11 Tahun yang Lalu
"Kamu baik-baik saja?" Seorang anak lelaki kecil menghampiri gadis kecil tengah berjongkok sambil memegangi dan menahan rasa sakit di dadanya.
Aku mengangguk. Lelaki kecil itu menyentuh bahu gadis kecil di depannya, aku mendongak. Mereka saling bertatapan. "Apakah dadamu sakit?"
"Iya, sangat sakit!"
"Ayo ikut aku!" Ia menjulurkan tangan kanannya.
"Kalau aku ikut, memangnya kamu akan membawa aku ke mana?"
"Kita akan ke sana, rumah besar yang sedang dibereskan itu adalah rumahku! Aku akan memainkanmu sebuah alunan nada dari piano yang akan membuatmu tidak merasa sakit lagi!" tukasnya tersenyum sambil menunjuk rumah besar berwarna pastel di bagian luar dan gadis kecil itu mengikuti arah tunjuknya, ia mengangguk.
Alunan piano klasik menggema diseluruh ruangan yang terdengar nyaman dan menenangkan di telinga. Tangan kecilnya mampu memainkan setiap toats di depannya dengan lincah. Aku memejamkan mata menikmati setiap lantunan nada yang terdengar. Perlahan, rasa sakit dan detakan tidak normal di dadaku mulai kembali normal tepat setelah musik selesai.
"Apa nama alunan yang kamu mainkan itu?" tanyaku yang masih terngiang-ngiang dengan alunannya.
"Sebentar aku akan catatkan untukmu!" Ia segera membuka tas yang berada di sebelahnya, mengambil pena dan selembar kertas.
Ia memberi sebuah kunci dan buku yang di depannya terdapat stick note bertuliskan 'Alunan ini adalah G Minor Bach - Lou Ni dan dasar-dasar piano.'
"Terima kasih! Tapi, kunci ini untuk apa?" Ujarku dan menerimanya dengan senang hati.
Ia mengangguk dan tersenyum. "Jika kamu tidak memiliki piano coba mainkan punyaku ini, pasti kamu akan merasa tenang! Kamu bisa kapanpun kemari, itu kunci ruangan ini!"
"Memangnya kamu mau ke mana? Katanya ini rumahmu?" tanyanya terdengar sedih.
"Ini memang rumahku. Tapi aku akan pindah ke Seoul. Maaf aku tidak bisa menemanimu lebih lama, aku akan pergi! Kalau begitu, Annyeonghi gaseyo!" Ia berlari meninggalkannya terburu-buru dan melambaikan tangan tanpa di cegah gadis kecil itu.
"Hey! Tunggu! Aku belum tahu siapa namamu!" Kaki kecilnya mulai berlari untuk mengejar. "SIAPA NAMAMU?" teriakku dan melihatnya yang sudah berada di dalam mobil yang mulai melaju cepat. Ia sempat menoleh dan menuliskan namanya pada kaca mobil tapi ....
*****
"Jadilah temanku, jika ingin aku memaafkanmu!" Bisiknya lembut.
"Apa?" Kagetku.
"Apa .... apakah selama ini kita bukan teman?" tanyaku hati-hati, lelaki ini memang susah di tebak.
"Kita belum menjadi teman, kan? Kamu yang bilang waktu itu!" Ia melepas genggamannya.
"Neo nuguya? Apa urusannya denganmu? Lalu kenapa jika kamu melihat? Aku ingin bunuh diri atau tidak, kamu tidak berhak ikut campur!" Ledeknya sambil menatapku tajam dan ia mengingat jelas kalimat itu tanpa di lebih-lebihkan atau berkurang satu kata pun.
"Siapa ya yang mengatakan itu? Sudah jelas dari kalimatnya aku bukan temannya!" tukasnya menahan tawa setelah melihat wajahku.
Aku menunduk, merapatkan bibir. "Maaf! Iya kamu sudah menjadi temanku! Ish, menyebalkan!" Aku menginjak kakinya dan berlalu darinya.
Yonghwa tertawa puas. "Neomu Kyeopta!" Gumamnya lalu menyusul.
Gangnam-gu, Korea Selatan.
Aku dan Jihye eonni menyambangi goshiwon yang ia sudah carikan untukku. Pemiliknya memberi harga murah hanya 500.000 won per bulan. Ukuran kamarnya sekitar 3x5 meter. Tersedia sebuah kasur, meja, lemari, wifi dan kamar mandi. Di sini aku juga mendapat nasi dan kimchi untuk makan.
Jika tidak ada kamar mandi mungkin akan lebih murah, tapi menurutku ini sudah lumayan murah. Gajiku di kafe sudah cukup untuk membayar goshiwon nantinya. Dan, masalah sekolahku tidak perlu khawatir karena aku salah satu murid beasiswa.
"Bagaimana goshiwon yang aku carikan?" tanyanya sambil membantuku membersihkan kamar kos ini sebelum di tempati.
Aku memandanginya sebentar. "Cukup bagus dengan harga yang lumayan untukku."
Jihye mengangguk mengerti lalu ia menghampiriku. "Ah iya, aku mendapat informasi dari salah satu temanku yang menjadi trainee disalah satu agensi, katanya di sana sedang mencari seorang pianis muda." Ia menatapku.
"Lalu?" Aku terdiam sejenak, sebenarnya aku sudah tahu arah pembicaraan Jihye eonni. Saat ia tahu aku bisa bermain piano dan mampu membuatnya tersentuh, ia sangat gigih memperkenalkan aku ke beberapa agensi tapi aku selalu menolak, karena bagiku menjadi orang di belakang panggung lebih mengasikkan dibanding menjadi pemeran utama. Lebih tepatnya aku benci di sorot kamera atau menjadi bahan omongan banyak orang⎯terkenal. Dan juga aku memiliki beberapa trauma yang tidak bisa aku jelaskan.
"Ya ... aku hanya ingin memberitahumu! Siapa tahu kamu tertarik, kan sayang bakat bermain pianomu jika tidak di salurkan!" Ia merangkul pundakku penuh semangat lalu memberi kartu nama agensi dari salah satu staff.
Aku mengambil kartu namanya dan menaruh kedalam dompetku. "Yasudah, kali ini aku menuruti saranmu!"
"Ok! Aku harap kali ini kamu benar-benar ikut audisi itu! Oh iya, kapan kamu akan menempati goshiwon-mu?"
"Iya, mungkin dua hari lagi!" Jawabku beranjak keluar dan duduk di halaman atap.
*****
Keesokan harinya, Yonghwa sibuk di dapur sejak subuh. Para pelayan memperhatikan aktivitasnya dengan pandangan ngeri sekaligus bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada Tuan Muda mereka. Berkali-kali pelayan itu menawarkan bantuan tapi Yonghwa menolak semua bantuan. Ia sengaja ingin meracik sendiri roti selai dan sandwich meskipun masih mengecek di internet.
Pembuatannya yang simpel tidak membuat rasanya sesimpel itu. Rasa pada roti selai ada cokelat, stroberi, dan nanas sedangkan untuk sandwich berisi selada, tomat, keju & sosis lembaran, daging asap, telur dan mayoinnase yang menjadi satu saat digigit menciptakan rasa baru yang fantastis.
"Tuan Muda perlu bantuan?"
"Tidak usah. Aku bisa sendiri. Ini mudah kok," berkali-kali Yonghwa menolak bantuan pelayan. "Akhirnya selesai juga."
12.00 PM
Bel tanda istirahat makan siang berbunyi nyaring. Keempat lelaki berjalan di koridor sekolah menuju kantin sambil bersenda gurau. Satu diantara mereka membawa bekal membuat ketiganya terheran-heran karena tidak biasanya ia membawa bekal.
Mereka kini tengah duduk memenuhi satu meja. Meja penuh dengan makan siang mereka. Dan, hanya Yonghwa yang membawa bekal dari rumah. Sebenarnya ia memang sengaja membawa bekal untuk temannya yaitu Jaehyun yang baru saja sembuh dari sakitnya, ya itu salah satu alasannya. Walaupun hanya sekotak roti selai tapi ini bergizi karena selainya benar-benar dari buah yang dibuat sendiri bukan yang dibeli di supermarket.
"Ini makanlah untuk kalian, terutama untuk Jaehyun," Yonghwa memberikan sekotak bekal yang tadi ia bawa dan satu kotak lagi akan ia berikan pada seseorang. Ketiga temannya hanya bengong menilik Yonghwa yang mereka lihat seperti bukan dirinya.
"Bos tumben amat buat bekal buat kami," Minho menyambar kotak itu dan membukanya, Jaehyun dan Kyungsoo merinding dengan isinya.
"Thank you bos!" Ucap ketiganya, lalu melahap roti selainya.
"Kalau begitu, seorang Yonghwa pamit dulu. Nanti balik lagi," ujarnya tak peduli dengan ekspresi mereka dan berjalan berlalu.
Yonghwa tengah berdiri di belakang gadis yang ingin ia temui itu dengan jarak yang saat ini tidak begitu jauh. Ia ragu ketika ingin memanggilnya dan memilih mengamati gadis di depannya yang memunggungi.
"Ada yang aneh," gumamnya.
Badannya terlihat bergetar, Youngmi menutupi telinganya. Yonghwa baru menyadari bahwa Youngmi tengah berdiri di sisi antara jendela dan pintu ruang dance. Dan, ia juga mendengar sesuatu dari dalam ruang dance, suara itu seperti ada seseorang yang sedang melakukan hal kekerasan di sana.
Tanpa ragu lagi, Yonghwa berjalan cepat dan berdiri tepat di hadapannya lalu menepis jarak, mengulurkan kedua tangannya dan menutupi telinga Youngmi, ia tidak peduli lagi dengan bekal yang dibawa terjatuh. Youngmi mendongak, wajahnya ketakutan. Saat ini, Manik mereka bertemu satu sama lain, tatapan yang dalam.
****
- Annyeonghi gaseyo : Selamat tinggal
- Neomu Kyeopta : Sangat Imut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Hai aku udah mampir, kasih like semua part+komen+rate 5.. semangat yaa btw aku juga kpopers
Mampir back ya ke karya pertamaku dan tinggalkan jejak, gomawo chingg
2020-05-07
1
Ay Fie
Hey author, aku mampir ya dan jangan lupa mampir yuuk di karya aku " Cinta Pertama di Kesempatan kedua"
Ikutin kisahnya dan semoga kalian suka 🙏
Aku dah bawa boomlike dan bintangnya udah aku kasih rate 5 makasih ya. Jangan lupa feedback
2020-05-07
1