan hal itu.

"Ya Allah. apa itu benar Kei, lalu untuk apa dia menikahi kamu, kalau nantinya kamu akan di ceraikan olehnya?" ucap Annisa sembari memelukku erat.

"Aku juga nggak tau Nis, yang pasti Mas Aldo akan menikahi perempuan itu, pernikahanku dengannya hanya akan bertahan selama satu tahun saja. selanjutnya Mas Aldo akan menceraikanku dan menikahi perempuan itu." ucapku dengan air mata yang tak bisa lagi kutahan.

"Kok tega banget ya Mas Aldo. aku sama sekali tidak menyangka dia akan berbuat sejahat ini ke kamu Kei, Ya Allah.. kamu yang tegar ya Kei, semua perbuatan pasti ada balasannya kok Kei. kamu tenang aja. Allah pasti akan menolong kamu." ujar Annisa menenangkanku dan mengusap Air mataku.

"Iya Nis, makasih ya."

"Kei, apa kamu mencintai Mas Aldo?" tanya Annisa yang penasaran dengan perasaanku terhadap Mas Aldo.

"Nggak tau Nis, ini cinta atau apa. tapi yang pasti aku ingin terus bersamanya," ucapku

"Ya itu berarti kamu mencintai Mas Aldo Kei." ujar Annisa sembari menatapku

"Iya bisa jadi," jawabku singkat, aku sendiri masih bingung dengan perasaanku.

"Begini saja Kei, kalau kamu memang ingin mempertahankan pernikahan kamu dengan suami kamu, kamu harus berusaha membuat Mas Aldo bisa mencintai kamu, buat dia berpaling dari wanita yang kamu ceritakan itu." ujar Annisa yang memberiku solusi terbaik.

"Apa bisa Nis, nggak semudah itu kan membuat seseorang bisa berubah, apalagi mengambil hatinya Mas Aldo, itu sangat sulit Nis, karena di hati Mas Aldo sudah di tempati oleh perempuan itu, mana mungkin hal itu bisa tergantikan," ucapku ragu.

"Bisa saja kalau kamu mau berusaha keras, kalau memang kalian berjodoh, pasti kalian akan bisa mempertahankan rumah tangga kalian. yakin aja Kei, lagian usaha kamu juga nggak akan sia - sia. yakin saja pasti berhasil," sahut Annisa menasehati ku.

"Caranya?"

"Kamu harus lebih mengenal suami kamu itu Kei, gini loh, kamu harus tau apapun yang disukai dan yang tidak di sukai oleh suami kamu, nah, terus kamu juga harus terus coba deketin sami kamu, bersikap manis dan lemah lembut, jangan perlihatkan kecemburuan kamu, bikin suami kamu itu penasaran sama perasaan kamu Kei, dengan begitu aku yakin Mas Aldo pasti bisa luluh hatinya." ujar Annisa.

"Yakin nih bisa berhasil?" Tanyaku yang masih saja ragu.

"Ya kamu harus mencobanya. kita tidak akan pernah tau keajaiban cinta itu seperti apa." ujar Annisa sembari meyakinkanku.

"Iya Nis, akan aku coba," ucapku dengan yakin, kalau solusi yang di berikan Annisa pasti solusi yang terbaik.

"Nah gitu dong, harus optimis. jangan pesimis dulu sebelum berusaha," ucap Annisa sembari memelukku.

"Terima kasih banyak ya Annisa, kamu selalu bisa kasih solusi di setiap masalah yang sedang aku hadapin, aku nggak tau lagi gimana jadinya kalau aku pendam semua masalahku ini tanpa menceritakannya ke kamu, karena fikiranku lagi kacau banget, nggak bisa mikirin solusinya," ucapku dengan lembut.

"Iya sama - sama Kei, kalau ada masalah kamu langsung berbagi saja ke aku, aku juga nggak mungkin membocorkan rahasia kamu Kei, akan aku simpan semua rahasia kamu ini rapat - rapat. kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal itu," sahut Annisa sembari mempererat pelukannya.

"Makasih ya Nis, kamu memang sahabat terbaikku."

