BAB 5

Kendaraan yang Rifki bawa sudah sampai di pelataran rumah Zafira, Safira melihat wajah nza di kaca spion.

Zafira merapihkan wajah nya dari air mata, namun tetao saja memar yang ada di wajah nya tidak bisa ia sembunyikan.

Rifki menanyakan perihal sikap Zafira, yang sedang menguatkan diri nya bahwa semua baik-baik saja.

"Kenapa harus begitu sih ? jangan di sembunyikan. " Ujar Rifki.

Safira melirik Rifki. " Ada hati yang harus saya jaga, dan saya tidak mau jika hati itu terluka. Saya tidak mau saya kehilangan kepercayaan saat saya hendak pergi bekerja, karna saya bekerja di karna kan butuh untuk biasa hidup saya. " Jawab Zafira merapihkan wajah nya serapih mungkin.

"Suami kamu ? " Tanya Rifki.

Zafira tersenyum. " Bukan, hati itu adalah milik Ibu saya. "

Zafira kekuat dari dalam mobil Rifki dan tak lupa mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

"Kirain suami nya. " Batin Rifki, memutar balikan Mobil nya lalu kembali ke kantor.

Rifki sudah bisa menebak jika Tuan Rajendra belum sadar juga, entah berapa gelas yang ia teguk sampai- sampai mabuk nya parah seperti itu.

Rifki duduk di hadapan Tuan Rajendra, menunggu sampai Tuan Rajendra sadar dari tidur nya, sampai Rifki pun tertidur. Sampai malam itu pun berlalu berganti menjadi Pagi.

Tuan Rajendra mulai membuka mata nya, ia merasa tidur nya sangat panjang dan begitu nikmat.

Melihat Rifki tertidur pulas di sofa yang lain. Tapi Tuan Rajendra merasakan sakit di wajah, bibir, dan juga tangan nya.

Rifki terbangun saat mendegar sesuatu di telinga nya. Rifki melihat Tuan nya sudah terbangun.

"Maaf Tuan, saya ketiduran di sini. " Ujar Rifki langsung bangkit dari tidur nya.

"Tidak apa-apa. " Jawab Tuan Rajendra sambil meringis.

"Kenapa saya tidur di sini ya ? beberapa bagian tubuh ku sakit rasa nya. " Ujar Tuan Rajendra.

Rifki melihat wajah Tuan Rajendra memar di bagian pipi nya, itu tentu saja karna pukulan yang ia berikan karna emosi.

Bibir Tuan Rajendra bengkak, karna gigitan Zafira yang merupakan perlawanan saat itu.

Dan tangan Tuan Rajendra memar ada bekas gigitan terlihat sangat jelas.

Rifki belum mau menceritakan detail nya seperti apa, Rifki membiarkan keadaan Tuan Rajendra membaik terlebih dahulu. Barulah ia akan menceritakan semua nya.

Mau percaya atau tidak yang jelas semua sudah terjadi, dan untunglah Tuan Rajendra tidak sampai melakukan hal itu.

Tuan Rajendra meminta Rifki untuk mengambilkan pakaian nya di dalam mobil, sementara Tuan Rajendra masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi pada saat itu.

Rifki keluar dan Tuan Rajendra pun sudah berada di dalam kamar mandi.

Ada yang aneh dalam kamar mandi itu, Tuan Rajendra melihat sebuah goresan darah di tembok kamar mandi nya.

"Apa ini darah nyamuk ? " Gumam Tuan Rajendra memikirkan nya, dan tak lama ia mandi agar terlihat lebih segar.

"Sial perih sekali. " Ringis Tuan Rajendra melihat ke arah jermin dan melihat luka di wajah nya.

"Kenapa ini ? Seperti sudah berkelahi. " Gumam Tuan Rajendra.

Setelah selesai, Tuan Rajendra keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaian nya, Rifki pun melakukan hal yang sama Rifki pergi ke apartemen nya dengan cepat untuk membersihkan diri setelah itu Rifki akan membelikan sarapan untukTuan nya.

Tuan Rajendra kini sudah duduk di kursi kebesaran nya, sambil menunggu Rifki membawa nya sarapan Tuan Rajendra memulai pekerjaan nya, sambil mengingat saat diri nya sedang berbincang dengan beberapa teman nya tadi malam. Namun pikiran saat menyakiti Zafira tidak terlintas sama sekali di pikiran Tuan Rajendra.

Tidak lama kemudian, Rifki kembali namun sebelum masuk ke dalam ruangan Tuan Rajendra, Rifki menanyakan terlebih dahulu pada salah satu O.B yang ia lihat.

"Apa Safira masuk kerja hari ini ? " Tanya Rifki pada O.B itu.

"Safira tidak masuk Tuan, Safira memberikan kabar jika diri nya sakit. " Jawab O.B itu.

"Oh ya sudah baik lah terima kasih lalu begitu. " Ujar Rifki melanjutkan langkah nya.

"Pasti dia sakit, semua badan nya pasti sakit akibat setiap benturan yang di lakukan oleh Tuan Rajendra. " Gumam Rifki dalam hati nya.

Sesampai nya di ruangan Tuan Rajendra, Rifki meletakan beberapa kotak makanan.

"Silahkan Tuan saraoan dulu. " Ucap Rifki.

Tuan Rajendra bangkit dari duduk nya dan menghampiri makanan itu.

"Kamu beli Rif ? " Tanya Tuan Rajendra.

"Beli Tuan. " Jawab Rifki.

"Ya sudah makan disini, bareng sama saya. " Ujar Tuan Rajendra, di balas anggukkan paham dari Rifki.

Sarapan pan telah usai. Tuan Rajendra hari itu di sibukan dengan beberapa agenda, yang tidak bisa di wakili atau di tunda.

Sehingga kesempatan Rifki untuk berbicara di hari itu tidak ada sama sekali.

Dua hari Rifki tahan dendan ketidak sabaran nya untuk menjelaskan semu nya, sehingga pada akhir nya Rifki bosan dan juga kesal.

"Rif, kamu kenapa ? " Tanya Tuan Rajendra melihat sikap Rifki yang tidak fokus.

Rifki menganggap itu adalah kesempatan nya untuk berbicara.

"Maaf Tuan, sebelum nya saya ingin meminta maaf pada Tuan, jika Tuan ingin membalas nya saya siap Tuan. " Ujar Rifki membuat Tuan Rajendra tidak paham sama sekali.

"Apa sih Rif, kalau bicara itu jangan berbelit-belit. " Ujar Tuan Rajendra datar.

"Tuan sebenar nya saya ingin mengatakan nya di saat pagi itu, Diman Tuan tertidur di kantor semalaman, namun saya tidak mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan nya. Sebenarnya luka memar di wajah Tuan itu adalah akibat pukulan dari saya. " Ujar Rifki, membuat Tuan Rajenda menyingkirkan laptop yang ada di hadapan nya lalu menatap Rifki.

"Duduk Rif, jelas kan semu nya dari awal. Kamu tidak mungkin begitu saja melakukan nya terhadap saya jika tidak ada suatu hal yang memaksa kamu untuk melakukan nya. " Ujar tegas dan serius Tuan Rajendra.

"Terima kasih Tuan atas kepercayaan nya. " Rifki duduk di kursi yang ada di hadapan Tuan Rajendra hanya terhalang oleh meja kerja Tuan Rajendra saja.

"Malam itu saya sedang menunggu Tuan di parkiran, saya melihat itu sudah lebih dari jam 10 malam, dan saya melihat beberapa teman Tuan pun sudah keluar dari pergi dari perusahaan Tuan, karna saya penasaran saya masuk menghampiri Tuan. Alangkah terkejut nya saya menemukan ceceran dari muntahan yang saya tidak tahu awal nya muntahan apa itu. Dan ternyata itu muntahan yang Tuan keluarkan Tuan mabuk pada malam itu. " Jelas Rifki berhenti sejenak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!