Mama Jihan sudah sampai di kantor suaminya lebih tepatnya di kantor orang lain karena Papa Marko hanyalah sekertaris.
"Mbak, apa pak Marko Delano ada di ruangannya?" tanyanya kepada resepsionis.
"Ada, Bu. Tapi saat ini beliau sedang meeting dengan Bos."
"Kira-kira berapa lama selesainya? ada hal penting yang harus saya sampaikan kepada suami saya, pentiiiing banget."
"Kurang tahu, Bu. Tapi ibu bisa menunggu di sana!" tunjuk sang resepsionis ke tempat duduk ruang tunggu.
Mama Jihan berpikir dan kemudian ia pun memutuskan menunggu di sana.
********
Lain halnya dengan Papa Marko yang mendapat teguran dari bos besar.
"Saya tidak tahu masalah apa yang sedang di hadapi anak Anda, Pak Marko. Tapi saya minta Anda memperingati anak Anda untuk tidak seenaknya main masuk, cuti, atau apalah supaya tidak membuat saya kesal."
"Dia bekerja sebagai manager dan seharusnya anak Anda bekerja dengan baik. Sudah empat hari dia seenaknya tidak masuk, emangnya ini kantor punya dia?"
"Maaf, Pak Aldo. Maafkan anak saya dan saya minta jangan Anda pecat dia, Pak. Saya janji akan menegur dia dan menyuruhnya untuk bekerja dengan benar," balas pak Marko malu dengan kelakuan Tristan.
"Berapa kali saya harus memaafkannya? dia saja tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. Lama-lama saya juga muak dengan kinerjanya yang tidak bertanggungjawab dalam pekerjaan."
"Saya minta maaf atas nama anak saya, Pak Aldo. Saya mohon berikan dia kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya," pinta Marko menunduk memohon.
Aldo membuang nafasnya secara Kacar. "Baiklah, kali ini saya memaafkan dia, tapi sekali lagi Tristan melakukan kesalahan-kesalahan maka saya akan pecat dia tanpa pesangon!" ucapnya tegas penuh peringatan.
"Baik, Pak. Terima kasih atas kemurahan hati Pak Aldo. Kalau gitu saya permisi dulu, Pak."
"Ya, silahkan!"
**********
Marko keluar dari ruangan sang Bos dan kebetulan melewati ruang tunggu. Dia melihat istrinya ada di sana.
"Mama, ada apa kemari?"
Jihan mendongak dan langsung berdiri. "Pah, ada berita mengenai anak kita yang hilang."
"Benarkah? beritanya apa?" tanya Marko senang.
"Kata detektif yang kita sewa, anak kita di temukan oleh pasangan suami istri dan katanya mereka membawa Kania ke daerah S untuk di adopsi."
"Daerah S? jauh sekali, Mah."
"Kita kesana yuk, Pah. Mama ingin lihat langsung anak kita?" ajak Jihan memohon.
"Nanti Papa minta izin dulu sama bos, papa tidak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaan."
Dan Jihan setuju asalkan suaminya dapat izin. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu sang anak yang telah lama hilang.
********
Seperti biasanya Kanaya akan memasak menyiapkan makan malam untuk suaminya setelah menyelesaikan menggosok baju.
Kanaya melihat Tristan keluar kamar menghampiri Naya. "Nay, hari ini kamu masak yang banyak!" titahnya.
"Inikan udah banyak, Mas. Cukup buat kita berdua." Kanaya heran sebab suaminya bukan pria yang banyak makan.
"Untuk bertiga, aku akan memperkenalkan mu dengan kekasihku calon istri dari anak-anak ku," ucapnya tanpa perasaan sedikitpun.
Deg....
Naya yang sedang menuangkan sup pun tertegun sampai air supnya tak sengaja menyiram tangannya.
"Aaaaww," pekik Naya melihat tangannya.
"Nay, kamu tidak apa-apa?" Tristan langsung melihat tangan Naya dan meniupinya lalu membasuh ke air mengalir.
"Kalau masak hati-hati, jangan melamun supaya tidak celaka!" Tristan memperingati Naya penuh perhatian.
Hati Naya menghangat mendapat perlakuan seperti ini, kecil namun berarti.
"Kalau kamu sakit, nanti siapa yang akan mengurus rumah? siapa yang memasak? siapa yang menyiapkan segalanya? kita kan tidak menyewa pembantu."
Naya yang tadinya senang berubah sedih. "Ternyata kamu hanya menganggap ku sebagai pembantu," batin Naya menarik kasar tangannya melepaskan dari genggaman Tristan.
"Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir padaku. Kalau soal mengurus rumah, kamu bisa menyewa pembantu paruh waktu kan?" jawab Naya melanjutkan kegiatannya.
"Aku tidak mau membuang uangku dengan cuma-cuma, kan ada kamu yang akan mengerjakan segalanya. Sebagai istri yang baik harus nurut apa kata suami."
"Dan jangan lupa masak makanan yang enak untuk kekasihku!" lanjutnya tegas kemudian meninggalkan Kanaya.
Naya mematung, dadanya sesak, hatinya sakit, matanya berembun. "Kenapa kamu setega itu sama aku, Mas?" lirihnya.
Naya enggan mengikuti keinginan Tristan untuk masak lagi. Naya lebih memilih duduk nonton tv.
Bel rumah pun berbunyi, Naya sudah berdiri dan berjalan namun ia tak jadi melangkah sebab melihat Tristan tergesa menghampiri pintu.
Seketika tubuhnya mematung dan lemas melihat seorang wanita cantik yang mungkin usianya tidak jauh dengan Tristan tersenyum memeluk suaminya dan mereka bahkan melakukan kissing tanpa memperdulikan Kanaya.
"Sayang, aku kangen."
"Aku juga, oh iya, kita masuk yuk!" ajak Tristan menggandeng tangan Emily dan ia juga mematung ada Naya di sana.
Hatinya sedikit gundah melihat sorot mata Naya yang terluka.
"Tristan, dia siapa? istrimu?"
"Hah, iya, di istriku," jawab Tristan gugup.
Emily memperhatikan penampilan Naya yang terlihat seperti pembantu. "Cantikan juga aku," batin Emily.
"Penampilannya seperti pembantu ya, dan terlihat tua," ucap Emily.
"Dia emang begitu, makanya aku lebih suka kamu yang terlihat sangat cantik, muda dan tentunya dapat memuaskanku," bisiknya namun matanya menatap Kanaya.
"Mas, kenapa kamu bawa selingkuhanmu kerumah kita?" tanya Naya.
"Emily bukan selingkuhanku, Nay. Dia kekasihku sebelum aku menikahimu dan sekarangpun Emily masih kekasihku dan akan menjadi istriku," jawabnya menarik kursi untuk duduk Emily.
"Sama saja dia selingkuhanmu. Kita sah dan sudah menikah, lalu mau di sebut apa kalau kamu itu memang selingkuh dan dia itu sang pelakor," pekik Naya tak terima suaminya membawa selingkuhannya.
"Aku bukan pelakor!" pekik Emily berdiri dari duduknya. "Kaulah sang pelakor yang merebut kekasihku dan menjadi duri dalam hubunganku dengan Tristan."
"Aku tidak pernah merebut Tristan dari siapaun, dia menikahiku di saat dia tidak dengan siapaun. Kamulah sang pelakor jadi kamu pergi dari rumah ini!" sentak Naya menunjuk pintu keluar.
"Kanaya....!!!" Sentak Tristan marah.
"Kamu berani mengusir Emily dari rumahku? ini rumahku dan kamu tidak berhak mengusirnya selain aku."
Emily tersenyum sinis, ia senang Tristan membelanya.
"Kenapa kamu membela pelakor itu, Mas. Aku istrimu, seharusnya kamu membelaku bukan dia," lirih Naya berderai air mata.
"Karena aku mencintai Emily dan aku tidak akan membiarkan siapaun menyakitinya termasuk kamu!" sentaknya.
Deg....
Naya termangu mendengar pengakuan suaminya yang terang-terangan mencintai wanita lain di hadapannya. Dia tersenyum kecut akan nasib rumah tangganya yang tak seindah khayalan.
"Pelakor sepertinya tidak pantas kau cintai. Dasar pelakor kurang ajar, kau sudah merebut suamiku," sentak Kanaya marah dan ia menampar Emily bahkan menjambak rambutnya secara tiba-tiba.
Tristan dan Emily terkejut.
"Awww sakit, Tristan tolong aku!" pekik Emily kesakitan rambutnya di jambak.
Tristan berusaha melerai keduanya. "Naya lepasin dia, Emily kesakitan, Nay."
"Naya, lepasin Emily....!!!" Bentak Tristan menampar Kanaya sampai tersungkur.
"Kita pergi dari sini!" ajak Tristan membawa Emily ke luar.
Kanaya menangis tersedu-sedu, sakit..!! sangat sakit..! luka yang di berikan Tristan begitu membekas, luka luar dalam.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Umma Abid
novelnya ngga masuk akal
2023-09-14
1
yunna
lemah jengkel Uda laki selingkuh masih d pertahan kn la dasar
2022-12-16
0
Sherly Ly
lemah bgt jdi cwe ajg, gedeg gue. pantes lu d slingkuhi trs di injek2. lah lu sbg cwe ga ada sygnya sma diri sndiri, udh tau d slingkuhi d skiti, bhkan anak sndiri g s akuin. tpi msih mohon2, gila
2022-12-14
1