⎯2 HARI YANG LALU⎯
Aku berlari sekuat tenaga menyusuri kota Seoul di malam hari yang dingin, menahan rasa sakit di dada yang tengah menjalar ke seluruh tubuhku. Hanya dengan pakaian setelan training yang tidak begitu tebal, asap akibat dingin mulai menguap di setiap hembusan napasku. Aku berhenti sejenak ketika sampai di salah satu rumah sakit tempat kakakku bekerja.
Aku melangkahkan kaki perlahan menghampiri para resepsionis di sana. Semoga mereka tahu sesuatu tentang kakakku. "Permisi, apakah dokter Han Min Jee masih bertugas?" tanyaku cepat kepada salah satu resepsionis yang sedang menatap layar komputer di depannya.
"Dokter Han Min Jee?" Ia beralih menatapku sambil menerka-nerka. "Dokter Han spesialis jantung?" tanyanya padaku.
Aku menggangguk membenarkan. "Iya benar, apa dia ada?"
"Sudah tidak bekerja di sini. Maksudku dia sudah dipindahkan sekaligus mendapat beasiswa ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya," jawabnya.
"Apa? Ke luar negeri?" Youngmi membulatkan mata sempurna. "Apa aku boleh tahu dipindahkan ke mana? Aku adik kandungnya!" ucapku memohon.
Ia menggeleng. "Mohon maaf, kami tidak bisa memberitahu! Karena hal tersebut rahasia beliau dan rumah sakit. Kami tidak bisa memberitahu sekalipun dengan keluarganya kecuali beliau yang mengatakan kepada anda secara langsung."
"Paling tidak negaranya saja, jebal!"
Aku memohon sekali lagi dengan mengusap kedua tangan. Ia menggeleng dan tersenyum. "Mohon maaf, tidak bisa!"
⎯Jembatan Mapo⎯
Aku berdiri di pinggir jembatan Mapo dengan pandangan menunduk, memandangi sungai di bawah jembatan ini yang mengalir dengan tenang. Memoriku nakal untuk mengurai kenangan bersama kakakku ketika aku berumur 6 tahun, saat di mana aku menanyakan alasan ia ingin menjadi dokter.
"Eonni, kenapa ingin menjadi dokter?" Aku menatapnya lekat.
"Aku ingin menyembuhkan semua orang dengan ketulusan hati tanpa memilih-milih. Tapi aku ingin menjadi dokter spesialis jantung!" ujarnya tersenyum, mengusap suraiku.
"Kenapa harus spesialis jantung?" tanyaku penasaran.
"Dari semua organ tubuh manusia dan hewan, jantung adalah bagian yang utama, ketika kamu bahagia jantung akan bereaksi, ketika kamu sedih jantung pun akan bereaksi dan ketika kamu jatuh cinta jantung akan memberi sinyal. Di setiap debaran itu penting agar kamu bisa merasakan emosi. Dan, beberapa tahun kedepan aku akan menjadi dokter spesialis jantung yang hebat." Minjee memelukku sangat erat, aku membalas dan mengangguk.
"Aku tidak akan menghalangi cita-citamu! Aku akan terus berdoa untukmu!"
Aku mulai mengerti, aku adalah penghalang terbesar bagi Minjee eonni. Ia tidak bisa melanjutkan S2-nya karena harus menghidupiku. Ia melakukan semuanya untuk dirinya sendiri dan juga aku. "Maaf, eonni" gumam Youngmi.
Semua ini memang salahku, ibu meninggal saat melahirkanku dan ayah meninggal terkena serangan jantung ketika sedang memarahiku. Dan, sekarang Minjee eonni yang mimpinya terhalang olehku harus pergi secara diam-diam dariku.
Saat ini, kakiku berpijak pada beton tiang sandaran jembatan Mapo. Aku mencoba berdiri tegap, melepaskan tanganku dan merentangkannya. Memejamkan mata. "AHH!!!!" Aku berteriak sekuat tenaga.
Di sisi lain, seorang lelaki yang sedang bersepeda mengerem mendadak ketika mendapati seorang gadis yang sedang berdiri di atas tiang sandaran yang seperti ingin melompat dari sana.
*****
"Ne?"
"Dua hari yang lalu, apa kamu mencoba bunuh diri di jembatan Mapo?" tanyanya sekali lagi, ia menatapku menyelidik.
"Apa .... apa maksudmu?" aku menunduk dan memundurkan langkah perlahan.
"Kenapa kamu berdiri di sana?" Ia mendekatiku dan aku terus memundurkan langkah. "STOP!" teriakku, Yonghwa tersentak dan memberhentikan langkahnya.
"Neo nuguya? Apa urusannya denganmu? Lalu kenapa jika kamu melihat? Aku ingin bunuh diri atau tidak, kamu tidak berhak ikut campur!"
Aku melangkah pergi darinya dengan amarah yang memuncak dan beruntungnya bus sudah berhenti di depan mereka. Tanpa di cegah oleh Yonghwa, ia membiarkannya pergi begitu saja.
Satu pekan berlalu,
Aku berada di ruangan guru, terduduk di samping kubikel Seungjo-Saem menunggu satu lagi murid yang sudah berjanji pada guru berkacamata tebal di depanku ini untuk memberitahu rencana masa depan, lebih tepatnya⎯universitas mana yang diinginkan dan bidang apa yang akan di ambil, setelah lulus nanti dari sekolah ini.
"Saem, lebih baik mulai sekarang saja! Murid itu mungkin sudah pulang," gerutuku yang sudah kesal menunggu.
"Tidak bisa! Hari ini harus dituntaskan, aku tidak hanya mengurus kalian tapi juga sebagai wali kelas 10. Kerjaanku sudah cukup banyak. Tunggulah sebentar lagi," ujarnya, masih fokus pada lembaran kertas yang sedang diberi nilai.
BRAK!
Aku dan Seungjo-Saem terkejut dan menoleh pada seorang lelaki yang tiba-tiba saja masuk dengan mendobrak pintu. "Maaf aku telat, Saem!" Yonghwa membungkuk.
"Sudah tidak apa-apa! Angkat kepalamu dan duduklah di sebelah Youngmi," perintah Seungjo-Saem.
"Ye, saem!" Ia menarik sedikit kursi di sebelahku dan mendudukkan dirinya. Ia tak mau berpaling menilik wajahku dari samping kanannya, aku hanya diam dan menatap ke depan. Setelah kejadian seminggu yang lalu aku tidak lagi mengobrol dengannya, rasanya kembali canggung dan untung saja ada Seungjo-Saem di sini.
"Oke, kita mulai."
*****
⎯Caffést⎯
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya, Jihye sedang mengemas pesanan delivery yang jumlahnya sekitar lima puluh.
Aku mengangguk dan membantunya. "Memangnya aku terlihat tidak baik-baik saja?"
"Bukan begitu, hanya saja kamu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Benarkan?"
Aku terdiam sejenak. "Eonni, aku sedang mencari goshiwon yang murah, tapi aku kan masih sekolah pastinya nanti akan sulit untuk disewakan padaku!"
Jihye menaikkan sebelah alisnya. "Maksudmu? Bukannya kamu sudah nyaman tinggal di apartemen bersama kakakmu? Kenapa mencari goshiwon?" Ia tidak mengerti.
"Ak⎯"
"Kamu sedang bertengkar dengan kakakmu?!" celanya. Youngmi lagi-lagi terdiam, ia tidak tahu harus bercerita jujur atau bohong pada Jihye, ia menghela napas dan mengangguk.
"Aku sudah terlalu lama membebaninya, eonni!" ujarku pelan.
Jihye mengusap bahuku. "Jangan bilang begitu! Kamu adalah adik kandungnya, tidak mungkin menjadi beban. Mungkin kakakmu sedang banyak pikiran!" imbuhnya mencoba menenangkan.
"Tetap saja, aku ingin mencari goshiwon!"
"Yasudah, aku akan membantu kamu mencarikan goshiwon!" Ia tersenyum padaku.
"Benarkah? Gomawo eonni!" Aku membalas senyumnya.
'Cling'
Bell kafe berdering riang yang menandakan ada seorang pelanggan. Aku segera menuju kasir setelah mendengar bell dan bersiap mencatat pesanan.
"Selamat datang, ingin pesan apa?" Youngmi mendongak, maniknya nyaris keluar. "Yong .... Yonghwa?"
Lelaki itu mengerjap. "Youngmi, kamu kerja?" tanyanya ikut terkejut. Ia kira Youngmi adalah anak orang kaya karena rata-rata sekolah kami dari kalangan anak konglomerat termasuk Yonghwa sendiri, meski begitu tidak masalah untuknya. Kaya atau tidak, baginya gadis ini unik di matanya.
Aku mengangguk. "Iya, udah lumayan lama. Mau pesan apa?"
"Americano," tukasnya mengerti, masih memandangiku tanpa mau berpaling. Aku mencatat pesanannya dan segera beralih membuat segelas Americano.
"Siapa dia?" Jihye berbisik padaku.
"Teman satu sekolahku," ucapku seadanya.
"Ah masa hanya teman? Pacarmu ya? Dari tadi dia memandangimu tanpa henti tuh! Uri Youngmi sudah besar," ia membelai suraiku.
"EONNI!" kesalku padanya.
"Hey, aku hanya bercanda!" ucapnya cekikikan.
Youngmi menggeleng melihatnya.
"Aku yang akan jaga kasir menggantikanmu, sana bicaralah padanya!" lanjutnya, mendorong badanku pelan.
"Tidak ada yang ingin kami bicarakan, eonni!" Youngmi menolak dan masih meracik kopi di hadapannya.
"Ada! Aku bisa melihat raut wajah kalian berdua yang sepertinya memiliki kesalahpahaman!" ujarnya menepuk bahuku. "Fighting!"
Youngmi termenung, benar yang dikatakan Jihye eonni. Pasti ucapanku waktu itu menyakitinya, padahal ia hanya memastikan tapi aku malah marah padanya. Aku mengecek arloji tengah bertengger di lengan kananku, sekitar dua puluh menit lagi kafe akan tutup. Sudahlah, aku harus bicara padanya.
"Ini Americano pesanannya, selamat menikmati." Youngmi menaruh cangkir itu dengan hati-hati. Semua itu tidak luput dari perhatian Yonghwa. Ia meraih cangkir itu kemudian meminumnya perlahan. Kebiasaannya, sebelum meminumnya ia pasti menghirup aroma minuman itu lekat-lekat sambil memejamkan mata. Aroma kopi selalu membuatnya merasa nyaman.
'Krekk'
Terdengar tarikkan kursi. Matanya yang terpejam kini terbuka. Youngmi duduk di hadapannya.
"Yonghwa-ssi, bisakah kita bicara setelah aku pulang kerja?" tanyanya. Membuat sang empu mengernyitkan dahi.
"Apa tidak bisa di bicarakan sekarang?" Sorotnya menilik manik gadis di depannya.
"Kalau sekarang tanggung banget, 15 menit lagi sudah mau tutup kok kafenya."
"Hmm .... okelah, aku tungguin kamu!"
Aku beranjak dari duduk dan tersenyum. "Gomapta!"
Lima belas menit berlalu, keduanya tengah berada di halte bus dekat kafe tempat Youngmi bekerja. Dan, membiarkan bus yang datang ke halte tempatku dengannya berdiri berlalu. Kami lagi-lagi hanya diam jika sedang bersama, padahal aku sendiri yang mengajaknya untuk bicara tapi malah mendiamkannya. Mungkin Yonghwa menungguku untuk membuka suara lebih dulu terlihat dari ekspresinya seperti mengatakan 'bicaralah'.
"Yonghwa-ssi," panggilnya takut-takut.
"hm?" Ia menoleh, memandangi wajah Youngmi dari samping.
"Maaf!" Aku menunduk sambil menatap jalanan malam.
"Maaf untuk apa?" katanya santai.
"Untuk kejadian seminggu yang lalu! Maafkan aku!" Youngmi beranjak berdiri di depannya dan membungkuk.
Yonghwa mendekatiku tanpa mengatakan apapun, ia menarik dan menggenggam lenganku, aku tersentak. Ia menepis sedikit jarak diantara kami, cukup dekat, hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya di wajahku.
"Apa .... apa yang kamu lakukan, Yonghwa?!" Aku tertunduk dan mencoba menarik kembali lenganku. Gagal, ia menggenggam semakin erat. Wajahnya semakin mendekat, aku segera memalingkan wajah.
"Jadilah temanku! Jika ingin aku memaafkanmu," bisiknya lembut.
****
- Jebal : Tolong
- Goshiwon : Kamar Kos
- Neo Nuguya : Kamu siapa
- Gomawo / Gomapta ( Informal ) : Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Kustri
lanjut
2024-06-26
0
Memey
up up up
salam semangat dari
SORRY MY HEART
2020-05-07
1
Nuriha Azizah
bagus ka ceritanya, jangan lupa mampir novelku ya kak, misteri kotak hitam 🤗🤗🤗 saling vote juga, terimakasih 🤗
2020-05-06
1