Part 6:
Pagi ini matahari sudah menampakkan wajah nya. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur dan bersiap untuk hari penting ku. Setelah mandi, aku mengenakan kebaya dan sedikit polesan make up di wajah ku agar tidak terlihat pucat.
Setelah selesai bersiap, aku pun segera sarapan. Nasi putih dan sambal tahu sudah tersedia di meja makan.
Ku lirik ibu yang sedang menyendok nasi nya sendiri dan tidak bersuara seperti biasanya, yang selalu banyak pertanyaan. Entah ada apa pagi ini, mungkin dia masih marah soal sikap ku semalam. Aku jadi merasa bersalah karena terlalu emosi.
" Bu!." panggil ku pelan.
" Ibu masih marah soal semalem?." Tanya ku lagi, mulai memberanikan diri . Namun tidak ada Jawaban dari ibu, mungkin dia benar-benar terluka dengan ucapan ku semalam.
" Bu, Nadia minta maaf ya soal semalem. Nadia janji ga bakal gitu lagi." Kata ku, yang masih di sambut dengan keterdiaman nya.
" Atau gini deh. Nadia mau kalau hari ini ka Andre yang jemput kita." Aku pun mencoba membujuk dengan nada keterpaksaan.
" Beneran?." Jawab ibu semangat dan akhirnya mau bersuara juga.
" Iya, tapi kalau soal perjodohan, aku masih harus pikir-pikir lagi Bu." Aku pun menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
" Ya sudah nda papa. Nanti juga nda papa, yang penting kalian saling mengenal satu sama lain dulu, nanti kalau sudah cocok baru kalian menikah."
Aku hanya mengangguk lesu dengan senyum yang ku paksakan, sebisa mungkin agar ibu tidak tersinggung atau sakit hati, karena ibu sudah pernah merasa sakit yang mendalam karena penghianatan ayah, aku tak ingin melihat ibu bersedih lagi, apa lagi sampai meneteskan air mata. Karena aku sudah berjanji tidak akan lagi membiarkan ibu terluka untuk yang kedua kalinya.
Ibu benar-benar terlihat senang. Terlihat senyum yang begitu jelas di wajah nya yang sudah terlihat keriput itu.
Dengan semangat ibu pun segera menghubungi ka Andre untuk memberi tahu bahwa aku setuju di jemput oleh nya.
*******
Tak berapa lama ka Andre pun datang dengan mobil Mercedes Benz dan setelan blazer dan jens, dan tentunya dengan harga yang cukup fantastis.
Hal tersebut tentunya semakin membuat ibu yakin untuk menjodohkan ku dengan nya.
" Ibu, Nadia. Sudah siap?, ayo kita berangkat sekarang." Ajak nya. Dia pun menghampiri kami yang kebetulan sudah berada di depan rumah.
" Iya ayo. Ibu sudah tidak sabar mau ngeliat anak ibu tampil ke depan, pasti anak ibu yang paling cantik." Kata ibu sedikit Norak.
" Bu bisa ga, ga bikin malu." Aku pun berbisik kepada ibu.
" Iya Bu, pasti Nadia yang paling cantik. Karena Nadia itu tidak hanya cantik di luar, tapi juga cantik di dalam." Ujar ka Andre terdengar seperti sedang merayu ku,
namun aku tidak menggubris nya, sekuat apapun dia berusaha untuk meluluhkan hati ku, tidak akan mengubah haluan ku untuk berpindah arah, hati ku benar-benar sudah tertancap pada Daniel, walaupun aku belum mengenal Daniel lebih dekat.
Tak ku hiraukan dua orang itu saling bicara dan bertukar canda. Aku memutuskan untuk segera masuk ke dalam mobil ka Andre tanpa banyak bicara.
Sadar aku sudah menunggu, mereka pun menyusul dan kami pun segera berangkat ke sekolah ku.
*******
Saat kami sudah sampai, aku langsung turun tanpa menunggu aba-aba lagi, dan tentu nya masih tetap tidak bersuara sedikit pun. Aku memang sengaja tidak respon pada ka Andre dan bahkan tidak memberi nya senyuman, supaya dia tidak suka pada ku dan membatalkan perjodohan itu.
Dengan berjalan santai, aku menuju ruangan di mana tempat acara berlangsung, dan aku pun langsung mencari keberadaan Daniel. Daniel sudah tau kalau aku dan ibu akan di jemput oleh ka Andre karena setelah aku dan ibu bertengkar semalam, aku sudah memberi tahu semua pada nya termasuk perihal ka Andre.
Akhirnya aku menemukan Daniel juga. Daniel yang sedang asyik ngobrol dengan teman-teman nya yang sudah berada di ruangan.
Ku urungkan niat untuk mendekati nya karena aku tak ingin mengganggu kebersamaan mereka.