"Iya sama - sama Kei,"

"Oh ya, nanti kamu jadi mampir ke rumah orang tua angkat kamu?" tanya Annisa sembari melepaskan pelukan kami yang tengah di lihat oleh orang - orang di sekitar tempat duduk kami.

"Iya jadi Nis, kamu mau ikut?" tanyaku menawarkan Annisa untuk ikut bersamaku kerumah Ayah.

"Boleh kalau kamu tidak keberatan, aku tadi bawa mobil kok, nanti sekalian kamu aku antar pulang," sahut Annisa dengan raut wajah gembiranya.

"Iya Nis, tapi jadi ngerepotin kamu kalau harus minta antar pulang."

"Tidak merepotkan sama sekali, kamu kayak sama siapa aja sih Kei, lagian aku juga kan ingin tau rumah Mas Aldo." ujar Annisa.

"Iya deh. makasih ya Nis, maaf kalau jadi merepotkan kamu," ucapku mengiyakan tawaran Annisa untuk mengantarku pulang nanti setelah kami berkunjung ke rumah Ayah angkatku.

"Iya sama - sama. apa mau berangkat sekarang aja?" tanya Annisa sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Iya nggak papa, mumpung belum terlalu siang, aku tadi bilang Bi Inah kalau aku akan pulang sore hari," ucapku sembari mulai beranjak juga.

"Oke deh yuk cap cussss."

"Iya ayo," ucapku. kami pun melangkahkan kaki menuju meja kasir untuk membayar makanan yang sudah kami makan tadi. kali ini aku di traktir oleh Annisa, dia bilang dia baru saja mendapat rezeki lebih.

Kami pun bergegas ke tempat parkir, mencari letak mobil yang di bawa Annisa kesini tadi. kami telah menemukannya, aku pun di persilahkan masuk ke dalam mobil pribadi miliki Annisa, mobil itu pun melaju ke rumah keluarga angkatku. aku sudah tidak sabar deh, ingin segera bertemu mereka. padahal masih sehari aku tidak bertemu mereka rasanya seperti sudah lama tidak bertemu, maklum aku masih manja dengan Ibu angkatku, tidak bisa kalau harus berjauhan seperti ini.

Kami pun telah sampai di rumah keluarga angkatku

"Assalamu'alaikum," kami mengucapkan salam sembari mengetuk pintu rumah Ayah angkatku.

"Wa'alaikumsalam wr.wb,"jawab Ayah, sembari membukakan pintu, lalu mempersilahkan kami masuk ke dalam rumah.

"Kei, kamu pulang kerumah?" tanya Ayah.

"Iya Ayah, nggak boleh ya?" tanyaku sembari tersenyum manis.

"Ya boleh lah Kei, rumah ini juga rumah kamu, meski kamu telah tinggal di rumah suamimu, tapi jika kamu ingin datang kemari, ya datang saja. kami juga sangat merindukan kamu," ucap Ayah sembari menepuk pundakku.

"Iya Ayah."

"Loh ini, Annisa ya?" tanya Ayah yang pangling dengan Annisa. ya Annisa kan memang makin terlihat cantik dan mempesona, penampilannya itu selalu perfect, membuat Ayah selalu saja pangling di buatnya. padahal Annisa juga datang di pernikahanku, di temani oleh Ayah dan Ibu angkatnya juga saudara - saudara angkatnya. namun sekarang Ayah bertemu lagi dengan Annisa sudah mulai pangling lagi.

"Iya Paman, lupa ya?" tanya Annisa merasa heran.

"Bukannya lupa, tapi Paman selalu saja pangling lihat kamu makin hari kok makin tambah cantik," ucap Ayah yang mulai bercanda.

"Paman bisa saja," ucap Annisa malu.

"Paman do'akan semoga kamu lekas menyusul Keisya ya," ucap Ayah yang mendoakan Annisa supaya segera bertemu dengan jodohnya.

Sebenarnya sih banyak yang ingin dekat dengan Annisa, namun Annisa yang terus saja menolak. entahlah dia inginkan pria yang seperti apa. padahal yang berusaha mendekatinya juga pria yang tampan, sholeh juga mapan.

"Aamiin.. terima kasih ya Paman," ucap Annisa sembari tersenyum malu.

