PERASAAN TAK BISA

Part 3:

Sinar matahari pagi masuk ke sela-sela jendela kamar ku, hingga membuat mata ku silau oleh nya. Ku kerjap -kerjap kan mata dan perlahan membuka mata ku yang terasa masih berat. Dan ternyata ku lihat ibu sedang membuka gorden kamar ku. Entah mengapa pagi ini aku terlambat untuk bangun, mungkin karena semalam badan ku agak meriang. Biasanya aku bangun subuh untuk melaksanakan shalat, namun karena pagi ini aku kesiangan akhirnya aku terlepas dari kewajiban.

" Ealah Ndu, Ndu. Perempuan jam segini belum bangun, sudah jam berapa sekarang?. Bukan nya hari ini kamu ada les privat, nanti kalau kamu nda lulus gimana? kamu mau jadi murid karatan?." Baru bangun, aku sudah sarapan Omelan, bahkan nyawa ku saja belum ngumpul. Begitu lah ibu, kalau tidak marah-marah sehari saja, dia akan suntuk.

" Ibu ini, pagi-pagi begini aku sudah di kasih sarapan Omelan, baru juga sekali aku kesiangan." Kata ku sambil bangkit dari ranjang untuk menuju ke kamar mandi.

" Wong di bilangin ko malah ngelawan ya kamu!." Ucap ibu ku sedikit kesal. Namun aku tak menjawab lagi perkataan ini, karena kalau berdebat sama ibu itu, seabad juga gak kelar. Ku tinggal saja ke kamar mandi lalu bersiap untuk ke sekolah.

******

Di sisi lain ada keluarga Daniel yang sedang sarapan pagi.

" Oiya dek, hari ini kamu ada ujian kan?." Tanya Cetrin yang merupakan ibu Daniel dan Andre. Daniel dan Andre adalah adik kakak, mereka dua bersaudara. Semua orang di rumah itu, selalu memanggil Daniel dengan sebutan Adek, kecuali Daniel sendiri, memanggil Andre dengan sebutan nama karena Daniel memang kurang suka dengan keluarga nya sendiri, terutama Andre. Menurut Daniel mereka hanya bermanis-manis mulut saja kepada diri nya. Tapi saat mereka marah karena kebandelan Daniel, mereka selalu membawa bawa nama Andre. Daniel tak seperti Andre lah yang selalu menurut. Daniel urakan lah, susah di bilangin lah. Apa lagi ibu nya yang selalu menyalahkan nya dan selalu membela Andre jika mereka bertengkar. Terkadang Daniel merasa seperti anak pungut saja berada di antara mereka.

Tapi walaupun sering di bentak oleh Daniel, Andre selalu terlihat sangat sayang kepada adiknya itu. Entah itu tulus atau hanya fiktif belaka.

" Hemmm." Daniel hanya memberi jawaban itu saat ibunya bertanya.

" Daniel, kamu harus belajar yang benar ya, biar bisa kaya kakak kamu. Liat tuh kakak kamu, sudah bisa gantiin papa ke kantor, kamu juga harus bisa. Kalau kamu lulus dengan nilai terbaik, papa kasih satu perusahaan papa buat kamu." Ucap ayah nya menimpali.

Daniel hanya mendengar kan sambil terus mengunyah roti nya. Daniel memang tidak suka jika mengenai urusan kantor, karena itu bukan cita-cita nya sejak dulu, apa lagi harus di banding banding kan dengan Andre. Terkadang Daniel berfikir kalau Andre itu bermuka dua.

Tak banyak percakapan di meja makan itu, yang terdengar hanya suara sendok dan piring yang saling bersahutan. Apa lagi Daniel yang selalu diam ketika di tanya.

" Ma, pa. Aku mungkin agak telat ke kantornya. Soalnya aku mau nganter seseorang ke sekolah!." Tutur nya.

" Siapa? perempuan ya?." Tanya ibu nya Antusias. Ya, jika sudah mengenai semua hal tentang Andre, semua orang pasti selalu semangat. Terlebih lagi soal wanita.

Andre hanya mengangguk sambil tersenyum malu.

" Pacar kamu?."Tanya ayahnya lagi.

" Bukan pa, tapi siapa tau itu bisa jadi kenyataan."

" Siapa nama nya?." Tanya ibunya tidak sabar.

" Nadia!." Jawab nya sepontan. Sontak membuat Daniel membelalakkan mata.