Aku pun berniat mencari keberadaan teman akrab ku . Si Avi yang sedari tadi tidak kelihatan batang hidungnya. Setelah beberapa lama aku mencari namun tak kunjung ku temukan. Ah mungkin dia belum datang batinku.
Aku pun berniat untuk pergi ke toilet untuk mencuci tangan.
Saat aku sedang mencuci tangan ku di wastafel, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangku. Ku kira itu adalah Daniel, namun saat ku lihat di cermin betapa terkejutnya aku saat yang ku lihat bukanlah Daniel melainkan Alex. Dengan reflek ku dorong tubuh nya menjauh dari ku.
" Alex!!. Kamu ngapain ke sini? ini kan toilet cewek." Tanya ku dengan perasaan takut.
Namun dia tidak menjawab, dia hanya tersenyum miring sambil terus mendekat ke arah ku, aku pun mundur sedikit demi sedikit agar jarak kami tak terlalu dekat.
Aku semakin takut saja saat kulihat tatapan nya yang penuh arti, seperti singa yang sedang kelaparan saja.
" Alex! Avi gak ada di sini!!." Kata ku mencoba untuk berfikir positif.
namun tetap tidak ada suara yang keluar dari bibir nya.
Dan kini tubuh ku sudah mentok di dinding karena menghindari nya yang terus mendekat. Aku benar-benar takut bukan main saat wajah kami tidak berjarak lagi.
Dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk melepaskan diri dari nya, namun apa daya ku, tangan nya yang kekar dan bertenaga kini sudah mengungkung tubuh ku dan membuat ku tidak bisa berkutik lagi.
Aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kini hanya rasa takut ku yang teramat karena wajah nya kini sudah mendekat pada ku, aku bisa merasakan nafas nya yang memburu seperti sedang menahan sesuatu dan seakan siap untuk menerkam. Aku hanya bisa memalingkan wajah dan memejamkan mata. Aku benar-benar berharap ada orang yang menolong ku.
Dengan kasar dia menarik paksa wajah ku hingga kulit ku terasa perih karena tergores kuku nya.
Air mata ini sudah bercucuran sedari tadi karena takut dan tak bisa berbuat apa-apa.
Namun sepertinya tuhan telah menjawab doa ku.
" Alex!!."
Suara seorang perempuan yang memanggil nama Alex, Sontak membuat Alex menghentikan aksi nya. Kami pun menengok ke asal suara, dan ternyata itu adalah Avi yang berdiri di depan pintu toilet yang memang tidak di tutup. Itu lah bodoh nya Alex, untung saja dia tidak menutup pintu nya, mungkin dia lupa atau memang kurang perhitungan. Terserah apa lah itu, yang penting karena kelalaiannya aku bisa selamat dari kadal buntung ini.
" Kalian!! apa yang kalian lakukan di sini?." Tanya Avi dengan suara bergetar.
" Sayang, aku bisa jelasin ini!!." kata Alex dengan seribu kebohongan nya.
" gak ada yang perlu di jelasin, aku udah liat semua nya.". Isak Avi, dan bulir-bulir bening di mata nya mulai deras.
" Vi Lo jangan Salah faham sama gue, gue bener-bener ga tau...!!." Belum sempat aku melanjutkan kalimat ku, Avi meninggalkan kami berdua dengan tatapan tajam ke arah ku, mungkin karena dia mengira aku dan Alex ada apa-apa.
Alex pun segera mengikuti nya dari belakang.
Aku pun segera menuju tempat acara dan mencoba melupakan kejadian tadi dan tidak menghiraukan mereka.
Di sana aku melihat ibu dan ka Andre sedang asyik berbincang, membuat ku semakin muak melihat nya. Aku pun memilih untuk duduk sendiri saja, namun tak lama Daniel menghampiri ku.
Aku pun berusaha untuk tetap tenang dan memilih tidak menceritakan kejadian tadi.
" Hay sayang." Dengan nakal berbisik di telinga ku.
Aku hanya tersenyum menyambut nya dan memberi ruang untuk duduk.
Dia pun merangkul pundak ku dengan santai tanpa memperdulikan pasang mata yang sedang menyoroti kami. Sontak membuat mata ku membola dan memukul perutnya pelan, mengkode bahwa banyak pasang mata yang sedang memperhatikan.
jika banyak yang tau bahwa kami pacaran, bisa jadi rempeyek aku karena di serbu para fens Daniel terutama fens hawa. Di sekolah, Daniel termasuk pria paling tampan yang membuat dia banyak di sukai para wanita.
Kami pun tidak banyak bicara agar mereka tidak curiga. Aku pun menyaksikan penggalan acara demi acara dengan khusyuk. Sampai lah pada acara pemberian medali.
kami pun berbaris di depan aula untuk menerima medali dan juga menyanyikan lagu perpisahan.
Tanpa terasa acara pun selesai, kami para murid kelas dua belas berbaris untuk bersalaman kepada para guru dan mengucapkan kata perpisahan.
Ada yang menangis karena harus berpisah dengan guru-guru yang mereka sayangi, namun tak sedikit juga yang senang karena merasa telah menemukan kebebasan, kalau aku sih, datar aja, karena ga lama lagi aku akan melanjutkan kuliah.
Setelah selesai acara aku dan Daniel pun keluar gedung, kami berencana akan ke taman kota, namun rencana kami lagi-lagi di gagal kan oleh ibu dan dengan siapa lagi kalau bukan kacung nya itu, ka Andre.
Dan tanpa permisi, ibu menyelip diantara kami berdua hingga tangan kami terlepas.
" Eeeee. Ndu kamu pulang sama kita aja ya." Melirik ke arah ka Andre dengan senyum dan berganti ke arah Daniel dengan raut wajah yang berlawanan.
" Bu! please, aku pengen ngumpul bareng dulu sama temen-temen. Aku bisa pulang sendiri kok." Kata ku memelas, agar ibu percaya.
" Alah mau ngumpul sama temen-temen atau berduaan sama dia?." Melirik ke arah Daniel dengan sinis.
" Ya enggak sama Daniel doang
Bu, yang lain banyak kok. Kita ke sana nya sendiri-sendiri." Timpal ku.
" Nadia! supaya kamu ga capek jauh-jauh pergi ke,,,??." Kalimat ka Andre terputus dia pun menatap ke arah ku seolah meminta jawaban.
" Taman kota." Jawab ku singkat dan ketus.
" Iya itu maksudnya. Dari pada kamu nya capek, mending ka Andre bikinan party aja buat perpisahan kalian. Gimana?." Kata ka Andre meminta kepastian Jawaban dari ku.
Walaupun menurut ku ka Andre memberi saran yang baik, aku tetap merasa itu hanya pura-pura untuk menarik simpati ibu dan aku.
Aku tetap tak bergeming dan cuek, namun dia tidak goyah dan melanjutkan rencana nya tanpa persetujuan ku dan mereka sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Daniel.
Rasanya semakin muak aku melihat tingkah ka Andre yang sok perduli, namun tak memperdulikan adik nya sendiri itu. Bahkan saat perpisahan berlangsung, aku tidak melihat kedua orang tua Daniel sama sekali, entah kemana mereka.
Aku pun menarik tangan Daniel dan ingin pergi dari tempat itu, namun langkah ku di hentikan oleh ka Andre yang menghalangi jalan ku
" Kamu mau kemana Nadia?." Tanya ka Andre berwajah masam.
" Terserah aku dong. Kaki-kaki aku, badan-badan aku, emang urusan nya sama kakak apa?." Kata ku dengan nada ketus.
" bukan gitu, tadi kan kamu pergi nya sama kakak, jadi pulang nya juga harus sama kakak dong. Lagian kan kasian ibu kamu, kamu tinggalin sendiri."
" kan ibu pergi nya sama kakak, jadi Kaka harus tanggung jawab nganterin ibu pulang dong, lagian yang ngotot pergi sama kakak kan ibu, bukan aku." Kata ku membalikkan kata-kata nya.
" Ya tapi kan!." Belum sempat ka Andre melanjutkan, aku melanjutkan langkah ku dan mengajak Daniel pergi. Namun lagi-lagi langkah kami dihentikan, tapi kali ini bukan ka Andre melainkan ibu.
" Kalau kamu tetap pergi, ibu akan marah lagi sama kamu. Bukan cuma itu, ibu gak mau ngomong sama kamu, selama nya!!." Ucap ibu penuh penekanan.
DEG.....
Langkah ku langsung terhenti. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa lagi kalau ibu sudah bilang begitu. Itu salah satu hal yang paling aku takuti, yaitu kesedihan dan kemurkaan ibu. Karena menurut ku, kesedihan ibu adalah bencana bagi ku, karena semenjak ayah meninggalkan kami dan membuat ibu sedih, aku hanya punya ibu. Dan waktu itu aku berjanji tidak akan membiarkan ibu bersedih lagi, walaupun terkadang ibu sering memenangkan ego nya dan tidak memikirkan perasaan ku, tapi aku yakin itu semua untuk kebaikan ku juga, walaupun terkadang aku tidak bisa menerima nya.
Aku pun perlahan melepaskan genggaman tangan Daniel dan mudur perlahan, mencoba mengikuti keinginan ka Andre untuk pulang bersama.
Daniel yang faham dengan keadaan ku pun memilih untuk mengalah dan meninggalkan ku dalam keterpaksaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments