"Ratih, maafkan Aku tak bisa membantumu tadi, " Begitu melihat Dewi Ratih yang baru saja usai bertarung melawan para brandalan yang menantangnya tadi , Erlangga langsung meminta maaf.
"Tak apa. Lagi pula aku bisa sendiri. Kakang lebih baik istirahat saja, " Dewi Ratih memakluminya.
Saat pertempuran melawan seorang pendekar bertopeng perak beberapa hari yang lalu disebuah hutan, Erlangga kalah saat melindungi Dewi Ratih yang terpojok , akibatnya ia harus menanggung luka dalam yang lumayan parah. Walaupun sudah lumayan pulih, tapi ia masih belum seutuhnya. Untung saja ia berhasil kabur , kalau tidak ia mungkin sudah tewas.
Sebenarnya ia tak tahu menahu mengenai orang itu. Begitu pula tujuannya menyerang. Besar kemudian pendekar itu hanya ingin menguji ilmu baru yang dimilikinya. Ini diperkuat lagi karena pendekar itu take mengejar saat mereka kabur.
Apapun itu, yang jelas ilmunya berada ditingkat yang lebih tinggi dari mereka. Karena ia tak mengalami kesulitan yang berarti untuk membuat mereka berdua menyerah dalam beberapa jurus saja.
Erlangga memulihkan dirinya di Bantu Dewi Ratih didalam sebuah gua yang disekitarnya tumbuh pohon-pohon yang buahnya telah ranum. Jadi lah mereka selama be berapa hari memakan buah-buahan hutan.
***
Walaupun rasanya sudah lapar sekali dan badan juga terasa lemah, Laksmingingrum berusaha untuk tidak makan dengan terburu-buru. Hal ini adalah ajaran dari gurunya. Pernah suatu ketika ia makan dengan cepat sekali, omelan dari gurunya rasanya tak habis-habis terlontar dari mulutnya.
Menurut gurunya, tidak berburu-buru saat memakan sesuatu adalah cara terbaik untuk menikmati anugrah sang dewata agung. Lagipula, tak baik bagi seorang wanita apalagi masih gadis berbuat sedemikian rupa.
***
Pagi, Erlangga dan Dewi Ratih memutuskan untuk segera pergi dari desa itu. Walaupun belum pulih benar, perjalanan harus tetap berlanjut. Mereka harus pergi ke bukit Kinasih untuk menyempurnakan ilmu mereka secepatnya.
Ini adalah wasiat guru mereka sebelum dia meninggal karena sakit. Masing-masing mereka diberi gelang yang berfungsi sebagai tanda agar lebih mudah diterima . Karena menurut gurunya, orang yang mengajari mereka adalah saudara seperguruannya. Namun saat mereka merasa telah puas dengan petualangan mereka, sebuah perpisahan tidak dapat terelakkan lagi. Gurunya Erlangga dan Dewi Ratih bermukim di Gunung yang terletak di utara pulau, sedangkan yang akan ditemui mereka berdua bermukim di Bukit Kinasih .
Perjalanan yang cukup sulit ini, telah dilewati beberapa bulan yang lalu, karena jaraknya yang begitu jauh ditempuh dengan berjalan kaki. Sesekali saat berada di hutan mereka menggunakan ilmu meringankan diri untuk mempercepat langkah mereka.
***
"Kakang, kekalahan kemarin membuktikan bahwa kita belum siap untuk menghadapi pendekar yang cukup hebat. Yang kita lawan selama ini hanyalah hama pengganggu yang tidak ada apa-apanya dibandingkan kita," saat sedang memberi minum, tangan kanan berandal yang dikalahkan Dewi Ratih itu berkata.
"Kamu benar juga, sekarang apa yang harus kita lakukan?"
"Setelah kakang pulih , bagaimana kalau kita berguru pada orang sakti? Aku dengar di Gunung Selonogo ada orang sakti yang ilmunya sangat tinggi. Kalau tidak salah namanya Empu Wijaya," Jawab tangan kanan berandal itu.
"Aku pernah mendengar namanya . Dia adalah sosok yang selalu membuat onar di Negeri Glagah . Tapi katanya dia tidak sembarangan menerima murid," Katanya lagi.
"Apapun akan kulakukan demi membalas kekalahan semalam. Aku akan menjadi pendekar yang tak ada bandingannya," Brandal itu membulatkan tekad. Suatu saat, ia berjanji akan membalas kekalahan semalam walaupun harus dibayar dengan nyawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments