Malam itu Rey sengaja menginap di rumah ibu, selain rindu dengan ibu Rey khawatir dengan Reva.
"Ibu, Kak Rey, aku ke kamar dulu. Besok aku ada kunjungan kerja lapangan, jadi harus siapkan berkas untuk tukang dan pekerja. Aku takut Ayu kerepotan sendirian membuat Rencana Anggarannya." Reva beranjak ke kamar meninggalkan Ibu dan Rey yang sedang menonton tv.
Membuat ibu dan Rey saling pandang, ingin membicarakan sesuatu tapi takut mengganggu suasana hatinya, mungkin sebaiknya dibiarkan saja dulu, bagaimanapun juga orang yang patah hati butuh waktu untuk sendiri.
"Baiklah, tapi jangan terlalu larut bekerja. Ingat kau itu wanita, kerja terlalu keras juga tidak baik untukmu "
"Memangnya kenapa tak boleh terlalu keras ??" Reva bertanya dengan wajah yang serius.
"Nanti cepat tua, membuat wajahmu keriput, kalau sudah keriput tak ada lagi yang mau jadi suami mu." Ledeknya.
"Kakak mengada-ada " Reva menggeleng tidak percaya, melangkah naik ke atas menuju kamarnya.
Satu jam Reva bergulat dengan kertas-kertas di mejanya, Reva menutup Laptop dan menarik otot tangannya. Sedikit lelah tapi dia menyukainya, semenjak 3 tahun yang lalu, saat itu Reva masih kuliah semester Lima dia membuka Perusahaan kecil dan memulai dengan keberaniannya menangani beberapa proyek bangunan kecil-kecilan cukup berhasil. Baginya 15 hingga 10% keuntungan sudah lebih dari cukup, tak perlu banyak yg penting kualitas bagus adalah yg utama.
Reva membuka pintu balkon di kamarnya,
menatap langit dimalam hari biasa dia lakukan untuk melepas penat kesehariannya.
Bulan tak seterang biasanya, terlihat bulan hanya separuh dan bersembunyi di awan gelap.
"Seperti hatiku. Separuhnya terasa gelap kehilangan cahaya." Batinnya sambil memejamkan mata
Reva menatap sekeliling rumah tampak kendaraan berlalu lalang dengan masing-masing keperluan mereka. Bahkan di malam hari mereka masih sibuk mencari dan mencari.
Tanpa sengaja Reva melihat sepeda motor yg tak asing baginya, Reva menatapnya lagi memastikan yang di lihatnya tidaklah salah. Benar saja dia adalah calon suami yang tadi siang mengatakan tak akan menikahinya.
"Mas ..... " lirihnya.
Tampak di bawah sana laki-laki yg sedang duduk di atas motor sedang memandanginya. Biasanya dia akan datang bertamu dengan sopan, terlebih lagi jika ada Rey di sana.
"Ingin sekali rasanya memanggil namamu, sebagai mana mimpi menikah denganmu adalah hal yang selalu aku pikirkan". Reva menutup mulutnya.
"Sejak kapan kamu ada di sana mas " lirihnya lagi dengan menahan air mata.
Dibawah merasakan gundah yang sama. Menatapnya dari jauh membuat hati semakin terluka, tak ayal selama ini selalu memikirkannya berharap hidup bersama itu akan menjadi nyata. Dev bahagia melihat wanita pujaan berdiri di balkon rumahnya. ingin rasanya dia masuk, datang bertamu seperti biasa, mengutarakan rasa yang luar biasa, melepas rindu meski hanya menatap dan mendengar suaranya. Tapi dengan keadaan ini dia merasa tak pantas untuk melakukannya.
"Aku mencintaimu Reva. Reva ku tersayang." ucapnya sedih.
Duhai engkau, sang Belahan Jiwa Namamu terukir dalam pusara
Di setiap langkah, ku selalu berdoa Semoga kita bersama
Duhai engkau, tambatan hatiku
Labuhkanlah cintamu di hidupku Ku ingin kau tahu, betapa merindu
Hiduplah engkau denganku
Dengarkanlah Di sepanjang malam aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta Semoga kita bersama
Dengarkanlah, Di sepanjang malam aku berdoa. Cintaku untukmu selalu terjaga
Dan aku pasti setia..
Dev melajukan kendaraan roda duanya, tak tahan akan kesedihan yg tak aja jalan keluarnya begitu sakit ketika mencintai tanpa memiliki, melihat nya dari jauh itu hanya menambah luka sendiri.
Air mata jatuh melihat Dev telah meninggalkan rumahnya, menatap hingga tak terlihat lagi hilang dari pandangannya.
Dev melaju pelan tak tau arah, yang ada dalam pikirannya adalah Reva dan Reva seorang, seharusnya cuti satu Minggu ini adalah hari-hari bahagia mereka, Minggu depan mereka akan menikah, menjalani hidup bersama, membangun mimpi yang diciptakan berdua, mewujudkan harapan berdua hingga menua bersama. Hingga satu jam Dev berkeliling tak tau arah, akhirnya dia pulang, ke ujung dunia pun bayangan Reva tak akan hilang.
***
"Hey kau dari mana..?? " seseorang menyapanya
Dev turun dan berbalik melihat siapa yang menyapa, ternyata sahabatnya, teman sedari kecil yang bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan yang kebetulan baru pulang.
"Hanya jalan-jalan, apa kabarmu?" mereka berjabat tangan.
"Aku baik. katanya kau akan menikah, apa kau tak mau mengundangku, siapa tau aku juga bertemu jodoh di pernikahan mu nanti." Canda Aldo Sahabatnya
Dev hanya tersenyum menanggapi ocehan yang biasa di dengarnya. Aldo memang suka mengobrol berbeda dengan Dev yang lebih pendiam.
"Aku memang bukan tentara sepertimu, tapi aku tidak kalah tampan darimu. Jadi jangan ragu untuk menjodohkan aku dengan gadis-gadis yang cantik." Candanya sambil tertawa.
"Sudah berapa lama kau kembali bukankah 7 bulan lalu kau masih bekerja di luar." Dev menoleh duduk di dekat sahabatnya.
"Lima bulan lalu. Aku bosan kerja di luar, aku ingin pulang dan mencari calon istri." Ucapnya lagi membahas ingin mencari jodoh.
Dev hanya tertawa kecil. Geleng-geleng dengan candaan sahabatnya.
Hening
Aldo menatap heran, apa ada masalah tanyanya di dalam hati. Kenapa wajahnya kusut sekali.
"Ada apa, apa kau sedang ada masalah dengan calon istri mu, semua bisa di selesaikan baik-baik, jangan di bawa lemas begitu." Aldo menepuk pundak Dev.
Ponsel Dev berbunyi, Dev membuka ponselnya dan ternyata Reva yang mengirim pesan.
"Jangan menjauh dari ku mas, ini begitu berat."
Dev menutup ponsel dan mengusap kasar wajahnya. "Memang ini berat sayang, ini menyakiti kita berdua. Tapi aku tak mampu dan tak tau harus bagai mana." Batinnya.
"Dev." Aldo membuyarkan lamunan sahabatnya.
Dev menoleh. "Aku tidak jadi menikah. Aku bahkan tidak akan menikah, sampai aku meninggalkan dunia ini." Dev lalu menatap langit.
Aldo yg mendengar itu begitu terkejut tak mampu berucap apa-apa. Mereka memang dekat, sedari kecil selalu bersama berbagi suka duka itu sudah biasa.
"Aku sangat mencintainya, dia wanita yang baik, dia begitu sempurna, dia wanita sholeha. Tidak pernah terpikirkan oleh ku untuk menyakiti apalagi meninggalkannya
tapi cintaku ini tak menemukan jalan nya, aku tidak bisa menikahinya, bahkan aku melukai hatinya." Ucapnya Sedih
Aldo menarik nafas. Meskipun belum pernah jatuh cinta, tapi jika soal patah hati tentu setiap orang mengetahuinya.
"Mengapa bisa begitu, apa masalahnya?"
Dev melihat wajah sahabat disebelahnya. "Aku terkena HIV." Ucapnya kemudian.
Aldo terbelalak tak percaya. "Sejak kapan?" Tanyanya lagi
"Aku rasa sejak lama, tapi aku tidak mempedulikan gejalanya, hingga kemarin saat aku akan pulang, semua melakukan berbagai macam tes kesehatan bersama Dokter yg ikut serta dan hasilnya Positif." mata Dev mulai basah.
Menyesali semuanya ......
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Erita Wahyuni
itu la pnting nya. ..
cek kesehatan
2022-07-10
1
Bisakah Anda mengikuti saya, saya punya sesuatu untuk diberitahukan kepada Anda
2022-06-20
1