Marko memeluk istrinya. "Kita telpon Tristan dan kita harus kasih tahu dia."
Dan diapun segera mengambil ponsel yang ada di saku celananya sambil tangan kiri mendekap istrinya menenangkan.
'No yang anda tuju sedang sibuk. Silahkan coba lagi nanti'
Hanya suara perempuan yang menjawab panggilan Marko. Dia tak putus asa, iapun kembali menelpon anaknya berharap no nya aktif. Tapi lagi dan lagi hanya suara perempuan dan handphone Tristan tidak aktif.
Marko kesal dan marah, di saat darurat seperti ini anaknya tidak ada bahkan sulit untuk di hubungi. "No nya tidak aktif mah. Kemana itu anak?"
"Pah, Naya pasti sedih sekali, Pah." Kata Jihan masih menangis.
********
Sedangkan orang yang di hubungi Marko malah sedang bercumbu mesra dengan kekasih gelapnya lebih tepatnya mantan pacar Tristan saat kuliah dulu.
Tristan mencium rakus bibir Emily, tangannya pun beraksi membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuh wanitanya.
Dia menggiring tubuh Emily ke sofa yang ada di ruang tamu. Baru saja Emily tiba, Tristan langsung memangsa kekasihnya dengan ganas.
Emily pun tak mau kalah, ia melepaskan kaos yang di kenakan Tristan sehingga keduanya sudah sama-sama polos. Dengan tergesa, Tristan memasukan miliknya dan memaju mundurkan pinggulnya secara kasar dan itu membuat Emily menggila.
Permainan Tristan membuat ia puas, dan Tristan mampu membuatnya melayang tinggi. Keduanya pun ambruk setelah menyelesaikan maju mundur cantik.
"Kamu sangat luar biasa, Tristan. Aku sangat-sangat puas dan kamu mampu membuatku melayang tinggi."
"Kamu juga luar biasa Emily, kamu benar-benar membuatku kecanduan. Bahkan dari dulu kamu membuatku gila. Aku tidak bisa melupakanmu terutama permainanmu."
Tristan melepaskan miliknya dan duduk dalam keadaan polos.
"Akupun sama, sayang. Maafkan aku karena dulu ku menikah dengan yang lain dan sekarang aku menyesal sebab ternyata ia hanyalah pria cacat dan buta."
Emily juga bangun kemudian duduk di pangkuan Tristan tepat menduduki milik Tristan.
"Tidak masalah karena akulah orang pertama yang mengambil kehormatanmu dan sekarang kita bertemu lagi," balas Tristan mengangkat sedikit pinggul Emily dan kembali memasukan miliknya.
Emily mengerti kemudian dia mengambil alih permainan dan merekapun melakukannya.
Tanpa mereka sadari kegiatan keduanya di perhatikan oleh seseorang di balik kaca sebab Tristan tidak menutup sempurna gordeng kacanya.
"Menjijikan."
*********
Rumah sakit
Setelah menunggu beberapa jam, Kanaya sudah di pindahkan keruangan perawatan dan tinggal menunggu ia sadar.
Dengan setia, Jihan menunggu menantunya bangun. Ia menyesal tidak bisa menjaga anak dari mendiang sahabatnya.
Orang tua Kanaya dan Orang tua Tristan sahabat. Dan mereka kembali di pertemukan setelah 25 tahun. Namun, di saat kedua orang tua Kanaya pergi untuk bekerja, mereka malah kecelakaan.
Sebelum meninggal, Papa Kanaya menitipkannya kepada Marko dan Jihan. Dan mereka juga ingin melihat Kanaya menikah dan Jihanpun setuju untuk menikahkan Tristan karena pada saat itu Tristan tidak memiliki hubungan dengan siapapun.
"Naya, bangun, Nak!" ucap Jihan menggenggam tangan menantunya.
Jari-jari tangan yang di genggaman Mama Jihan merespon, dan mata Nayapun perlahan terbuka. Dia mengedarkan pandangannya melihat setiap tempat yang terasa asing.
"Naya, kamu udah sadar, Nak?" Mama Jihan senang menantunya sadar.
"Mama, aku ada dimana?"
"Kamu lagi berada di rumah sakit, Nay. Jangan banyak gerak dulu, ya."
Ceklek....
Pintu masuk di buka seseorang dan itu adalah Marko. "Naya, kamu sudah sadar? syukurlah, Papa dan Mama khawatir sama kamu, Nak."
Naya tersenyum sebab masih ada dua orang yang masih menyayanginya. "Maafkan Naya yang suka merepotkan kalian."
"Tidak Nak. Kami tidak merepotkan kamu. Kamu adalah anak kita dan sampai kapanpun kamu akan menjadi anak Mama dan Papa," jawab Jihan.
"Oh, ya, Mah. Papa tidak bisa menemukan keberadaan Tristan, Mah. Papa pun sudah bertanya keteman-temannya dan tak ada satupun dari mereka yang tahu kemana."
Kanaya yang mendengar nama suaminya di sebut seketika meneteskan air mata. Ia kembali teringat pengkhianatan yang dilakukan suaminya.
"Naya, kenapa kamu menangis nak?" tanya Marko yang melihat air mata jatuh di pelupuk matanya.
Naya menggeleng, ia pun memegang perutnya, sontak ia makin terkejut mengingat ada janin yang bersemayam di perutnya.
"Mah, ba-bagaimana keadaan anakku? apa anakku baik-baik saja?" Naya berdebat tak karuan takut terjadi sesuatu kepada calon anaknya.
Jihan mendongak melihat waja suaminya. Dia tidak tega menyampaikan kabar duka ini namun Naya juga harus tahu tentang anaknya yang sudah tiada.
"Mah, Pah, bagaimana keadaan anakku? apa dia selamat? tidak terjadi sesuatu kepada calon anakku kan? kenapa kalian diam saja, jawab Mah, Pah!" cerca Naya ingin bangun tapi di cegah oleh Jihan.
"Jangan bergerak dulu, sayang! Kamu baru selesai kuret," cegah Jihan.
Kanaya mematung mendengar kata kuret dari mulut Mama mertuanya. "Ku-kuret..?!" air matanya kembali berderai semakin deras. Pikirannya sudah kemana-mana.
"Nay, kamu harus kuat, masih ada kami disini yang akan selalu bersama kamu. Calon anakmu tidak dapat di selamatkan akibat benturan keras di perutmu yang menyebabkan pendarahan hebat."
Deg....
Jantung Naya seolah berhenti, tubuhnya lemas tak berdaya mendengar anaknya tidak selamat.
"Jangan, bohong, Mah?"
"Tidak, Nak. Kami tidak bohong. Dia sudah tiada," lirih Jihan ikut sedih dan kehilangan.
"Tidak, anakku tidak mungkin tiada, ini pasti salah, dokter pasti berbohong, anakku tidak mungkin tiadaaa....." pekik Naya menangis histeris.
Jihan memeluk menantunya. Ia tak tega melihat Naya meraung menangis kehilangan sang buah hati.
"Kenapa harus anakku yang Tuhan ambil? kenapa bukan aku yang dia ambil? Mama ikut kamu, Nak. Mama tidak ingin hidup tanpa kamu," pekik Naya menjerit histeris.
Marko berkaca-kaca, ia mendongakkan wajahnya mengerjapkan mata supaya air matanya tidak menetes. Ia dan sang istri pernah merasakan kehilangan anak saat usia anaknya berumur 6 bulan dan anaknya perempuan.
Jihan terus memeluk Kanaya menenangkannya meski dia sendiri sakit, sedih, dan merasakan kehilangan.
Setelah Naya tenang, Jihan baru melepaskan pelukannya. "Nay, Mama mau tanya sama kamu dan tolong jawab, Nak."
"Kenapa kamu bisa jatuh di lantai? kemana Tristan?" tanya Jihan ingin tahu awal mula Naya jatuh.
Naya menunduk takut, air matanya kembali menetes.
"Ceritakanlah, Nay!" kata Marko.
Kanaya pun menceritakan semuanya dari awal sampai ia tak sadarkan diri tanpa ada yang di tutupi sedikitpun. Meski ini adalah aib suaminya namun Naya tak sanggup bila menyembunyikan pengkhianatan dan karena Tristan lah ia harus kehilangan calon anaknya.
Marko murka mengetahui penyebab Kanaya keguguran. Ia semakin marah bahwa putranya telah berkhianat.
Jihan langsung memeluk Kanaya merasa bersalah dan ia juga marah putranya bisa seperti itu. "Maafkan Tristan, Nay. Maafkan Tristan...."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fhebrie
ayolah Kanaya jngn jd wanita lemah
2023-01-25
1
Tri Widayanti
Semangat Nay✊
2022-12-16
0
Sonya Noya Sonya
kembali kerja saja biar bisa mempercantik diri
2022-09-28
0