"Kalian silahkan duduk, Kei, ajak Annisa duduk atau masuk ke kamar sana juga nggak apa - apa, Ibumu masih keluar, sedangkan adik - adikmu juga belum pulang sekolah," ucap Ayah yang menyuruh kami duduk.

"Ibu kemana Yah?" tanyaku pada Ayah.

"Ibumu keluar ikut arisan di rumah tetangga," jawab Ayah.

"Oh, pasti lama." ujar ku dengan muka agak cemberut.

"Bentar lagi juga pulang kok Kei,"

"Annisa kamu di sini jangan merasa sungkan, anggap saja seperti rumah kamu sendiri ya." ujar Ayah pada Annisa.

"Iya Paman. terima kasih."

"Kei, ajak teman kamu itu makan - makan dulu sana, Ibumu tadi masak sayur asem sama ayam goreng." ujar Ayah yang menawarkan kami makan.

"Masih kenyang kok Paman, tadi sebelum kesini kami mampir makan di Resto Star food," sahut Annisa menjawab tawaran makan dari Ayah.

"Oh ya sudah kalau memang kalian sudah makan. kalau merasa lapar lagi, langsung saja ke dapur ya, kalian ambil makanannya sendiri, jangan sungkan - sungkan ya Annisa."

"Iya Paman, itu pasti."

"Oh ya, Kei, suami kamu hari ini sudah masuk kerja?" tanya Ayah padaku.

"Sudah Ayah, Mas Aldo bilang nanti pulang habis sholat Isya'," ucapku menjawab pertanyaan Ayah.

"Oh gitu ya, kamu harus bisa memaklumi kalau Aldo sering lembur Kei, memang pekerjaannya itu mengharuskan dia untuk sering lembur." ujar Ayah menasehati ku.

"Iya Ayah, Keisya sama sekali tidak keberatan kok," ucapku dengan lembut sembari tersenyum tipis.

"Tidak masalah, asalkan Mas Aldo memang benar lembur di tempat kerjanya, bukan lembur bersama perempuan itu," gumamku

"Ya kalian kan masih pengantin baru, wajar kok kalau istri itu selalu ingin dekat dengan suaminya, Ibumu juga dulu begitu Kei, selalu ingin dekat terus dengan Ayah," ucap Ayah yang sepertinya mulai menggodaku untuk bercanda.

"Ayah ini bisa saja,"jawabku singkat tersipu malu.

"Ya kan memang benar Kei, yang kamu rasain juga pasti gitu kan?"

"Mangkanya kamu sekarang datang kesini. pasti kamu merasa bosan di rumah tanpa keberadaan suami yang selalu ada di samping kamu, tapi ingat Kei, suamimu itu juga nggak bisa selalu ada di dekat kamu terus, dia kan juga harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup kalian." ujar Ayah.

"Ayah, Keisya itu kesini bukan karena bosan tak berada di samping Mas Aldo, tapi Keisya datang kesini itu karena Keisya kangen sama Ayah sama Ibu, sama Adik - adik Keisya juga," ucapku dengan memanyunkan sedikit bibirku.

"Oh. Ayah fikir kamu sedang merasa bosan dan jenuh karena nggak ada temannya."

"Iih Ayah, Keisya ajak Annisa masuk ke kamar Keisya ya," ucapku sembari menarik tangan Annisa.

"Iya, udah kalian ngobrolnya di kamar saja."

"Oke Yah," ucapku sembari mengajak Annisa mengobrol di kamar saja, supaya Ayah tidak mendengar apa yang kami bicarakan.

"Kamar kamu rapi ya Kei."

"Iya Nis, pasti Ibu nih yang rapiin."

"Kei, nanti sepulang dari sini, kamu harus lakuin sesuai solusi ku tadi ya?" ujar Annisa yang mengingatkanku dengan solusi yang di berikan nya tadi padaku.

"Iya aku lakuin sesuai solusi kamu tadi Nis."

"Apa kalian tidur terpisah?" tanya Annisa, yang pertanyaannya membuatku kaget.

"Tau aja nih anak," gumamku,

"Iya lah Nis, Mas Aldo tidak mau tidur sekamar denganku."

"Kalian ini sudah menjadi suami istri kok seperti orang yang masih pacaran saja, masa iya tidur di lain kamar," gerutu Annisa

"Ya mau bagaimana lagi Nis, aku sebagai istri ya nurut aja," ucapku.

"Ya kamu nggak boleh terus - terusan nurut dengan tindakan suami kamu yang salah Kei, kamu harus luruskan, jangan cuman diam saja." ujar Annisa yang mulai menasehati ku lagi.

"Terus aku harus gimana dong Nis, masa aku harus menentangnya?" tanyaku yang bingung harus berbuat apa.

"Bisa dengan cara lain tanpa harus menentangnya Kei,"

"Pakai cara apa dan gimana? aku nggak bisa memikirkan caranya, kamu tau sendiri fikiranku saja masih kacau begini."

"Oke deh aku kasih saran, tapi kamu perhatikan ini baik - baik ya," ucap Annisa yang membuatku penasaran, saran apa lagi yang akan dia berikan.

"Iya Nis,"

"Kamu harus bisa buktiin ke Mas Aldo bahwa kamu ini wanita yang patut ia perjuangkan, kamu harus tunjukkan kelebihan yang kamu miliki Kei."

"Mas Aldo kan belum mengenal dekat kamu, dia belum tau aja kalau memang kamu yang terbaik buat dia." ujar Annisa sembari mendekat duduk di sampingku.

"Iya, apa yang harus aku lakukan?"

"Kamu tunjukkan saja apa yang perlu kamu tunjukkan, ya seperti hal sepele namun bisa bikin laki - laki merasa diperhatikan, laki - laki itu mudah luluh oleh perhatian." ujar Annisa menjelaskan.

"Maksud kamu, aku harus perhatian gitu ke Mas Aldo?"

"Iyalah Keisya. kamu masakin makanan kesukaan dia, atau kamu bisa rebusin air hangat untuk mandi saat dia pulang kerja, atau kamu cuci pakaiannya, memasangkan dasi, mengambilkan semua keperluannya saat kerja. hal sepele yang kamu lakukan itu pasti bisa meluluhkan hati suami kamu."

"Apa kamu yakin hati Mas Aldo bisa luluh, hanya karena di perhatikan seperti itu?" tanyaku sedikit ragu.

"Ya bisalah, asalkan kamu melakukannya dengan ikhlas." ujar Annisa mencoba meyakinkanku.

"Iya Nis, kamu benar. memang itulah yang seharusnya aku lakukan. tapi Mas Aldo telah membuat kesepakatan, kalau aku dan dia akan terus menjadi seperti orang asing yang tidak saling kenal. aku urusin keperluan dan kebutuhanku sendiri, begitu juga dengan dia. dan aku pun tidak berhak ikut campur urusan pribadinya," ucapku menjelaskan keraguanku tadi.

"Sudahlah jangan mikirin kesepakatan, lagian kan Mas Aldo yang membuat kesepakatan sepihak itu, kalau kamu turuti terus kesepakatan itu, ya sampai kapanpun juga Mas Aldo tidak akan bisa melihat keindahan yang ada dalam diri kamu Kei," ucap Annisa yang menjelaskan bahwa aku tidak perlu menuruti kesepakatan itu.

"Apa hal itu tidak akan membuatnya emosi dan semakin membenciku Nis?" tanyaku pada Annisa, yang khawatir Mas Aldo akan marah kalau tau aku menentang kesepakatan yang telah dibuatnya itu.

"Tidak akan, aku bisa menjamin kalau Mas Aldo tidak akan memarahimu, lagian dia yang bikin sendiri kesepakatan itu, namun tanpa sengaja dia juga telah melanggar kesepakatan itu." ujar Annisa yang semakin berusaha meyakinkanku.

"Maksud kamu, Mas Aldo tidak sengaja melanggar kesepakatan yang dibuatnya itu apa Nis?" tanyaku penasaran dan belum faham apa yang barusan dikatakan oleh Annisa.

"Masa kamu nggak ngerasa sih Kei?"

"Tidak sama sekali," jawabku bingung.

