Hari pertamaku masuk sekolah SMA.
Beberapa hari sebelumnya aku sempat mencari dulu rumah untuk kost dan kebetulan dapat kost campur. Tak masalah ibu kosnya juga lumayan baik walau penghuninya yang lain tidak seperti itu.
Aku yang terlihat berbeda di mata mereka, itu hal biasa buatku pelan-pelan aku bisa lebih biasa lagi.
Aku yang sudah siap akan berangkat sekolah menatap diri di cermin.
Aku sebenarnya tak berniat sekolah SMA disana tapi, karena keberuntungan dan kebetulan aku bisa masuk SMA Garuda.
Maka jalani saja, mungkin ini akan sama seperti Smp, tatapan benci aneh tak suka jijik heran penasaran atau tatapan dua muka.
Firman waktu itu gak lagi mendatangi, bicara atau mengajakku pulang bersama.
Sudah aku lepaskan dia untuk pergi, mungkin pertemanan kita cuman sampai SMP saja.
Pagiku di mulai hari ini saat langkah kaki keluar dari pintu rumah aku berjalan dengan riang dalam hati tentunya tak aku tunjukkan.
Baru saja keluar mengunci pintu Tiga perempuan dengan seragam sama berdiri di sana menatapku yang mengenakan seragam SMA Garuda.
Aku mengangguk tersenyum lalu berjalan pergi.
Sampai sekolah aku langsung bisa melihat barisan murid baru yang berkumpul di lapangan dengan seragam dan atribut sama denganku beda dengan yang senior.
Kami menggunakan selayer biru sebagai penanda kami murid baru dan ya, beberapa di gunakan tidak di lengan atas melainkan di ikat pinggang di pergelagan tangan, atau menjadi bandana.
Aku berjalan kaki menuju halaman sekolahan yang banyak berbaris anak. Bersama anak baru yang mengajakku.
Akhirnya sampai dalam barusana mendengarkan pengumuman mulai dari osisnya lalu suara seorang kepala sekolah yang bicara dengan nada sedikit medok jawanya.
Awalnya emang ada Mosnya tapi, kepala sekolah malah bilang sekolah Sma Garuda tak mengatakan ada Mos ini mirip seperti sekolahan lain melainkan seperti Mos yang hanya mendengarkan pengumuman dan menjalan beberapa tata tertib sekolah selama seminggu dan tidak ada pelajaran selama seminggu melainkan perkenalan diri atau kelompok individu lalu di lanjut pengenalan sekolah dan bermain bersama anggota osisi yang sudah menyusun agendanya .
Dari banyak penjelasan kepala sekolah aku tak mendengarkan semua dan mengingat semuanya.
Mungkin beberapa ingat tak lama lalu hilang.
Nama di sebut kan sesuai kelasnya aku masuk kelas yang sama dengan anak baru yang menyapa dan mengajakku.
Seketika tatapan mataku tak sengaja melihat nya, Laki-laki dengan tinggi badan melebihiku rambut hitam dan warna mata sedikit kuning emas lalu wajah sangat tampan rahangnya begitu tegas hidung mancung. Waah ini pasti orang mengira di bukan anak SMA.
Tatapan mataku langsung kualihkan ketika matanya semakin tajam menatapku, aku baru sadar dari lamunan, huh memalukan.
Suara bel berbunyi aku mulai bersiap. Tak lama semua teman-teman kelasku masuk dan duduk di kursi yang mereka mau.
Saat satu kursi di sebelahku kosong aku senang apa aku akan duduk sendirian lagi.
Tapi, tas yang tiba-tiba di letakkan kasar dan seorang lelaki duduk dengan kasar. Di sampingku.
Tidak jadi sendirian!
Kelas dimulai.
"Baiklah Anak-anak kita mulai hari pertama kita dengan berkenalan sekarang kenalkan nama kalian masing-masing dengan maju satu persatu ke depan kelas."
Semua di mulai dari kursi kanan paling depan dan seterusnya sampai giliran aku yang maju semua menatapku. Mengatakan mereka tak pernah melihat atau mengenalku. Bahkan membicarakan artis influencer atau artis dari sosial media yang terkenal atau muncul di televisi bahkan membicarakan fisik ku.
Aku tetap tenang melangkah dan memberikan tulisan agak besar di papan tulis. Tak lupa mengatakan lewat bahasa isyarat pada guru didepan juga semua teman.
"Oh iya.. silakan Hanna," ucapnya dengan sangat ramah.
"Namaku Hanna Maira."
Tulisan itu ku biarkan dan menulis lagi bawah dari mana Sekolah menengah pertama dan juga dimana aku tinggal sekarang lalu hobi dan juga warna kesukaan, hitam. Tak lupa bahasa isyarat.
Seketika teman sebangku menatapku tajam dan semua teman sekelas yang melihatku saling berbisik dan saling melirik.
Apa aku mengenal mata tajam itu, Ya ampun aku lupa dia yang sama menatapku tajam saat aku di lapangan tak sengaja menatapnya.
Aku tahu kesan pertama orang melihatku akan seperti ini tapi, anak laki-laki itu berbeda.
"Anak-anak! Hanna Maira ini tinggal sendirian dia sangat mandiri, dia pernah Smp di Smp 104, Hanna anak yang pintar karena dari Smp 104 hanya Hanna yang bisa masuk kemari, Semoga kalian bisa berteman dengannya, Hanna silakan duduk," ucap guru perempuan itu dengan sangat baik dan ramah ia tahu suasana depan kelas di tatapan sedemikian tak membuatku nyaman.
Aku melangkahkan kaki untuk berjalan mendatangi bangku ku dan saat sampai di bangku aku duduk dengan pelan bahkan tanpa suara, seperti aku takut mereka di sebelahku terganggu.
Sekarang gantian teman sebangku sebelahku.
Aku memperhatikannya.
"Davendra Aditiya Prabu, Sekian terimakasih," ucapnya sangat kaku dan langsung tanpa basa basi, kembali duduk di sampingku.
"Huuh.. Anak yang punya Sekolah," ucap seorang siswa sangat heboh.
Davendra namanya, Aku tak tahu jika nama itu di pakai orang biasa dan seperti yang ku tahu jika biasanya di pakai oleh orang tertentu.
Sudahlah untuk apa aku menanggapi lebih, biarkan saja.
Kelas berlangsung saat pembagian kelompok mereka semua mendatangi mejaku dan mendorongku menyingkir.
Jatuh!
Kembali berdiri sendiri da, sebuah kesunyian datang aku menepuk tangan dan rok hingga mengangkat wajahku.
"Lo satu kelompok ama Daven!" Kata seorang perempuan dengan wajah cukup manis.
Aku mengerjap.
Yang menjadi kelompok ku malah diam duduk tegap sekilas menoleh kearahku.
Aku kembali duduk.
Ia menggeser buku dengan tulisan yang ia tulis barusan sepertinya.
"Lo bawa apa yang gak gue tandain jangan lupa!"
Aku mengangguk dan menggeser bukunya.
Di esok harinya aku membawa apa yang kemaren Davendra bilang suruh aku bawa apa yang harus ku bawa hari ini.
Datang dan duduk lalu memperlihatkan pada Davendra yang bermain ponsel.
Dia menoleh padaku saat melihat semua barang atribut semacam barang bekas bisa daur ulang tali dan bola.
Daven seketika menyimpan ponselnya mengambil sesuatu di tasnya dan mulai membuat sesuatu.
Dan hasilnya adalah karya yang begitu unik.
Apa anak ini sangat-sangat cerdas ya.
Kelas dimulai.
Semua masuk kelas membawa barang mereka yang sudah jadi aku yang baru saja membuang sampah dari hasil kerja keras Daven.
"Waah.. apa ini? Daven kamu mengerjakannya di sekolah."
Semua menatap kearah kami. Saat itu Daven melirikku.
"Ini kerja kelompok pak bukan kerjaan saya, Hanna juga ada."
Pak guru utu meringis melihat hasil karya Devan unik dan beda dari lainnya.
Bisik mulai terdengar mengatakan kalo Aku tak bisa melakukan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments