Motor besar Rick terparkir gagah di pelataran rumah mungil Ana, pria itu mengetuk pintu rumah Ana sedikit tidak sabar.
Klek
Ana terkejut bukan main, melihat siapa yang mengetuk pintu rumah nya.
"Rick? kenapa kau ke sini? Ada apa?" Ana memberondong Rick Dengan pertanyaan kaget nya. Rick menyoyor kening gadis menyebalkan di hadapan nya. Sudah berani membuat hari dan hati nya kacau balau, malah di cecar pertanyaan tanpa menyuruh tamunya untuk masuk terlebih dahulu.
"Begini caramu menerima tamu?" Ketus Rick menggeser tubuh mungil Ana dan bergegas masuk. Di rumah itu tidak ada sofa, ruang tamunya pun sangat kecil. Hanya berukuran 2x3 meter. Dan ruang keluarga berukuran sedikit lebih besar, 3x4 meter. Cukup besar untuk ukuran Ana, karena dia seorang diri.
Ana mengelus kening nya "Kenapa suka sekali memaksa" gerutu Ana membuka lebar pintu rumah nya. Dia tidak ingin di kira memasukan pria ke rumah nya dengan maksud lain.
"Aku mendengar mu, Nana!" Tegur Rick yang rupanya masih berdiri di antara pintu penghubung ruang keluarga.
Ana meringis menatap Rick yang terlihat sangat kesal padanya. Pasti gara-gara dirinya tidak turun untuk membawakan sarapan pria itu pikirnya. Selama dua bulan ini, Rick selalu meminta Ana membawakan nya sarapan pagi juga makan siang. Namun hari ini akibat dirinya terlambat, maka bisa di pastikan, pria itu harus ke kantin meski tidak suka keramaian dan menjadi pusat perhatian.
"Aku lapar! siapkan aku makan siang, aku tidak suka menunggu!" lagi-lagi Rick memerintah dengan nada tak enak di dengar. Ana melipat bibir nya kesal, pekerjaan nya masih banyak dan pria ini seenaknya memerintah nya.
"Ya, ya. Makan di dapur saja, ada mejanya. Kau pasti tidak terbiasa makan meleseh di lantai." Ujar Ana melewati tubuh Rick menuju dapur. Rick menatap tubuh mungil, yang sudah memporak porandakan pagi hingga siangnya hari ini.
Sebelum menyusul Ana, Rick berbalik untuk menutup pintu. Masa bodoh jika ada yang menggerebek mereka. Saat memasuki area dapur, Rick melihat begitu banyak barang yang berserakan di lantai. Seperti nya gadis itu habis belanja dari pasar. Rick menghela nafas panjang, mengingat Ana pasti menggunakan sepeda butut nya. Batin Rick mencelos perih. Membawa barang sebanyak itu pasti butuh perjuangan. Sepeda Ana type sepeda jadul, sepeda jengki. Bisa di bayangkan bagaimana caranya gadis itu mengayuh nya dengan susah payah. Dengan palang besi di tengah nya, pasti sangat menyusahkan.
"Kau habis belanja? Kenapa tidak turun ke sekolah tadi?" tanya Rick menatap Ana yang sedang meracik makanan dalam piring untuk nya. Rick melirik dandang kecil itu, sisanya mungkin hanya tinggal setengah centong nasi. Lalu kembali melirik ke arah piring nya. Lagi-lagi hatinya mencelos, Ana menaruh banyak nasi juga lauk, yang dia yakin Pasti sisa jualannya tadi pagi. Yang sengaja gadis itu simpan, untuk makan siang atau bahkan makan malamnya nanti.
"Aku terlambat bangun" ujar Ana jujur.
Rick memicing kan kedua matanya "kenapa?"
"Pesanan kue ku banyak, ada hajatan khitanan. Aku tidur larut malam, subuhnya harus bangun lagi untuk membuat nasi kuning, abis bungkus, aku malah Kembali tertidur sampai jam 7 pagi." Jelas Ana sedetail mungkin, gadis itu meringis sendiri mendengar kalimat yang dia ucapkan.
"Ini, makanlah. Setelah itu kau pulang. Aku tidak ingin ada warga yang salah paham padamu juga padaku. Aku tidak mau mendapatkan masalah" tegas Ana tanpa menoleh ke arah Rick, setelah menaruh piring di atas meja juga segelas besar berisi air putih. Ana Kembali duduk di lantai, untuk memisahkan bahan-bahan yang dia butuhkan.
Rick menatap Ana dari samping dengan tatapan tak terbaca "Kau sudah makan?" tanya Rick datar.
"Sudah. Makanlah cepat." Titah Ana masih acuh. Tangannya Sangat terampil dalam memilih bahan -bahan tersebut.
Rick mendengus mendengar Ana lagi-lagi mengusir nya secara halus. Pria itu meraih piring nya lalu duduk persis di hadapan Ana.
"Ayo makan sama-sama, aku sudah terbiasa makan bersama mu selama dua bulan ini. Akan aneh kalau aku makan seorang diri" kilah Rick beralasan, padahal dia sudah kenyang. Karena tadi makan di kantin cukup banyak, tujuan nya membuat para gadis di sana ilfil padanya. Namun bukannya ilfil, gadis-gadis itu malah meniru porsi kuli nya. Sungguh Rick menyesal bukan main, alhasil, dirinya merasa mual tak karuan.
"Aku kenyang, Rick. Makan saja. Nasiku masih banyak jika aku lapar, aku bisa makan sendiri" tolak Ana halus. Banyak dari mana? itu adalah nasi untuk makan malamnya nanti. Dan sekarang harus dia relakan untuk di berikan untuk pria galak ini.
"Ck! makan saja. Ayo buka mulut mu?" titah Rick tak mau di bantah, dia tau Ana pasti belum makan siang. Entah-entah gadis itu juga sudah sarapan atau belum. Rick jadi berpikir, mungkin saja Ana tidak turun karena tidak bisa membawa kan nya sarapan juga makan siang.
Rick jadi merasa bersalah.
"Aaa.. buka lagi.."Rick terus menyuapi Ana tanpa sadar nasinya sudah hampir habis.
"Katanya masih kenyang" cibir Rick membuat Ana tersedak. Hidungnya perih akibat tersalib sambel goreng. Rick mengarah kan gelas ke mulut Ana sambil mengomel. Dengan telaten mengelap mulut Ana menggunakan sapu tangan nya.
"Kenapa bisa tersedak? aku tidak akan meminta nya! Dasar ceroboh" Ana ingin menangis mendengar ocehan pria itu, tidak tau kah dia Jika Ana tersedak akibat mendengar ucapan nya tadi.
"Habiskan, tinggal satu suap lagi." Titah Rick semena-mena. Kalau tidak sayang makanan terbuang-buang, Ana ingin menyudahi makannya. Sejak tadi tidak satu sendok pun Rick memasukkan ke dalam mulutnya sendiri. Apa pria itu jijik bergantian sendok dengan nya? Dan sejak tadi pula Rick tidak mengijinkan Ana untuk makan sendiri. Ana merasa seperti orang yang tengah sakit parah.
Selesai makan Rick menuju tempat cuci piring, yang hanya menggunakan baskom kecil bunga-bunga di lantai, yang di bentuk persegi lebih tinggi agar air nya dapat mengalir ke luar.
"Biar aku saja. Kau tidak akan mengerti cara mencuci nya dengan wadah yang seperti ini." Ana mengambil piring dari tangan Rick, pria itu terkejut. Sebab dari tadi, dia sibuk menatap tempat cuci piring yang unik tersebut.
"Eh? ya sudah." Rick bergeser dan duduk di kursi kayu di meja makan, menatap intens apa yang Ana lakukan. Gadis itu begitu cekatan.
"Kalau tau dia tidak akan makan karena jijik bekas ku, aku tidak akan menaruh nasi sebanyak itu tadi. Kan lumayan untuk ku makan malam" Gumam Ana melirik miris dandang kecilnya, yang hanya muat satu setengah muk beras untuk di masak.
Rick ikut melirik arah tatapan Ana, Ana bahkan tidak tau jika Rick terus memperhatikan nya seja tadi. Dan tentu saja gumaman nya terdengar jelas oleh telinga tajam Rick. Pria itu tak habis pikir, Ana masih mengiranya jijik, padahal mereka sudah sering bergantian sendok saat makan di sekolah.
"Apa lagi yang akan kau lakukan setelah ini?" Ana kaget melihat Rick yang sudah berdiri di samping nya.
"Ku kira kau sudah keluar" ujar Ana menutupi kegugupannya, entah-entah Pria itu mendengar ucapan nya tadi.
Rick tidak menghiraukan perkataan Ana, "apa lagi yang akan kau lakukan setelah ini?" ulangnya.
"Mau membuat bumbu nasi kuning. Agar nanti subuh tinggal memasak nya saja." Jawab Ana mulai mengupas bawang "juga merebus telur" lanjut nya lagi tanpa menoleh.
Rick Kembali menarik nafas dalam-dalam, padahal dia ingin mengajak gadis itu keluar.
"Mana telur nya? biar aku yang rebus" Ana menoleh cepat, ingin memastikan jika telinga nya tidak salah mendengar.
Rick mencebik melihat reaksi berlebihan Ana "hanya merebus telur aku juga bisa." Ujar Rick tidak terima dengan tatapan meremehkan yang di tunjukkan Ana pada nya.
"Tidak perlu, aku menggunakan tungku kayu. Kau bisa membakar rumah ku nanti." Terang Ana menolak tegas.
Rick melempar pandangan nya ke arah kompor, dimana letak tungku yang di maksud oleh Ana tadi. Ana yang paham arti tatapan bingung Rick, segera menunjuk pintu mengarah ke belakang.
"Itu, di sana." Tunjuk Ana.
Rick segera memeriksanya, benar saja. Sebuah tungku terbuat dari susunan bata merah yang di buat bundar, dengan kolong di bawahnya. Sekarang Rick paham, kenapa dia sering mencium aroma asap dari rambut lembab Ana di sekolah, saat tanpa sengaja gadis itu menoleh membelakangi nya. Rupanya tungku ini yang menjadi penyebab nya. Hingga aroma sampo pun kalah olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
lanjuttttttt
2022-08-27
2
Rini Antika
So sweat Rick ternyata perhatian jg..🤗
2022-08-20
2
Nadiya Rahman
Di balik sikapnya yang galak, ternyata dia perhatian dan penyayang juga ya,ah so sweet 🤭
2022-07-16
2