"Bagaimana kalau kita beristirahat di desa ini untuk sehari dua hari? " Saat tiba digerbang desa, Erlangga bertanya pada seorang wanita disampingnya.
"Boleh juga. Aku setuju kakang, " Jawab perempuan berkain merah muda dengan sebilah pedang itu kepada seseorang disampingnya.
"Bagaimana kalau kita makan dulu? Kita dari kemarin hanya memakan buah-buahan saja, aku ingin sesuatu yang berbeda untuk dimakan sekarang." Usul wanita itu.
"Kamu bisa saja. Mari kita cari tempat makan terdekat, " Jawab lelaki disampingnya.
Setelah itu mereka segera mencari tempat makan terdekat dari mereka. Setelah memesan dan tersaji, dengan lahap wanita itu memakan pesanannya.
"Pelan-pelan, nanti kamu tersedak, lagi pula malu dilihat orang banyak. " Dengan heran lelaki itu berkata.
"Ah, tidak apa. Mumpung masih bisa. Kalau kita di hutan lagi, tak ada makanan seperti ini lagi, " Wanita itu menyanggah ucapan pria didekatnya itu.
Saat sedang asyik-asyiknya makan, segerombolan brandal tiba-tiba menyerang dan mengobrak-abrik rumah makan itu. Tak ada yang perlawanan atas tindakan itu dari sang pemilik karena takut.
Wanita itu segera melesat menyerang para berandal itu hingga Menyebabkan beberapa dari mereka luka-luka.
***
"Lancang sekali kamu menyerangku cah manis. Kamu tidak mengenal siapa kami?" Salah seorang yang tampaknya pimpinan mereka nenghardik.
"Aku tidak tahu kalian siapa dan tujuan kalian siapa. Lagi pula aku hanya tak ingin kalian merusak suasana. Itu saja, " Sambil memasang kuda-kuda dan dengan suara menantang dia berkata.
"Sombong sekali engkau wahai anak muda, " Selesai berkata, pimpinan perampok itu langsung menyerang wanita itu tanpa ampun. Tetapi rupanya perlawanannya bisa diimbangi dengan baik. Sementara lelaki yang bersama wanita itu menyerang anak buah brandal itu.
Pertarungan itu berlanjut hingga ke halaman rumah makan. Perlahan namun pasti, para berandal itu akhirnya kalah dan lebih memilih untuk melarikan diri.
***
"Kisanak, nisanak, terima kasih atas bantuannya. Saya tidak tahu harus membalas dengan apa kebaikan yang telah diperbuat than berdua, " Setelah berandal itu pergi, pemilik rumah makan itu segera menemui mereka.
"Tidak apa bu. Lagi pula Saya merasa terganggu atas perlakuan mereka, mereka telah mengacaukan suasana makanku. Memang sudah sepantasnya mereka mendapatkan perlakuan seperti itu, " Dengan nada masih kesal oleh para berandal itu, wanita itu berkata.
"Kalau boleh tahu, tuan berdua ini siapa? "
"Nama saya Dewi Ratih. Dan ini kakak seperguruan saya, namanya Erlangga, " Wanita itu berkata.
" Apa berandal itu sering berlaku sedemikian rupa? " Lelaki yang disebut bernama Erlangga itu bertanya.
"Mereka terkadang berlaku demikian. Mungkin mereka berbuat demikian ditempat lain. "
"Apa tidak ada prajurit patroli dari kerajaan yang menindak? "
"Saya tidak tahu. Tapi mungkin para berandal itu, menghindari mereka. Karena mereka hanya beraksi saat tak ada prajurit kerajaan yang berpatroli."
***
"Hari ini benar-benar sial. Semua karena pendekar itu. Sungguh keberadaan mereka tak kusangka. Lain kali akan kuhabisi mereka semua, " Saat berada ditempat persembunyian, kepala berandal itu berkata dengan penuh amarah.
"Jangan gegabah. Mereka seperti ya punya ilmunya di atas kita kalau kita nekad, kita bisa tewas."
"Besok aku akan menuntut balas, " Dengan Sombongnya ia berkata serta mengacuhkan perkataan seorang tangan kanannya.
"Bukankah sudah kubilang jangan. Apa kakang tidak mendengar? " Orang yang berkata tadi berkata dengan nada gusar.
"Kita berandal. Mengapa kita takut untuk mati? "
"Terserahmu saja. Jika kakang ingin mati lakukan saja."
***
Malam saat bulan bersinar begitu cerah, para berandal itu kembali membuat keributan sambil menanyakan keberadaan wanita bernama Dewi Ratih itu. Yang dicari tiba juga ditempat mereka berbuat keributan.
"Kalian lagi rupanya. Mau babak belur lagi kalian? " Dengan santai wanita itu berkata.
"Jangan jumawa cah manis, " Selesai berkata, berandal itu langsung menyerangnya. Dan akhirnya terulang lagi pertarungan yang berakhir dengan kekalahan berandal itu. Ia pingsan. Ia kemudian dibawa pulang dengan cara dibopong oleh anak buahnya yang tersisa.
***
Tangan kanan berandal itu tadinya enggan ikut. Tapi karena khawatir akhirnya ia menyusul juga. Saat di tengah perjalanan, ia dikejutkan oleh anak buah yang membopong sang kepala berandal itu. Setelah diperiksa, ternyata nafasnya masih ada. Dia menyuruh yang lain membawanya ke tempat persembunyian mereka.
Setelah kepala berandal dibaringkan ditempat persembunyian, sang tangan kanan itu menyesalkan apa yang telah diperbuat oleh kepala berandal itu.
***
"Nisanak ini apakah seorang pendekar? ", saat hendak memesan makanan, Laksminingrum ditanya oleh seorang pelayan yang melihat ia membawa pedang.
"Ada apa rupanya kisanak? " Dengan heran Laksminingrum balik bertanya .
"Tadi siang disini juga ada pendekar wanita dan lelaki. Kalau saya tidak salah mendengar, namanya Dewi Ratih dan Erlangga. Apa tuan mengenalnya?"
"Tidak. Mungkin hanya sebuah kebetulan saja. "
"Mereka tadi siang bertarung melawan berandal yang suka merusuh disini. Setelah kalah, tadi mereka melakukan serangan balik, hanya saja mereka tetap kalah. Pertarungan mereka belum lama usai. "
"Apakah pendekar yang disebut kisanak itu masih berada disini?"
"Saya rasa mereka menginap di rumah pemilik rumah makan ini. Dia menawarkan kepada mereka untuk bermalam disini sebagai ungkapan terima kasih, " Jawab pelayan itu.
"Maaf, terlalu asyik mengobrol membuat Saya lupa kalau tuan lapar. Saya mohon diri untuk membuatkan pesanan nisanak, " Pelayan itu berkata kemudian ia pergi keep belakang.
Setelah beberapa hari berjalan, Laksminingrum tak merasa pernah bertemu dengan orang yang disebutkan oleh pelayan itu. Sambil menunggu pesanan dating, ia menebak-nebak siapa gerangan mereka. Sambil membayangkan seberapa kuat orang itu. Tetapi ia tak ingin berharap lebih. Lagipula mereka juga belum tentu mau bertemu dengannya.
Karena hari Sudah malam, rasanya ia lebih baik bermalam saja disini. Lagipula tak ada batas waktu yang ditentukan gurunya untuk ia kembali kerumah ditengah hutan yang begitu nyaman baginya. Ia bahkan sebenarnya merasa pesimis akan menemukan siapa dirinya sesungguhnya tanpa ada sedikitpun petunjuk. Ia merasa initiative tugas gila yang takkan pernah terselesaikan olehnya.
Disaat- saat seperti inilah ia mulai mengeluhkan garis takdir yang ditetapkan oleh sang Dewata yang Agung. Andai dulu ia tidak terpisah, ia tak mungkin terlunta-lunta seperti saat ini. Ia belum pernah berpisah dengan gurunya sejauh dan selama ini. Tapi tak ada jalan pulang untuknya sekarang.
Ia sedikit terkejut saat sang pelayan itu menaruh makanan yang dipesannya tadi, tapi dia berusaha menyembunyikan rasa itu.
"Kisanak tahu penginapan disekitar sini? Rasanya terlalu malam untuk melanjutkan perjalanan, " Saat pelayan itu selesai menaruh pesanannya, Laksminingrum bertanya.
"Nisanak ini hendak kemana memangnya? "
"Saya tidak tahu hendak kemana. Yang saya tahu saya harus menemukan keluarga saya yang terpisah. Saya hanya mengikuti kemana kaki saya melangkah. Itu saja, " Sambil mengeluarkan isi hatinya, Ia berkata kepada pelayan itu.
Pelayan itu merasa iba melihat Laksminingrum yang berkata dengan mata sayu. Bagaimanapun, ia juga tahu rasanya kehilangan anggota salah satu anggota keluarga.
"Kalau nisanak butuh penginapan, nanti biar saya tunjukkan. Silahkan dimakan dulu. "
***
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
solehudin
nyimak
2023-03-21
0