Langit malam yang indah, terang bulan dihiasi gemerlapan bintang-bintang.
Tapi siapa peduli pada hati Danial yang telah dipatahkan oleh impian Mama nya.
"Ini nggak adil, kenapa Mama bersikeras menginginkan perjodohan ini yang sama sekali nggak aku inginkan !" ucap Danial penuh kesal di balkon rumah.
"Jalan takdir kita sama Dan, Papa dan Mama dulu juga dijodohkan oleh orang tua masing-masing tanpa sepengetahuan dari kita," ucap Papa Danial ikut berdiri disampingnya.
"Apa Danial nggak bisa memilih takdir Danial sendiri pa?"
"Mungkin ini memang sudah garisnya, dan kita harus bisa ikhlas menerimanya,"
"Dan, Papa percaya kamu pasti bisa melewatinya," imbuh Papa Danial sambil menepuk bahunya.
"What, kak Danial mau menikah?" ucap Elvira di telepon, adik perempuan Danial yang kini tinggal di London, Inggris untuk kuliah.
"Iya, kamu bisa kan pulang minggu ini?"
"Tentu bisa dong Ma, ini kan hari besar dan penting untuk kak Danial,"
"Tapi kenapa mendadak sekali Ma, semuanya baik-baik saja kan?"
"Besok mama kabari lagi ya, jaga diri baik-baik di sana sayang,"
"Dan, besok kamu jangan lupa untuk jemput Elvira di bandara ya," ucap Mama Danial menghentikan langkahnya yang hendak keluar rumah.
"Iya Ma, kalau gitu Danial pergi dulu,"
"Jangan malam-malam pulangnya ya, hati-hati di jalan,"
"Ma, mau pergi ke mana Danial?" tanya Papa Danial.
"Dia juga nggak bilang mau pergi ke mana pa, mungkin ingin bertemu dengan teman-temannya,"
"Mama yakin Danial bertemu dengan temannya, bukan ingin bertemu dengan kekasihnya itu?"
"Biarkan saja mereka bertemu, supaya perempuan itu juga menjauh dari Danial yang sebentar lagi akan jadi suami orang !"
{Di cafe panas dingin}
Tempat favorit Danial menongkrong bersama sahabat-sahabat nya saat masih duduk di bangku smk.
"Sudah 7 tahun baru bisa menikmati duduk kembali di tempat ini," ucap Danial saat melihat sekitar cafe.
"Tempat untuk memecahkan segala masalah dengan menikmati secangkir kopi," ucap Arvin sambil memberikan secangkir kopi pada Danial. Dia seorang teman yang baik bagi semua orang yang ada di dalam hidupnya.
"Hidup di dunia ini memang tempatnya capek dan, kalau mau tenang ya di surga, tapi harus jadi mayat dulu kan?" imbuh Arvin membuat Danial semakin gelisah.
"Aku pikir suatu hari nanti kita bisa hidup bahagia, mempunyai banyak anak yang tampan, cantik, dan lucu,"
"Tapi ternyata hanya sebatas impian,"
"Impian, jangan bilang kalau kamu masih saja mengharapkan cintanya?"
"Salah kalau aku masih mencintainya, lagi pula dia pasti juga mencintaiku !"
"Kapan dia bilang mau, kamu saja nggak pernah mengutarakannya saat itu,"
"Tapi kamu nggak tahu kalau sampai detik ini aku dan dia masih saling berkomunikasi, dan itu adalah bukti kalau dia juga memiliki perasaan yang sama,"
"Berkomunikasi dengan seseorang bukan berarti kita punya rasa yang lebih kan?"
"Misal nih ya aku berkomunikasi dengan mama mu, apa itu artinya aku punya rasa cinta?"
"Nggak kan?"
"Terserahlah, yang penting sekarang perjodohan ini nggak boleh terjadi !"
"Kenapa kamu menolaknya, orang yang dijodohkan denganmu itu pasti sangat baik, kalau nggak mana mungkin orang tuamu memilihnya,"
Danial memikirkan perkataan Arvin. Namun kembali sadar, dan kekeuh menolak perjodohan ini.
"Ayolah Vin bantu aku sekali ini aja, apa kata mereka nanti kalau seorang Danial dijodohkan oleh orang tuanya?"
"Hari gini masih mau dengerin apa kata orang, kapan bisa berpikir maju ?"
"Lebih baik jalani saja dulu Dan, kalau memang bukan jalanmu pasti akan melewatimu, namun jika itu benar jalanmu ia tidak akan pernah melewatimu, itu hadist dari Umar Bin Khattab," imbuh Arvin lalu memesan makanan.