"Aduh, kamu ini gimana sih, jelas - jelas Mas Aldo itu sempat berperilaku sangat manis di hadapan kamu masa kamu masih nggak ngerti juga sih?"

"Iya sih, tapi terkadang dia kan cuma akting."

"Masa Akting di hadapan kamu langsung Kei, jadi saat Mas Aldo tidur di depan kamar kamu itu juga kamu anggap aktingnya Kei?"

"Ya sepertinya sih dia tidak sedang berakting Nis, itu seperti sungguhan," jawabku sembari mengingat kejadian tadi pagi.

"Nah, itu kamu sudah mulai faham dengan apa yang aku maksud.

Aku sempat cerita ke Annisa kalau Mas Aldo terkadang bersikap begitu manis. aku ceritakan itu saat kami berbincang lewat pesan Whatsapp.

"Gini loh Kei, saat seseorang itu mulai bingung dengan perasaannya, seseorang itu akan cenderung berbuat yang menurut hatinya itu benar, dia bertindak sesuai keinginan hatinya, dia sudah tidak memikirkan resiko yang akan dia terima nanti, yang penting hatinya itu merasa puas. nah, aku bisa mengambil kesimpulan kalau Mas Aldo juga seperti itu, pasti dia sudah mulai memberikan sinyal positif ke kamu mengenai perasaanya."

"Maksud kamu Mas Aldo mulai menyukaiku begitu?" tanyaku yang memang masih bingung dengan penjelasan dari Annisa. gara - gara masalah kemarin fikiranku jadi ngeblank, susah nangkep penjelasan dari Annisa.

"Iya, itu kamu faham,"

"Masa begitu, nggak mungkin ahh, terlalu cepat," jawabku yang seakan mengelak kalau Mas Aldo telah menyukaiku.

"Itu sih menurut pemikiranku, ya siapa tau aja bener begitu, dari semua cerita kamu, aku bisa mengambil kesimpulan kalau tindakan - tindakan yang Mas Aldo lakukan ke kamu itu, bagian dari keinginan hatinya."

"Iya sih,"

"Dengan begitu kamu mudah untuk mengambil hatinya, kan kesannya kamu sudah baik di matanya. kamu akan lebih mudah membuat dia luluh, sekarang yang harus kamu lakukan adalah dengan mengesampingkan rasa cemburu kamu itu, kamu harus bisa membuktikan bahwa kamu lebih baik dari perempuan itu, karena laki - laki tidak suka dengan wanita yang terlalu memperlihatkan kecemburuannya. hal itu bisa membuat mereka para lelaki menjadi ilfil."

"Oh begitu ya," ucapku sembari berfikir, saran dari Annisa sepertinya ada benarnya juga.

"Iya Kei,"

"Aku fikirkan lagi nanti ya Nis, fikiranku masih ngeblank nih, belum bisa berfikir jernih. takut salah langkah yang bisa membuat Mas Aldo semakin menjauhiku." ujar ku yang ingin memikirkan dulu saran - saran dari Annisa tadi.

"Iya Kei, aku ngerti kok kondisi fikiran kamu saat ini seperti apa, kamu fikirkan dulu baik - baik, ini juga demi suami kamu, masa depan kamu juga, kamu nggak ingin kan kalau sampai gagal dalam membina rumah tangga?" ujar Annisa yang menenangkanku.

"Iya Nis, makasih ya, memang aku harus fikirkan semua saran dari kamu itu baik - baik, dan aku juga tidak ingin menjadi seorang janda di usiaku yang masih muda, aku tidak ingin gagal Annisa," ucapku sembari memeluk erat Annisa.

"Iya sama - sama kei, kamu wanita yang kuat dan tegar, Allah pasti menolong dan memberikan kemudahan."

Kami pun sholat dhuhur bersama, lalu tidur siang sebentar, sore hari pun kami berpamitan dengan Ayah untuk pulang, Ibu belum juga pulang, Adik - adikku juga belum pulang sekolah, mungkin ada kegiatan di sekolahnya.

"Ayah, Keisya pulang dulu ya."

"Iya Kei, hati - hati, kamu di antar pulang kan sama Annisa." tanya Ayah sembari menoleh ke arah Annisa.

"Iya Yah,"

"Ya sudah, kalian hati - hati ya, Ayah nitip salam buat suamimu Kei."

"Iya Ayah, nanti Keisya sampaikan salam dari Ayah ke Mas Aldo kalau sudah pulang kerja nanti."

"Annisa hati - hati ya bawa mobilnya dan terima kasih banyak sudah mau main kesini, dan tidak keberatan untuk mengantarkan Keisya pulang ke rumah suaminya." ujar Ayah, yang sangat berterima kasih atas kebaikan Annisa.

"Iya Paman sama - sama, Annisa juga senang sekali bisa datang kesini. lain waktu Annisa boleh kan main ke rumah Paman lagi?"

"Boleh dong Annisa, Paman malah seneng kalau kamu sering main kesini," ucap Ayah sembari tersenyum sumringah.

"Terima kasih banyak Paman."

"Iya sama - sama."

"Ya sudah Yah, Keisya pamit pulang kerumah Mas Aldo ya. Assalamu'alaikum."

"Iya Kei, Wa'alaikumsalam wr.wb."

Aku dan Annisa langsung menuju mobil, kami pun melambaikan tangan ke arah Ayah yang berdiri di teras rumah.

Sesampai di rumah aku memberi salam dan tidak ada yang menjawabnya, mungkin Bi Inah sedang sibuk di belakang. aku pun langsung masuk ke ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur. sembari memikirkan lagi tentang saran dari Annisa tadi.

Apakah aku harus mengikuti saran dari Annisa dan mengabaikan semua kesepakatan yang dibuat oleh suamiku, ataukah aku harus tetap menuruti kesepakatan itu?

Terpopuler

Comments

Caramelatte

Caramelatte

eyo kakak author! Ku balik nih!🤭 Semangat yaa upnya! 🤗

2021-01-11

1

Eny Suriyani Lestari

Eny Suriyani Lestari

sebaiknya begitu kei dicoba saran dr annisa.ya nggak thor

2020-12-11

1

Happyy

Happyy

💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼

2020-12-07

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG UJIAN PART 1
2 UJIAN PART 2
3 UJIAN PART 3 (saat janji suci pernikahan telah ternodai)
4 UJIAN PART 4 (antara saran terbaik dan kesepakatan)
5 Kamu peduli padaku, tapi mencintai wanita lain
6 Dia (Suamiku adalah hidupku)
7 Sebuah fakta yang terungkap
8 Perjuangan cinta dan doa part 1
9 Perjuangan cinta dan do'a part 2
10 Perjuangan cinta dan doa part 3
11 Perjuangan cinta dan doa part 4
12 Perjuangan cinta dan doa part 5
13 Selalu di salahkan
14 Sementara menjauhi pertengkaran
15 Selalu ada solusi
16 Bunda Hanum (Ibu mertua yang baik hati)
17 Kado pernikahan terindah dari kakak ipar
18 Kerinduanku
19 Suamiku yang selalu ingin di mengerti
20 Menemukan bukti baru
21 Mencari tahu kebohongan Aleesha part 1
22 Mencari tahu kebohongan Aleesha part 2
23 Anak cantik itu bernama Rafisa
24 Rafisa adalah anugerah terindah
25 Rahasia Aleesha
26 Akhirnya suamiku menemuiku
27 Kembali lagi ke rumah Mas Aldo
28 Rafisa kembali ke orang tuanya
29 Diam itu lebih baik
30 Pernikahan yang semakin rumit
31 Terbongkarnya Rahasia Aleesha Part 1
32 Terbongkarnya Rahasia Aleesha Part 2
33 Terbongkarnya Rahasia Aleesha Part 3
34 Kebahagiaan Keisya dan Aldo
35 Kebersamaan yang tak akan terlupakan
36 Kepergian Raditya/Aditia
37 Pertengkaran Mas Aldo dan Aleesha
38 Melepas rindu dengan Ayah dan Ibu
39 Moments bersama keluarga
40 Gagal menginap di rumah Ayah
41 Menjenguk Mas Raditya/Aditia
42 Keadaan Mas Aditia berangsur membaik
43 Balik ke Jakarta
44 POV RADITYA/ADITIA
45 POV ALDO
46 Kepergian Raditya ke Australia
47 Pertemuan Raditya dengan Aldi
48 Pertengkaran antara Keisya dan Aleesha
49 Luka yang tak berdarah
50 Kecewa
51 Harapan yang sia - sia
52 Ibarat bunga asli dan bunga plastik
53 Kepulangan Aldi Kakak Aldo
54 Obrolan santai dengan Kakak Ipar
55 Menginap di rumah Bunda Hanum
56 Jalan-Jalan bersama Kakak Ipar
57 Ibu mertua berhati Malaikat
58 Saran Program hamil
59 Gejolak hati
60 Aku baik-baik saja
61 Cemburu tanda cinta
62 Pertemuan yang tidak di sengaja antara Aldi dan Annisa
63 Perbincangan hangat
64 Sesejuk embun pagi
65 Bunglon suka berubah warna
66 Berdamai dengan keadaan
67 Merawat Aleesha
68 Cemburu lagi
Episodes

Updated 68 Episodes

1
PROLOG UJIAN PART 1
2
UJIAN PART 2
3
UJIAN PART 3 (saat janji suci pernikahan telah ternodai)
4
UJIAN PART 4 (antara saran terbaik dan kesepakatan)
5
Kamu peduli padaku, tapi mencintai wanita lain
6
Dia (Suamiku adalah hidupku)
7
Sebuah fakta yang terungkap
8
Perjuangan cinta dan doa part 1
9
Perjuangan cinta dan do'a part 2
10
Perjuangan cinta dan doa part 3
11
Perjuangan cinta dan doa part 4
12
Perjuangan cinta dan doa part 5
13
Selalu di salahkan
14
Sementara menjauhi pertengkaran
15
Selalu ada solusi
16
Bunda Hanum (Ibu mertua yang baik hati)
17
Kado pernikahan terindah dari kakak ipar
18
Kerinduanku
19
Suamiku yang selalu ingin di mengerti
20
Menemukan bukti baru
21
Mencari tahu kebohongan Aleesha part 1
22
Mencari tahu kebohongan Aleesha part 2
23
Anak cantik itu bernama Rafisa
24
Rafisa adalah anugerah terindah
25
Rahasia Aleesha
26
Akhirnya suamiku menemuiku
27
Kembali lagi ke rumah Mas Aldo
28
Rafisa kembali ke orang tuanya
29
Diam itu lebih baik
30
Pernikahan yang semakin rumit
31
Terbongkarnya Rahasia Aleesha Part 1
32
Terbongkarnya Rahasia Aleesha Part 2
33
Terbongkarnya Rahasia Aleesha Part 3
34
Kebahagiaan Keisya dan Aldo
35
Kebersamaan yang tak akan terlupakan
36
Kepergian Raditya/Aditia
37
Pertengkaran Mas Aldo dan Aleesha
38
Melepas rindu dengan Ayah dan Ibu
39
Moments bersama keluarga
40
Gagal menginap di rumah Ayah
41
Menjenguk Mas Raditya/Aditia
42
Keadaan Mas Aditia berangsur membaik
43
Balik ke Jakarta
44
POV RADITYA/ADITIA
45
POV ALDO
46
Kepergian Raditya ke Australia
47
Pertemuan Raditya dengan Aldi
48
Pertengkaran antara Keisya dan Aleesha
49
Luka yang tak berdarah
50
Kecewa
51
Harapan yang sia - sia
52
Ibarat bunga asli dan bunga plastik
53
Kepulangan Aldi Kakak Aldo
54
Obrolan santai dengan Kakak Ipar
55
Menginap di rumah Bunda Hanum
56
Jalan-Jalan bersama Kakak Ipar
57
Ibu mertua berhati Malaikat
58
Saran Program hamil
59
Gejolak hati
60
Aku baik-baik saja
61
Cemburu tanda cinta
62
Pertemuan yang tidak di sengaja antara Aldi dan Annisa
63
Perbincangan hangat
64
Sesejuk embun pagi
65
Bunglon suka berubah warna
66
Berdamai dengan keadaan
67
Merawat Aleesha
68
Cemburu lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!