Rick berkali-kali melirik ke pintu depan, Ana tengah di luar mengobrol dengan pak RT. Dapat Rick lihat dari balik kaca jendela ruang tamu, tatapan biasa pak tua genit itu. Rick bahkan rela menjatuhkan ponselnya berkali-kali ke lantai, agar Ana peka dan segera masuk.
Matanya menatap miris ponselnya yang sudah memiliki retakan di kacanya. Namun obrolan kedua makhluk tak punya pengertian itu tak kunjung usai.
"Nana! Masakan mu seperti nya gosong, coba kau lihat dulu!" seru Rick dari dalam, Ana mengernyit heran. Kapan bila dirinya masak. Namun tak ingin membiarkan Rick Membuat kegaduhan lebih banyak lagi, akhirnya Ana mengalah dan segera pamit pada pak RT.
Wajah gadis itu sangat tidak sedap di pandang, Rick acuh tak acuh memainkan ponselnya yang sudah tak utuh lagi layarnya.
"Kau ini! sudah susah payah aku mengatakan kau itu sepupu ku pada pak RT. Untung saja beliau percaya, kalau tidak bisa terkena masalah aku karena mu." Omel Ana nyerocos kesal sambil berlalu menuju kamar nya.
"Hei, kau itu mau kemana. Aku lapar, tadi siang ada yang bilang tidak lapar, tapi jatah makan siang ku di habiskan semua sampai tidak bersisa sedikit pun." Balas Rick menarik pergelangan tangan kecil Ana.
Ana menatap tajam pria menyebalkan di depan itu dengan raut wajah tak senang.
"Lalu kalau kau lapar aku harus apa, ada nasi di dapur. Ambil saja sendiri, aku masih kenyang." Ketus Ana jengkel. Sudah jam 7 malam tentu saja dia merasa sedikit lapar. Namun mengingat porsi nasinya yang sudah tinggal sedikit, dia bingung harus berbagi nya. Belum lagi lauknya tidak ada sama sekali, hanya ada terasi satu keping. Mana mungkin dia mengajak anak sultan ini makan terasi.
"Ck! kenapa selalu marah-marah. Ayo kita makan di luar, aku akan mentraktir mu, kau bisa pesan apa saja yang kau inginkan. Isi dompetku milikmu malam ini, bersiaplah aku tunggu di luar." Rick ngeloyor pergi begitu saja, membuat Ana mematung. Makan di luar? boleh memesan apa saja? seringai licik Ana terbit kan di bibir tipis nya. Akan dia kerjai pria itu hingga jera dan tidak ingin lagi bertemu dengan nya.
Tanpa mengganti baju, Ana mengambil cardigan hadiah terakhir dari sang ibu Sebelum berpulang dua hari setelah nya.
"Ayo!" ajak Ana tanpa menoleh, dia sibuk mengatur letak sandal jepit nya. Meski pun jepit, namun sangat bersih. Dia beli di pasar dengan harga 19 rb dengan merk Ne*w er*a KW, dan itu terasa sangat mahal di dompet pas-pasan nya. Rick menelisik penampilan Ana yang tidak berbubah, hanya cardigan usang nya saja yang terlihat berbeda.
"Tidak ada pakaian lain?" ujar Rick datar. Diam-diam Ana tersenyum puas mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Rick.
"Pakaian ku semuanya kusam seperti ini. Kalau keberatan dengan penampilan ku, ya sudah, kau pergi saja sendiri" ketus Ana pura-pura marah, dia tidak pernah tersinggung jika seseorang menilik penampilan nya. Bisa pakai baju saja sudah cukup, urusan baru atau tidak nya bukanlah perkara besar.
Ana hendak berbalik masuk kembali ke dalam rumah nya, namun tangan kekar Rick sudah lebih dulu menggamit nya menuju motor.
"Ck! begitu saja marah. Kan aku hanya bertanya, tidak punya yang lain ya sudah. Jangan bicara ngelantur" omel Rick memasang kan helm di kepala Ana. Entah sejak kapan helm itu Rick beli, yang jelas dia selalu berharap jika suatu saat, Ana yang memakainya. Dan sekarang harapan nya sudah terkabul, helm yang sudah hampir dua bulan ini nongkrong di kamar apartemen nya. Kini sudah terpasang indah di kepala Ana.
Ana masih memasang wajah di tekuk, agar dramanya tidak buyar. Baper? tentu saja, gadis mana yang tidak deg-degan diperlakukan semanis madu. Namun Ana tau diri, dirinya tidak lah sepadan.
Perjalanan mereka di isi oleh keheningan, sesekali Rick bertanya akan makan di mana. Jawaban Ana selalu sama. Terserah!
"Katakan saja di mana tempat makan yang kau sukai, tidak ada tempat makan yang namanya terserah." Seru Rick dari depan, Ana mendengus kesal. Mana dia tau tempat makan yang enak, dia saja tidak pernah makan di luar. Boro-boro, untuk tetap bisa makan saja, dirinya harus berhemat sedemikian rupa.
"Kau maunya di mana, aku ikut saja." Putus Ana akhirnya, dia sudah pusing di ajak berkeliling dalam keadaan perut lapar. Ana gampang masuk angin, itu di karena kan dirinya mengidap penyakit lambung parah.
"Aku tidak dengar kau bilang apa? Coba lebih dekat lagi" titah rick sedikit berteriak. Ana mencondongkan sedikit tubuhnya, yang sudah setengah hidup dia tahan agar tetap tegak. Punggung dan pinggang nya sampai sakit.
"Aku bilang aku ikut saja dengan mu!" balas Ana, kesempatan itu tidak di sia-sia kan oleh Rick. Dengan gesit, Rick sudah meraih satu tangan Ana yang di gunakan untuk berpegangan di sisi motor nya. 'Memangnya dia pikir sedang naik ojek apa?' batin Rick komat kamit.
Ana sedikit berontak, namun mengingat mereka sedang di atas motor yang tengah melaju, membuatbu nya pasrah.
Sementara Rick tersenyum puas, saat tangannya bisa dengan bebas menggenggam jemari kecil Ana yang sedikit kasar.
Setelah beberapa menit berkeliling, Rick menjatuhkan pilihan nya pada sebuah warung tenda. Terlihat dari spanduk nya, tempat itu menyediakan menu lalapan.
Rick melepaskan helm Ana sebelum melepaskan helm nya sendiri.
"Makan di sini saja, kau tidak masalah?" tanya Rick datar, mata tajamnya menatap intens wajah bulat Ana. Jika gadis itu lebih berisi lagi, maka pipinya pasti akan terlihat semakin bulat. Dan Rick sangat menyukai kontur wajah Ana. Menggemaskan menurut nya.
Ana yang di tatap sedemikian rupa menjadi salah tingkah sendiri. Gadis itu mengedar pandangannya ke sembarang arah, untuk menghindari tatapan Rick yang membuat kinerja jantung nya sedikit tidak sehat.
"Apa kita tidak jadi makan?" ujar Ana mengalihkan topik, dadanya bergemuruh tidak karuan berlama-lama di tatap seperti itu.
"Ayo!" Rick meraih tangan Ana dan menautkan jari mereka, Ana hanya bisa melirik tangan nya yang semakin di erat kan oleh Rick. Bolehkah dia berharap Rick memiliki perasaan lebih pada nya?
"Ayo duduk" titah Rick yang rupanya sudah menggeser kursi plastik di sebuah meja di sudut warung.
"Kau mau pesan apa?"
"Aku... hmm.. Ikan mas goreng boleh?" Ana menatap Rick di samping nya.