Sampai di rumah, Danial masih mencoba menghubungi orang yang dicintainya itu, namun sudah 3 hari tak ada balasan, padahal biasanya ia begitu aktif di sosial media.
"Setelah sarapan jangan lupa ke bandara untuk jemput adikmu ya," ucap Mamanya.
Danial masih terus saja melamun dari semalam, sampai tak mendengar apa yang telah mamanya katakan padanya.
"Danial Syahreza, ada apa?"
"Kenapa kamu jadi nggak fokus akhir-akhir ini?"
tanya Mamanya mulai kesal.
Danial pun sadar dan mencoba untuk kembali fokus.
"Kamu yakin baik-baik saja Dan?" tanya Papanya.
"Iya pa, masakan Mama hari ini begitu nikmat ya," ucap Danial mengalihkan pembicaraan.
"Apa kamu sudah bertemu dengan perempuan itu Dan?" tanya Mamanya.
"Belum Ma, padahal Danial sudah kirim pesan, bahkan telepon dia tapi nggak ada jawaban sama sekali,"
"Mungkin dia punya firasat kalau kamu akan meninggalkannya, makanya pergi begitu saja,"
"Danial takut terjadi apa-apa dengannya,"
"Dia punya orang tua, dan saudara kan kalau sesuatu terjadi dengannya pasti akan ada yang merawatnya,"
"Dan, lebih baik kamu cepat pergi ke bandara ya kasihan adikmu di sana," ucap Papanya.
"Iya Pa, Ma Danial pergi dulu ya,"
"Sudahlah Ma, jangan buat Danial semakin tertekan,"
"Jadi Papa mendukung Danial untuk melawan Mama?"
(Di Bandara Soekarno-Hatta)
"Kak Danial, aku di sini !" teriak Elvira sambil melambaikan tangannya.
"Hai kak, cie yang mau nikah nih ya,"
Mereka pun masuk ke dalam mobil.
"Gimana perjalannya, seru kan?"
"El paling nggak suka perjalan yang jauh seperti ini, membosankan tahu nggak,"
"Siapa suruh kuliah jauh-jauh, di Indonesia saja nggak kalah keren universitasnya,"
"Kalau nggak mau harus dipaksakan gitu?"
"Jadi kamu itu enak tahu nggak dek, bisa melakukan pilihannya sendiri,"
"Maksudnya?"
"Kakak ini menikah karena dijodohkan, bahkan dengan orang yang nggak dikenal sama sekali,"
"Ha serius kak, kok Mama nggak cerita ya soal itu ya?"
"Terus kakak nurut aja gitu?"
"Ya mau bagaimana lagi dek, kamu tahu sendiri kan apa akibatnya jika melawan mama?"
"Duh aku jadi takut nih, jangan sampai deh seperti kakak nanti,"
"Dalam perjodohan itu kebanyakan perempuan loh yang jadi korbannya, bayangkan saja apa masih ada di zaman sekarang ini anak laki-laki dijodohkan oleh orangtuanya?"
"Nggak usah nakuti-nakuti deh kak !"
{Di rumah Anna Anindira}
"Anna, Abang mu di mana dari tadi kok nggak kelihatan?" tanya Ibunya.
"Mungkin ada di warung seberang sana Bu,"
"Ibu mau jemput Abang mu dulu, jaga diri di rumah baik-baik ya,"
Anna mengangguk lalu masuk ke rumahnya.
Tok...tok..tok..
"Assalamualaikum, paketnya kak !" teriak seorang kurir paket di luar rumah Anna.
"Waalaikumussalam, iya sebentar,"
"Mohon untuk ditandatangani kak, terima kasih,"
"Maaf saya nggak sedang beli apapun, mungkin mas nya salah alamat,"
"Tapi benar kan ini alamat rumah ini mbak?"
"Iya benar, lalu paket ini dari siapa ya mas?"
"Di situ ada nama pengirim nya Kak,"
"Oh iya, terima kasih mas,"
"Iya Kak, mari,"
Anna kembali masuk ke dalam rumahnya dan membuka paket yang baru saja ia terima.
Anna begitu terkejut ketika melihat isi dari paket tersebut.
"Kalung yang sangat indah, dari calon suami?" ucap Anna begitu bahagia.
"Belum juga sah menjadi suami Anna, tapi sikapnya sudah romantis seperti ini,"
"Semakin nggak sabar diri ini untuk melihatnya !" ucap Anna dengan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments