Firman menatapku serius sejak awal pelajaran sampai akhirnya jam pelajaran berkahir.
Lalu sampai pulang sekolah Firman selalu menatapku dengan mata tajam mengawasi.
Aku biasa saja, toh itu tak terlalu mengganggu jika aku tak menhanggapnya.
Aku melihat kanan kiri saat akan menyebrang, entah kenapa aku sangat ingin makan jeruk dan di sebrang sana ada mobil bak mengangkut banyak macam buah.
Sebuah tangan besar dingin bau parfum yang aku kenal, dia bersiri di sampingku.
Firman?
Kenapa dia?
Kupikir dia akan akan menjauhiku setelah tahu aku siapa.
"Lo gak bisa sendirian terus sorry gue gak peka, Kita bisa lebih deket, teman juga gue mau sama lo gak masalah."
Tiba-tiba tangannya menarikku untuk menyebrang. Sampai di sebrang aku berdiam diri melihat Firman memilih mencium bau buah-buahan nya.
"Lo mau buah apa?"
Aku langsung melangkah ke jeruk berwarna segar itu dan masih di bukus pelastik warna hijau seperti mentah tapi, aku pernah makan itu manis dan segar.
"Berapa?"
Aku mengacungkan buku kecil yang lama tak ku buka karena Fiman yang tak mengajakku sering-sering.
"Satu kilo aja."
"Bang beli Satu kilo, Apelnya setengah buah naga nya dua biji aja, Suka semangka gak?" Aku mengerjap.
Eh kok banyak banget.
Menepuk tangannya.
Firman menoleh.
"Gak papa ini buat lo jatah lo kalo lo suka, Mangga? Manggis?"
Ya ampun, Firman dia buat aku malu. Ada banyak buah yang dia beli dan abangnya sampai membawa kotak kardus untuk itu.
"Banyak mas mau acara apa?"
"Gak papa bang, biasa temen saya ini jarang makan buah dia lagi suka jadi bisa nanti dianter aja ke alamat ini taro deket bangku diatas meja bilang ke tetangga kalo itu buahnya Hanna Maira."
"Oh iyaa siap mas, makasih mas.. tapi, masnya pulang jam berapa kalo gak pas barengan masnya keluar sekolah aja saya agak takut buahnya kenapa-kenapa karena kami gak pernah ngirim..."
"Iyaa gak papa Bang."
Setelah pulang sekolah Firman memembantu Hanna merapikan buah didalam kulkas kecilnya.
"Liat penuh!" Menunjuk dengan mata kesal kearah Firman tanpa suara.
Firman terkekeh.
"Gak papa buat lo, Dan secara lo sebulan sekali gak pernah di tengok mereka, Mereka buang lo atau lo?"
Aku menggeleng.
Firman duduk disampingku.
"Lo beruntung hidup lo bisa tenang dan mungkin ada gak enaknya sedikit tapi, gue gak akan pernah mudah ngejalanin hidup gue walaupun gue sendiri, setiap saat gue mau menyerah..."
Firman menceritakan tentang dirinya yang terlilit hutang hingga salah satu orang tuanya harus bunuh diri lalu ibunya bekerja sebagai wanita malam mendapatkan uang dan membayar hutang, saat hutang lunas ibunya bunuh diri ia sendirian bersama adiknya tapi, setelah ia setahun di tinggal ibunya setahun saja ia bersama adiknya. Saat ia kembali pulang dari sekolah adiknya di culik lalu di temukan sehari setelahnya dengan dengan tubuh kaku tanpa organ penting hati jantung dan ginjal hilang bahkan beberapa kulit nya juga hilang.
Aku sangat tak bisa bayangkan betapa sedih dan terpuruknya Firman selama ini.
Setelah kejadian dalam hidupnya seseorang menawarkan diri menjadi walinya sekarang Firman masih bisa sekolah karena orang baik itu.
"Maaf aku gak bisa bantu dan temenin kamu saat itu..."