"Kau dengar apa katanya? aku juga, sama kan menu ku dengan nya saja. Piring nya satu saja, nasi porsinya lebih banyak dari yang biasa. Minumnya es teh manis dua," selesai memesan makanan untuk mereka berdua Rick mengetik kan sesuatu di ponselnya. Ana masih berusaha mencerna perkataan Rick soal pesanan tadi. Satu piring? jadi dia tidak ikut makan atau bagaimana?
"Kau sedang memikirkan apa? kenapa keningmu sampai berkerut seperti itu?" Ana sontak menoleh karena lamunan nya di kagetkan oleh suara datar Rick.
"Ah, tidak. Aku hanya berpikir tentang jualan ku besok." Kilah Ana menatap lurus keluar tenda.
"Kau tidak perlu membuat kue nanti subuh, cukup jualan nasi kuning saja. Besok aku ingin mengajak mu ke suatu tempat, aku tidak ingin kau mengantuk di jalanan karena kurang tidur." Ujar Rick sambil mengaduk es teh yang baru tiba di meja mereka.
"Mana bisa begitu, kau ini. Selalu saja memerintahkan ku seenaknya." Omel Ana tak terima. Mau dapat uang dari mana dia, jika tidak berjualan. Satu hari libur jualan, baginya sama seperti sebulan.
"Aku akan menggantikan kerugian mu besok, katakan saja. Aku tidak suka di bantah, jadi tulis saja rincian nya dan berikan padaku." Titah Rick tak terbantahkan. Ana mendengus jengkel, akan dia kerjai laki-laki itu pikirnya. Lihat saja.
Ana kembali memasang wajah tak sedap di pandang, sekarang dia paham, kenapa Rick hanya memesan satu piring saja. Karena nasinya di taruh di wadah berbeda. Dan sekarang, mereka kembali makan di satu piring yang sama. Dan pria tukang paksa itu, kini tengan menyuapi Ana bergantian sambil menyuapi dirinya sendiri. Sungguh menyebalkan, keduanya kini menjadi bahan tontonan orang yang sedang makan di sana, atau sekedar memesan untuk di bawa pulang.
"Tau gini aku pesan bawa pulang saja, makan di rumah lebih bebas." Gerutu Ana dengan mulut penuh makanan. Rick menyuapi Ana lebih banyak lauknya ketimbang nasinya. Selalu seperti itu, dia tau Ana setiap hari hanya mentok makan telur. Selebihnya, kadang hanya makan menggunakan terong di bakar lalu di ulek dengan sambel terasi. Rick diam-diam sering memperhatikan kebiasaan gadis itu dari salah seorang tetangga kepo Ana. Dia tau gadis itu menyukainya, maka dia manfaatkan saja. Tentu saja dengan imbalan uang, karena dia tau orang-orang di sana tidak ada yang mau berteman dengan wanita nya.
Gadis itu dia mnafaatkan, untuk menyambangi rumah Ana dengan alasan memesan kue atau nasi kuning. Hasil jepretan tangan kreatif hadis itulah, yang membuat hatinya semakin terperosok jauh pada kesederhanaan seorang Ana.
Dua bulan lebih, Rick merelakan uang sakunya untuk membayar detektif dadakan nya itu. Selain mengawasi kegiatan harian Ana, Lilis nama gadis itu, juga bertugas menjauhkan para pria dari sekitar Ana. Termasuk pak RT genit, yang baru dia ketahui, menaruh hati pada gadis pujaan nya. Dasar tidak tau diri batik Rick mengumpat kesal.
"Makan saja, aku sudah pesan untuk di bawa pulang." Rick Kembali menyuapi Ana, wajah nya yang datar, sering membuat jiwa lemah Ana sebagai perempuan serasa di permainkan. Bagaimana tidak, pria itu terlihat begitu perhatian, namun sikap nya sangat berlawanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
smangattt nulisnyaaa yaa kak 💃💃
2022-08-27
2
Yuli Fitria
Hihi murah punyaku An, lima belas ribu 😂
2022-07-28
1
Nadiya Rahman
Uhuy,so sweet banget sih kamu Rick 🤗
2022-07-16
1