" Dia masih sekolah. Tahun ini dia akan lulus. Dia anak yang tukang jual bunga di depan restoran kita itu Lo mah, pah."

Dan benar dugaan Daniel, Nadia yang Andre cerita kan adalah Nadia nya, wanita yang dia suka. Kali ini pernyataan Andre membuat Daniel naik pitam. Dada nya seketika bergemuruh, dia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

" Beneran kamu?. Berarti Anak nya Bu Diana itu ya? yang langganan papa itu?."Kata ayah nya yang juga ikut antusias menanyai Andre.

" Iya pah. Tempat yang biasanya papa beliin bunga buat mama."

" Kamu tau. Papa setiap beli bunga di situ, selalu di kasih bonus lebih. Memang baik ibu Diana itu, papa setuju kalau kamu sama anak nya." Mereka pun tertawa, kecuali Daniel yang sedari tadi seperti menahan amarahnya. Semenjak dia kenal Nadia, seperti ada perasaan yang berbeda. Nadia tidak seperti gadis gadis yang lain, jika sudah bertemu Daniel, mereka akan pasrah di perlakukan seperti apa, bahkan saat Daniel menolak pun mereka akan terus mengejar nya. Beda dengan Nadia yang tidak gampang tergoda oleh pesona Daniel, bahkan terlihat cuek dan jutek. Itu yang membuat Daniel diam diam menaruh hati padanya Nadia.

Tak hayal saat mendengar pernyataan Andre, Daniel merasa marah.

Disaat mereka asyik saling melempar candaan, tiba tiba.

BRAAAK......

Suara meja makan yang di pukul kuat oleh Daniel. Seketika mereka terdiam saling pandang, heran dengan tingkah laku Daniel.

Daniel lalu pergi meninggalkan mereka yang masih bingung.

Di mobil, Daniel yang masih kesal memukul setir mobil dengan keras, guna meluapnya kekesalan nya.

" AAHH. Sial lo Ndre!. Bisa-bisanya lo suka sama cewek yang yang gue suka.

Belum puas lo caper ke mama sama papa? sekarang Lo juga mau ambil cewek yang gue suka?. DASAR BERMUKA DUA!!." Mengacak rambut frustasi.

Belum usai amarah nya, dia melihat Andre melajukan mobilnya, dan Daniel yakin Andre akan menjemput Nadia.

Dia pun segera mengejar nya dan berfikir akan mendahului kakak nya itu. Dan benar saja, Daniel akhirnya sampai terlebih dahulu di rumah Nadia. Daniel lalu memarkirkan mobilnya di depan rumah Nadia.

TOK TOK TOK

" Permisi Nadia, Tante!." Sambil mengetuk pintu rumah Nadia.

Aku yang sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah pun mendengar ketukan dari luar. Aku pun segera membuka kan pintu.

" Ya sebentar." Nadia pun membuka kan pintu. Namun setelah pintu terbuka, Nadia langsung terkejut karena yang bertamu pagi-pagi begini adalah Daniel.

" Elo, ngapain Lo kesini?." Dengan nada ketus.

" Gue mau ngajak Lo berangkat bareng."

Belum sempat aku menjawab, ibu pun keluar memastikan siapa yang datang.

" Siapa Ndu yang datang?." Tanya ibu ku. Namun ada senyum yang tak bisa di wajah ibu. Seperti ada ketidak sukaan kepada Daniel. Padahal, waktu Daniel mengantar ku ke toko semalam ibu selalu ramah, kenapa pagi ini dia terlihat tidak suka dengan kedatangan Daniel.

" Tante!." Kata Daniel menyalami tangan ibu dan mencium nya. Daniel menyadari wajah muram ibu, dia menyadari bahwa ibu tidak suka terhadap nya.

" Ngapain kamu kesini?." Tanya ibu ketus, tak kalah ketusnya dengan ibu tiri.

" Mau ngajak Nadia berangkat bareng Tante." ucap nya sopan.

" Nda usah, Nadia sudah ada yang jemput. Lagian kenapa kamu panggil saya Tante? kapan saya nikah sama om kamu?."

" Oh, jadi saya harus manggil ibu?." Tanya nya berinisiatif.

" Nda usah panggil ibu. Memangnya saya ibu kamu atau mertua kamu apa? panggil Bu de saja."

" Kenapa gak boleh Bu? bukan nya nanti saya juga bakal jadi menantu ibu". Kata nya sambil nyengir kuda. Aku yang mendengar melotot ke arah Daniel, dia hanya membalas ku dengan senyum, seolah tak terjadi apa-apa.

" Apa!, jadi menantu saya?, nda usah ngarep kamu. Saya sudah jodohin Nadia sama seseorang, jadi kamu nda usah ngarep jadi menantu saya, cukup jadi teman nya saja, nda boleh lebih."

Mendengar penuturan ibu, Daniel terlihat tak bersemangat lagi. Terlihat ada kesedihan di mata nya. Aku jadi iba melihat seorang Daniel yang terlihat selalu bersemangat dan tak pernah memikirkan perasaan orang lain, kini berubah jadi melow begitu. Aku jadi tidak enak hati kepada nya atas kata kata ibu yang kasar.

Eh tunggu. Di jodohkan Katanya, kapan aku di jodohkan kan, kenapa aku tidak tau soal itu, batin ku.

Tak lama ku lihat sebuah mobil Toyota Fortuner memasuki pekarangan rumah ku. Ku perhatikan mobil itu dengan seksama, dan ternyata aku baru ingat sesuatu.

Itu kan mobil ka Andre yang mengantar ku semalam, dia memakai mobil itu. Apa jangan-jangan, yang di maksud ibu itu ka Andre. Orang yang akan ibu akan jodoh kan dengan ku. Ku lirik wajah ibu, penuh dengan senyum bahagia seperti orang mau menerima lamaran saja. Jauh berbeda saat kedatangan Daniel tadi. Lagi- lagi aku merasa kasihan terhadap Daniel, lebih tepatnya sedih. Entah perasaan apa ini.

Ka Andre pun menghampiri kami yang masih berdiri di depan pintu, karena ibu tidak mempersiapkan Daniel masuk. Ka Andre terkejut saat melihat ada Daniel di rumah ku. Ekspresi terkejut nya pun tak lama berubah menjadi tatapan tajam ke arah Daniel.

" Daniel!." kata ka Andre mencoba menetralisir kan perasaan nya yang tak menentu, menatap nya dengan penuh kebencian.

" Loh, kalian saling kenal?." Tanya ibu ku memandang bergantian ke arah mereka berdua.

" Iya Bu, Daniel ini adik saya."

" Oh, jadi nak Daniel ini adik nya nak Andre toh?." Kata ibu ku sambil manggut-manggut dan mengeluarkan jurus manis nya, padahal tadi tidak semanis itu. dasar drama queen, rutuk ku dalam hati.

" Iya Bu, Daniel satu sekolah sama aku, malah satu kelas." Jawab ku sengaja. Entah mengapa hati ini terasa geram melihat tingkah mereka berdua yang sok drama queen menurut ku.

" OOOO!." Ibu hanya menjawab itu saja, seolah kehabisan kata kata.

" Oya Nadia, saya antar kamu ke sekolah ya." Bujuk ka Andre.

" Iya Ndu, lebih baik kamu di antar sama nak Andre saja ya." Timpal ibu ku seolah tidak menganggap kehadiran Daniel. Ku lirik ke arah Daniel yang hanya diam membuang pandangannya ke arah lain. Entah apa yang dilihat nya, mungkin dia canggung atau merasa tidak di inginkan.

" Enggak ah Bu. Ka Andre kan mau ke kantor, nanti telat lagi gara- gara nganterin aku." Kata ku sambil melirik ke arah Daniel yang masih acuh.

" Enggak kok, kakak udah izin tadi sama papa kalau kakak bakal telat dikit buat nganterin kamu ke sekolah, dan papa kakak bilang, boleh kok. "

Aku bingung harus alasan apa lagi. Tiba tiba aku punya ide.

" Ya ampun jangan ka. Ni ya ka aku kasih tau. Cewek cewek di sekolah aku itu pada bar- bar. Kalo udah liat cowok ganteng, pasti di gerubutin kaya laler. Pernah dulu ada guru ganteng,,,,,,,banget. Datang buat ngajar di sekolah, Belum juga sampe ke kantor kepala sekolah, udah di kejar kejar sama murid cewek sampe babak belur karena di cubitin. Dan ga lama, guru itu minta resign. Ih ngeri tau ka." Kata ku mengarang cerita. Dan akhirnya berhasil membuat ka Andre bergidik ngeri seolah percaya dengan cerita konyol ku itu.

" Emang Kaka ganteng?." Pertanyaan nya narsis,.

" Ganteng, ganteng banget malah." Jawab ku. Ganteng sih, tapi karena persekongkolan nya dengan ibu, aku jadi ilfeel sama dia.

" Ya udah aku berangkat nya sama Daniel aja, kasian entar muka kakak yang ganteng itu jadi gak berbentuk lagi karena babak belur. " Aku pun segera berpamitan dengan ibu, dan menarik tangan Daniel tanpa izin, membuat Daniel tersentak, seakan tak percaya dengan apa yang ku lakukan. Tak ku dengar kan lagi panggilan dari ibu dan ka Andre. Segera ku ajak Daniel menuju mobil nya. Tanpa bertanya apa pun, Daniel segera melajukan mobilnya.

***

" Kok ga mau di antar Andre?." Tanya nya saat kami sedang di perjalanan. Terlihat senyum di bibir nya, berbeda saat sedang berada di rumah ku tadi yang selalu diam dan menampakkan wajah sedih. Mungkin karena perkataan ibu yang keterlaluan terhadap nya tadi.

" Kenapa?, lo gak suka kalau gue ikut mobil Lo?." Tanya ku tersinggung.

" Bukan gitu. Andre itu kan baik, di setujui lagi sama ibu Lo. Beda sama gue yang urakan dan bandel. Dan biasanya lo selalu ngegas terus sama gue. Kenapa Lo milih ikut sama gue?". a

Aku tersentuh mendengar pertanyaan nya. Aku jadi menyesal selalu membentak dan meremehkan dia. Ku tatap mata nya dalam dalam. Terlihat jelas ada ketulusan di sana.

" Ya gak papa sih, cuma lagi kesel aja sama ibu. Masa gue di jodohin sama kakak Lo itu, tanpa sepengetahuan gue lagi ." Sambil melipat kedua tanganku di dada.

" Hah! ko' bisa?."

" Ya, gue juga kurang tau sih. Pas ibu ketemu sama ka Andre semalem, dia jadi pengen jodoh jodohin gue sama ka Andre. Terus semalem kaya bisik bisik gitu sih. Gak tau deh ka Andre ngomong apa, sampe ibu gak mikirin perasaan gue lagi." Aku mendadak melow.

" Jadi semalem Lo ketemu sama Andre?. Gimana ceritanya?."

" Semalem tu, gue kemaleman pulang nya, gara gara semua angkutan umum gak ada yang lewat satu pun, mungkin karena ujan juga. Terus gue pulang jalan kaki. Nah pas lagi jalan, gue hampir kecipratan genangan air, terus dia yang ngelindungin gue pake payung. Terus dia nganterin gue pulang". Menjelaskan panjang lebar.

" Berjasa dong dia buat Lo?." Nada bicara nya sedikit kecewa.

" Ya awal nya gitu, setelah gue liat sikap ibu kaya sekongkol gitu sama dia, gue jadi gak suka."

" Lo g' boleh gitu sama nyokap Lo, mending Lo tanya dulu, siapa tau ada penjelasan lain yang Lo g' tau. Jangan kaya gue yang ga suka sama keluarga sendiri." Tutur nya dengan tatapan nyalang. Kulihat seperti ada duka dan kesedihan yang mendalam di matanya yang mungkin semua orang tidak tau, karena dia berusaha tegar dan kuat.

Sekali lagi aku tersentuh. Seorang Daniel bisa berfikir demikian, padahal aku saja belum tentu bisa berfikir sejauh itu.

" Kenapa lo liatin gue?. Naksir ya Lo?." Membuat aku tersadar dari lamunanku.

" E,,, nggak, siapa yang liatin Lo?. Kepedean Lo." Jawab ku salah tingkah.

" Daniel tetep aja Daniel, dia baik cuma karena kesambet kali ya." Gumam ku hampir tak terdengar.

" Apa?. Lo ngomong apa barusan?." Dia mendekatkan telinganya kepada ku, memperjelas pendengaran nya.

" Enggak ngomong apa apa. Suuzon aja sih Lo." Kata ku membela diri. Ternyata denger juga tu telinga batin ku.

" Awas Lo ya, ngomong macem macem tentang gue." Ancam nya kepada ku. Aku hanya tersenyum mengejek, dan dia pun berdecak kesal.

Setelah beberapa menit mengendarai mobil, kami pun sampai ke sekolah. Banyak pasang mata yang melihat kebersamaan kami. Mereka seperti nya heran melihat kedekatan kami berdua, lebih tepatnya iri. Apa lagi kaum hawa, mereka memandang ku dengan tatapan kesal, karena Daniel memang cowok paling tampan di sekolah, sejak baru beberapa hari saja Daniel masuk, dia sudah banyak pengemar, namun tak satu pun yang ia lirik. Kata nya dia tidak suka dengan wanita berseragam, dia suka dengan wanita yang seksi dan lebih dewasa. karena kata nya lebih penyayang Kata nya. " Dasar play boy cap tikus."

Aku segera keluar mobil dan bergegas menuju perpustakaan dengan mempercepat langkah ku agar tidak berjalan beriringan dengan Daniel. Karena kalau para wanita itu melihat, bisa habis aku dikeroyok dan di jambak. Bisa gundul rambut indah ku ini, batinku.

Setelah sampai di perpustakaan, aku berinisiatif untuk membaca dan mengulang pelajaran untuk menghadapi ujian nanti, sambil menunggu bell berbunyi.

Namun saat aku berusaha meraih buku biologi yang letaknya agak tinggi, tubuh ku yang rendah dan mungil ini tidak kunjung bisa meraih buku tersebut.

Namun otak ku tak sampai di situ saja. Ku ambil kursi yang ada di perpus tersebut untuk alat ku berpijak.

Saat aku hampir meraih buku tersebut, tiba tiba kaki ku tergelincir dan hampir terjerembab ke lantai. Namun sebuah tangan kekar milik seorang pria dengan sigap menyambut ku dari bawah. Dan beberapa saat terjadi lah saling pandang-pandangan seperti di film India dan diiringi lagu romantis. Tapi keberuntungan tidak berpihak pada kami, kaki pria itu juga terpeleset karena menopang tubuh ku yang agak berisi.

Namun dengan posisi yang mendebarkan, dengan tubuh ku yang menimpa tubuhnya dan posisi yang saling berhadapan. Namun yang membuat ku terkejut, tangan yang semula meraih pinggang ku, kini beralih posisi dengan mencengkeram gunung kembar ku. Sontak membuat aku terkejut dan menjerit keras.

" AAAAAAAAAA,,,,. Daniel!!." Teriak ku seakan memecah keheningan. Untung saja saat itu tidak ada siapa- siapa. Karena masih pagi para murid belum ada yang ke perpustakaan.

Kutarik diri dari nya yang masih terbaring mematung, seolah sedang mengagumi keindahan benda yang ia pegang.

Alih-alih terkejut, Daniel malah terbelalak dan menelan ludah kasar saat melihat dua jelly ku itu, sontak membuat ku tambah kesal dan mendorong kuat tubuh atletis nya itu serta membuat nya tersadar.

Bukan nya merasa bersalah atas apa yang dia lakukan, Daniel malah mengerutkan keningnya heran, seolah olah menganggap ku tidak waras karena sudah berteriak keras sekali.

" Dasar cowok Playboy me**m cap tikus, cap buaya, cowok somplak!!." Cicit ku dengan nada yang meninggi karena kesal.

" Apa sih? Lo sakit ya?."Tanya nya seolah tak merasa bersalah.

" Elo yang sakit!."Bentak ku.

" Bukan nya terima kasih udah di tolongin. Malah ngata- ngatain gue, pake teriak-teriak segala lagi. Kaya orang kesurupan Lo." Ledeknya.

" Lo masih ga nyadar, apa yang Lo lakuin tadi?. Dasar Lo cowok me**m." Rutuk ku.

" Lakuin apa?, pegang itu?. Kenapa, Lo kurang puas?." Goda nya sambil menunjuk dada ku dengan bibir nya serta menaik - naikkan alis nya. Sontak membuat ku semakin kesal. Aku bergidik geli dengan tingkah Nya yang konyol dan me**m itu.

Aku berdecak kesal, tak ingin lagi melayani celotehan nya yang tak karuan itu, aku melangkah meninggalkan nya. Namun aku terkejut saat dia menarik tanganku, dan membuat tubuh ku berbalik ke arah nya. Lagi lagi menciptakan sebuah tragedi romantis. Bibir ku tak sengaja mencium leher jenjang nya, karena kepala ku hanya sebatas dagu nya saja. Hingga aku bisa melihat jakun nya yang turun naik karena grogi. Dan aku juga bisa mencium aroma wangi dari kulit putih nya itu.

Seketika jantung ini terasa ingin meledak saja saat di dekat nya. Tubuh ku juga terasa panas dingin di buat nya, entah perasaan apa yang sedang kurasakan saat ini. Aku cepat-cepat menarik tubuh ku dari pelukan nya, ku lihat dia tersenyum-senyum, senyum yang menggambarkan ketulusan dan kebahagiaan. Senyum yang tak pernah ku lihat dari seorang Daniel selama ku mengenalnya. Senyum yang tak pernah ku lihat dari ayah untuk ibu ku. Aku merasa terpesona dengan senyum nya, seolah lupa dengan prinsip ku atas pria. Kalau aku tidak akan pernah percaya lagi pada pria. Ya, semenjak ayah yang mencampakkan ibu dan tak pernah lagi memperdulikan ku. Semenjak ayah yang pergi dengan wanita lain. Meninggalkan ibu demi wanita yang lebih kaya.

Jantung ku terus mengetukkan irama yang indah di dalam sana. Tubuh nya bagaikan mempunyai magnet yang kuat untuk menarik tubuhku. Ingin rasanya aku berlama-lama memeluk tubuh nya yang seksi itu. Suatu hal yang tidak pernah kurasakan dengan laki-laki mana pun. Apa ini yang di sebut cinta pertama?, tapi, apa mungkin aku baru merasakan nya setelah beberapa hari ku mengenal nya.

Tiba-tiba suara bass seorang pria membuyarkan lamunanku. Siapa lagi kalau bukan pria yang berada di samping ku ini.

"Woy, kenapa Lo? kesambet setan perpustakaan?." Ejek nya. Membuat ku salah tingkah.

" E,,,e kok. Gue sehat walafiat dodol." Jawab ku grogi.

" Jangan lama lama di sini, entar kesambet beneran. Di sini tu angker tau." Bisiknya. Membuat ku jadi bergidik ngeri mendengarnya.

Dia pun berlalu meninggalkan ku yang masih mematung. Tiba-tiba aku teringat akan perkataan Daniel barusan. Sontak membuat bulu kuduk ku berdiri, mataku mengitari ruangan perpustakaan itu, suasana yang sepi dan tidak ada siapapun di ruangan itu pun membuat suasana semakin mencekam saja dan seolah olah membuat ruangan itu menjadi sarang makhluk astral.

Dengan rasa takut yang seolah sukses menguasai kepalaku, tanpa ku sadari, aku memegang erat tangan Daniel yang seketika itu hendak menuju ke luar, membuat sang pemilik terkejut dan menghentikan langkahnya.

" Kenapa?. Udah mulai nyaman ya?." Seperti nya dia tau kalau aku penakut, jadi dia sengaja usil pada ku.

" Nyaman apaan?." Aku belum menyadari maksud dari perkataan nya.

" Itu. " Dia pun menunjuk ke arah tangan ku yang berpaut erat, dengan menggunakan isyarat mata nya.

Setelah aku menyadarinya, aku tetap mempererat pegangan ku. Rasa takut ku seolah membuang semua gengsi dan jutek yang ku miliki.

" Hehehe iya!." Kata ku sambil nyengir kuda.

" Gak papa kan gue pinjem tangan lo sebentar?, boleh ya ya, please". Rengek ku dengan nada memohon.

" Boleh dong. Selama itu membuat Lo nyaman, gue akan selalu ngizinin."

Nah tu kan, mulai lagi keluar jurus buaya somplak nya.

Aku hanya mencibir perkataan Daniel, karena aku malas memperpanjang waktu dengan nya. Aku pun memilih untuk keluar dari perpustakaan.

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Contohnya:
"Hemmm... aku rasa kamu sudah menyukainya". ❌ harusnya
" Hemm... aku rasa kamu sudah menyukainya." ✅ tanda baca titik harus di dalam tanda kutip jangan diluar.

Maaf, buka sy menggurui, hanya berbagi ilmu supaya karya Kakak cpt lulus, karya saya aja yg menurur saya sudah sesuai PUEBI tp msh blm lulus kontrak. Ya karena mmg karya saya blm pantas mungkin. Semangat ya Kak. Saya juga klo ada typo dan sy tdk menyadarinya, mohon krisan ya.... smgt...

2022-09-11

2

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Ya ampunn panjang bgt bab ini. Sy mau saran sedikit, sebagai mantan yg Novelnya ga lulus kontrak, mau berbagi saran. Boleh gak? Tulisan Kakak udh rapi, tapi ada sedikittttt yg salah tempat, kalau ada dialog (yang tanda kutip dia diatas), tanda baca koma atau titik harus tetap di dalam tanda kutip( ") ya Kak, jgn diluar. Kakak tinggal tukar letak saja.

2022-09-11

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!