"Hah.. ya gak masalah kali Han, Lo dah sama aja dengerin cerita panjang gue dari awals ampe akhir dan ya, Lo mau sma dimana kita temen lama lo masih malu dan takut ama gue."
Iya benar, kita teman berbagi pengalaman hidup tidak sama rasa.
Aku yakin siapapun perempuannya nanti Hanna pasti yakin ia yang akan menjadi orang paling bahagia bagi Firman.
"SMA Garuda." Tulisku pada buku kecil dan senyuman di wajah.
"Oh.. Gue kayaknya balik kekampung halaman sekolah disana dan ya, Lo bisa simpen ini dari gue?" Memberikan sesuatu dan membuatku terdiam.
"Ini gak seberapa tapi, orang yang jadi wali gue kenal sama lo dan dia kasih inj ke gue minta pake nama gue aja ngasihnya."
"Awalnya gue gak mau gak enak tapi, ya gue juga harus mau sih..."
Aku menerimanya dan mengangguk.
Sampai jam sembilan malam Firman baru pulang dari rumahku dan ia juga sempat mengatakan salam padaku agar harus punya teman lagi satu saja.
Aku mengangguk saja.
Memang hitungan hari kelulusan kita di Smp, gak di sangka waktu cepat sekali berlalunya sudah hampir ujian kelulusan didepan mata lalu berpisah dan sekolah di sekolahan baru lagi.
Saat ini ujian kelulusan akan segera berlangsung sedikit gugup tapi, tiga hari akan mudah, aku percaya.
Sampai tiga hari itu terlewati dan aku juga tak melihat Firman ya mungkin dia di kelas lain karena kita duduk di urutan absen dan jarak ku dengan absen nama Firman jauh belum nama F lainnya di atasku.
Di hari kedelapan setelah ujian kelulusan memang hari bebas tanpa pelajaran dan bisa saja berangkat hanya cek kehadiran.
Aku yang sedang berjalan didepan dekat lapangan basket melihat Firman dengan berlari menggunakan kaos biasa.
Lalu masuk kedalam lapangan indor dan mengambil bola.
Aku sendirian disini ia tak sadar.
"Broo.. lo deketin anak itu, nilai lo lumayan, gimana Lo juga pacarin dia?"
"Iyaa.. lumayan lah dia manis masih gadis dan ya walaupun bisa cantik." Kata Firman menyahuti ucapan temannya.
"Buset gak jauh itu, Lo kalo maen ama dia di jarak aman dong jangan nafsu," ucapnya teman lainnya.
"Masih Smp lo pada mikirin apa hem!" Kata Firman sambil melirik kearahku tiba-tiba.
Yaa walaupun Smp dan masih kelas tiga dan akan lulus kami semua angkatanku tak ada yang terlihat anak-anak lagi beberapa tinggi beberapa tampan cantik bahkan bentuk tubuh nya pun terlihat.
"Maen gak..." Ajak teman Firman lainnya.
Aku diam saja di sudut tribun sampai aku mengantuk dan tertidur di bangku tanpa sadar.
"Bangun lo mau sampe jam berapa disini?"
Perlahan mataku terbuka.
Suara berat yang terdengar asing tapi, ia Firman wajahnya keringat dan kusam kulit Firman itu sawo matang potongan rambutnya under cut dan tipis bagian atas.
"Lo suka gue kalo kelamaan ngeliatin gue."
"Han... Lo serius mau Sma di Garuda?"
Aku menganggukkan kepala.
"Kenapa sebanyaknya Sma di jakarta lo milihnya Garuda dia kan di jakarta pusat dan kebun jeruk ke jakarta pusat itu gak sama cara bertahan hidupnya..."
"Gak papa Firman disana aku dah daftar dan keterima aku masuk pake nilai, kalo di jakarta pusat jarakku ke priuk deket." Memperlihatkan tulisan yang yang aku tulis sebelum Firman menyelesaikan ucapannya.
Firman menatapku seketika menunduk berdiri dan menjauh begitu saja.
Aku sekarang sendirian di tribun lapangan dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments