Ana celingukan di dalam kelas, siapa lagi mahkluk yang di cari nya kalau bukan Rick. Berkali-kali Ana menatap bekal sarapan yang dia bawa, ayam goreng yang semalam Rick beli, dia masak ulang tadi pagi. Dua potong dada ayam itu dia suwir-suwir dan di masak sambel. Di tambah tumis daun singkong rebus, Membuat liur Ana hampir menetes, memikirkan bekal paling istimewa yang akan dia santap hari ini. Dia tengah berpikir, apakah Rick mau makan makanan yang di daur ulang seperti itu. Namun tadi pagi nasi kuning nya ludes tak bersisa, di beli oleh anak pak lurah karena ada beberapa keluarga dari kampung yang menginap.
Tak lama Maura dan teman-teman nya masuk ke dalam kelas, Ana mulai ketar ketir.
"Ada sasaran empuk nih!" ujar Cindy mengerling teman-teman nya.
"Bener, pagi-pagi gini enaknya ngapain ya?" Maura seolah sedang berpikir keras. Tentu saja, gadis itu pasti berpikir untuk mengerjai nya lagi kali ini.
Tangan Ana menggeser pelan kotak bekal yang di bungkus plastik hitam ke dalam laci meja Rick. Dengan begitu, bekal tersebut akan aman sentosa di dalam sana.
"Kau seperti nya tidak takut pada ancaman ku." Maura mengetuk jari telunjuk nya di dagu, seolah sedang memikirkan cara lain untuk membuat Ana tunduk padanya.
"Kau tau jika Rick adalah kekasih ku, semua orang di sekolah ini tau kami ini adalah pasangan yang cocok. Dan lihat lah dirimu?" Muara menilik penampilan Ana dari atas hingga bawah dengan tatapan jijik. Matanya tertuju pada sepatu Ana yang terlihat mangap menantang nya. Maura tersenyum mengejek.
"Lihat lah sepatu mu, kau benar-benar menyedihkan! heran saja, bagaimana sekolah elit seperti ini bisa menerima sampah seperti mu!" Ujar maura tersenyum sinis penuh hinaan.
"Kau itu harus nya tau diri, ibarat sepah terbuang, itulah dirimu!" Ana meremat pinggiran rok seragam nya dengan kuat, hinaan demi hinaan yang terlontar membuat jiwa rapuh Ana sedikit banyak terpengaruh.
"Denger baik-baik, ajukan pindah tempat duduk saat setelah jam istirahat pertama. Katakan kau ingin bertukar tempat duduk dengan ku" Titah Maura seenak jidat.
Mata Cindy melotot tak percaya, mendengar ucapan sahabat nya.
"No! Aku tidak mau, enak saja! Cari tempat duduk lain, asal jangan dengan ku. Bisa-bisa aku alergi lagi duduk satu meja dengan nya. Aku ogah berbagai meja dengan orang miskin! Bisa kena sial aku nanti!" Tolak Cindy berapi-api. Lalu pergi duduk di kursinya, dia sangat tidak setuju dengan ide konyol sahabat nya. Enak saja pikirnya, duduk satu meja dengan si miskin.
"Pokoknya terserah kau mau duduk di mana, yang jelas ajukan pindah tempat duduk bagaimana pun caranya. Awas saja kalau kau berani membantah ku lagi, kau akan tau akibatnya!" seru Maura memberikan peringatan tegas, sambil menunjuk kening Ana menggunakan jari telunjuk nya.
Ana menghela nafas lega, paling tidak bekal nya masih aman. Kalau tidak, bisa-bisa Rick akan ngambek lagi padanya. Pria itu sudah mewanti-wanti nya sejak semalam agar tidak lupa membawa bekal untuk nya.
Teng teng teng
Bunyi lonceng menandakan kegiatan belajar mengajar akan di mulai kurang dari 1 menit. Dan Rick masih belum terlihat. Ana berkali-kali melirik kotak bekal di laci Rick dengan perasaan gelisah.
"Ana? An?" tegur ibu Wina ketika melihat Ana yang tidak fokus pada mata pelajaran yang sedang di terangkan nya di depan kelas.
"Heh? ya bu? maaf," cicit Ana salah tingkah, ini pertama kalinya dia tidak fokus belajar. Dan dirinya merasa tidak enak, pada guru baik hati yang sudah berjuang untuk mendapatkan jatah beasiswa untuk nya.
"Apa kau sedang tidak enak badan? pergilah ke UKS," titah bu Wina penuh perhatian.
"Eh? tidak bu, saya baik-baik saja. Maaf sekali lagi," Ujar Ana menunduk, dia kini menjadi pusat perhatian seisi kelas, hampir seluruh siswa di kelas itu menyoraki nya. Kebanyakan menatapnya dengan tatapan sinis, sisa nya menatap nya dengan iba. Bu Wina terkenal killer, namun setiap kali berhadapan dengan Ana, Bu Wina selalu bersikap lembut. Mereka pikir, mungkin karena Ana siswa yang cerdas dan membanggakan pihak sekolah karena sebagai siswa baru, Ana sudah dua kali mewakili sekolah untuk ikut lomba cerdas cermat. Dan selalu menjadi pemenang.
"Tapi wajahmu terlihat pucat, ayo ke UKS. Atau kau ingin ibu yang mengantarkan mu ke sana, Ana?" Suara lembut penuh tekanan bu Wina yang terkesan memaksa Membuat nyali Ana ciut. Mau tak mau Ana beranjak dari kursinya, namun pikiran nya berpikir lain. Bu Wina kesal padanya, sehingga menyingkirkan nya ke UKS secara halus.
Ana berjalan gontai menuju UKS, entah apa yang akan dia katakan kepada perawat penjaga di sana. Dirinya bahkan tidak sedang sakit, namun di paksa untuk mengaku sakit.
Klek
Ana menatap meja tinggi, secamam meja resepsionis.
"Maaf, apa aku boleh menumpang beristirahat, aku sedikit tidak enak badan. Seperti nya" ujar Ana melemah di ujung kalimat nya.
Seorang perawat pria menelisik Ana lalu mengangguk pelan. Sementara satu perawat perempuan duduk menulis sesuatu di buku besar.
"Ayo masuk ke ruangan sebelah sini, kau bisa beristirahat dengan nyamam di dalam. Silahkan" ujarnya tersenyum ramah, kemudian meninggalkan Ana yang mulai membuka pintu ruangan.
Klek
Ana yang di buat pusing, tanpa melihat siapa yang tengah berbaring di atas ranjang. Gadis itu menghempaskan tubuh lelah nya tanpa aba-aba. Sampai suara seseorang memekik kaget dan terdengar kesakitan, barulah Ana sadar. Jika di dalam sana bukan hanya ada diri nya, namun ada orang lain juga. Apa dia salah ruangan? di UKS tersebut ada 2 ruangan dengan masing-masing memiliki dua ranjang pasien.
"Auwww auwww.... Astagaa! Nanaaa!? apa kau tidak bisa lihat dulu sebelum kau merebahkan tubuhmu?" Seru Rick kesal, meski dirinya tidak lah benar-benar marah. Rick hanya kaget, juga kesakitan di saat bersamaan.
Bagaimana tidak? Ana merebahkan tubuhnya tepat di luka lebam dan lecet di sikunya
"Rick? bagaimana bisa kau ada di sini? kenapa tidak masuk ke dalam kelas? apa kau sakit? apa ini karena semalam kau makan di warung tenda itu?" Ana mencecar Rick dengan banyak pertanyaan, Membuat kepalanya semakin berdenyut hebat.
"Nana! berhentilah mengoceh atau kau mau aku cium sekarang juga?" ujar Rick galak, walau sebenarnya dia memang sangat mencium bibir tipis gadis itu.
Ana langsung bungkam, bayangan akan di cium Rick membuat isi kepala nya yang minim urusan percintaan, menjadi panas dingin tak karuan.
"Aku terjatuh motor saat akan ke sekolah, makanya aku beristirahat di sini. Lihatlah? kau menindih siku ku yang terluka" tunjuk Rick memperlihatkan luka gores lumayan besar di siku nya. Ana bergidik ngeri, jika sampai terluka separah itu, artinya, Rick terjatuh cukup hebat. Pasalnya pria itu tidak pernah lupa menggunakan jaket kulit nya.
" Kenapa kau tidak hati-hati sih. Kenapa ini tidak di perban, bagaimana kalau terkena debu. Ka, bisa infeksi" omel Ana penuh perhatian, hati Rick menghangat mendengar nya. Senyum di sudut bibir nya terbit, namun Ana yang terlalu fokus pada luka Rick tidak melihat nya.
"Itu guna nya kau kemari. Obati lukaku sekarang" titah Rick semena-mena, Ana mendengus sebal. Lalu apa gunanya di UKS tersebut ada dua perawat.
"Sudah, jangan merenggut seperti ini. Kalau tanganku terluka, aku tidak bisa menyuapi mu makan nanti." Celoteh Rick seakan-akan Ana tidak bisa makan jika tanpa dia suapi.
"Aku bisa makan sendiri, kau saja yang suka memaksa." Namun meski mulut nya mengomel, tangannya tetap mengoleskan saleb luka juga memasang perban di pergelangan siku pria ketus itu.
"Sudah. Aku balik ke kelas dulu." Ujar Ana bersiap beranjak dari duduknya.
"Eeh? kau mau kemana, temani aku sampai jam istirahat pertama. Kau kira kenapa Bu Wina menyuruh mu kemari?, tentu saja untuk menemani ku. Duduk diam, aku mau istrahat." Rick menarik pergelangan tangan mungil Ana, hingga Kembali duduk di kursi plastik di samping ranjang nya. Pria itu memejamkan kedua matanya, Rick sebenarnya sedang menahan rasa perih juga nyut-nyutan dari lukanya. Namun kehadiran Ana seperti obat pereda rasa sakit baginya. Satu tangannya yang baik-baik saja terus menggenggam jemari Ana yang dia tautkan di jari-jari nya. Dengan begitu dia akan merasa kan jika Ana akan meninggalkan nya.
Diam-diam hatinya bersorak senang, karena lagi-lagi bisa membuat Ana takluk pada nya meski dengan cara yang tak biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nurlela Nurlela
sangat ingin?
2022-10-19
0
Duyung kesayangan
Cinta berbeda keyakinan hadir disini juga kak
2022-08-03
1
Nadiya Rahman
Oalah ternyata Rick toh yang menyuruh Bu Wina supaya ana ke ruang UKS 😀🤭
2022-07-17
1