Anna menutup pintu kamarnya rapat-rapat agar tiada seorang pun yang mendengar isi hatinya saati ini. Biar tembok kamar yang menjadi saksi bisu.
"Kalau seperti ini yang aku rasain setiap harinya lebih baik pergi ke sekolah, berangkat setiap jam 6 pagi, pulang jam 3 sore, terus mandi, sholat, makan," ucap Anna penuh sesal.
"Hum, kalau dipikir-pikir waktu sekolah dulu itu memang seru banget, banyak kenangannya, di sana bisa bersenda gurau dengan teman-teman, baca buku di perpustakaan, juga bertemu dengan dia !"
{Flashback ke tahun 2017 di lab komputer}
"Lihatlah jika dia tersenyum, sangat manis mirip artis yang saat ini sedang naik daun itu !" ucap teman laki-laki di samping Anna.
"Gimana nggak manis, dia punya segalanya, ada lesung pipi, lubang kecil maut, lalu gigi gingsul," ucap teman laki-laki yang lainnya.
"Terima kasih, kalian berdua sudah membuatku tersenyum hari ini. Batinnya. By the way enak ya lagunya," ucap Anna sambil tersenyum manis membuat dua orang laki-laki itu salah tingkah.
Esok harinya, siswa-siswi rpl pertama kalinya dihadapkan dengan praktek kerja kelompok di lab komputer.
Kebetulan sekali Anna masih bersama dengan dua sahabatnya, Livia Anggraini dan Hanin Haifa. Dan seorang laki-laki bernama, Tulus Cyrano Putra.
Ngomong-ngomong soal Tulus, dia laki-laki yang pertama kali paling terdepan digandrungi sama cewek-cewek di kelas saat pertama kali masuk di rpl (rekayasa perangkat lunak).
Memiliki paras yang tampan, tinggi semampai, rambut ikal, badan yang ideal.
Kalau ditanya soal siapa yang disukainya, dia cuma balas dengan tersenyum saja. Bagaimana mungkin, cowok setampan tulus tidak ada yang memikat hatinya.
"Eh kamu itu normal kan?" Tanya Livia sahabat Anna.
"Maksudnya apa?"
"Suka sama siapa sih, masa iya nggak ada yang menarik hati di kelas ini?" Tanya Livia lagi dengan nada menggoda, kejadian itu saat mereka duduk melingkar di lantai lab komputer.
Tulus tersipu malu.
"Nggak ada, kenapa sih semua pada tanya soal itu?"
"Ya mau tahu saja, siapa tahu kita kenal sama orangnya,"
Saat Hanin menengok ke arah papan tulis, tulus berbisik pada Livia tentang seorang wanita yang ia sukai.
"Cie Tulus, ternyata ada di sini ya orang yang dia sukai," ucap Anna yang mendengar bisikan Tulus.
"Hus, jangan berisik dong Anna, kalau dia dengar bagaimana?" ucap Tulus seketika wajahnya jadi panik.
"Kenapa harus takut, ingat ya perasaan cinta itu harus ditunjukkan bukan untuk dipendam dalam-dalam !"
"Tahu nggak kenapa, kalau sudah terlalu dalam takut semakin sulit untuk mengambilnya lagi !" imbuh Anna mencoba membuka mata hati Tulus.
"Tapi janji ya kalian jangan pernah bilang tentang semua ini ke Hanin, oke?"
"Bolehlah, asal ada satu syarat," Anna mencoba membuat kesepakatan dengan Tulus.
"Syarat apa itu, jangan aneh ya !"
"Kamu yang akan memasang kembali komponen-komponen komputer ini seperti semula, bagaimana mudah kan syaratnya?"
"Nggak ah, enak kalian dong tinggal santai doang !" gerutu Tulus.
"Oh jadi setuju nih kalau Hanin tahu kamu menyukainya?" ucap Anna mencoba menakuti-nakuti Tulus.
"Sumpah ya aku menyesal satu kelompok dengan kalian ini," ucap Tulus yang menyerah dengan Anna dan Livia.
Bel istirahat berbunyi, Hanin begitu penasaran tentang apa yang telah Anna dan Livia bicarakan bersama Tulus.
"Mbak Anna, tadi pada ngomongin soal apa sih sepertinya seru sekali?"
"Oh yang sama Tulus tadi ya, cuma masalah pelajaran saja kok Han,"
"Benar yang mbak Anna katakan barusan mbak Livia?"
Hanin terbiasa memanggil nama Anna dan Livia dengan kata Mbak, walau umur kita hanya selisih 1 tahun saja.
"Bisa jadi sih,"
Sontak membuat Anna mengedipkan matanya pada Livia supaya Hanin berhenti mencurigai.
"Maksudku, bisa jadi soal pelajaran karena tadi aku nggak begitu memperhatikan obrolan mereka,"
"Yuk kita pergi ke kantin, keburu bel masuk nih !" ajak Livia.
"Kalian pergi saja, aku istirahat di kelas," ucap Anna dan pergi ke tempat duduknya.
Tok...tok..tok..
Anna terkejut mendengar suara dari pintu kamarnya.
"Hum siapa juga yang ketok pintu kamar ini, lagi asyik membayangkan juga," ucap Anna dan membuka pintu kamarnya.
"Ayo dimakan, keburu basi makanannya !" ucap Ibunya membawakan makanan.
"Anna sudah kenyang bu," sambil menelan ludahnya.
"Ibu masak semua ini pakai uang An bukan daun, cari uang sekarang juga susah dan kamu jangan buat semakin susah !"
"Bukan begitu bu, Anna memang lagi nggak mau makan,"
"Masa sih, ini lauk kesukaan kamu bukan?"
"An, kalau kamu terus-menerus seperti ini kapan bisa menjadi orang yang punya pola pikir dewasa?" imbuh Ibu Anna lalu pergi dengan raut wajah yang sedih.
"Tuh kan kena lagi, apa yang aku lakukan sepertinya nggak ada yang benar di mata orang-orang di rumah ini !" ucap Anna lalu menyusul ibunya.
"An, tolong dong belikan abang rokok di warung " ucap Abang Nanda, yang menghentikan langkah Anna.
"Beli sendiri bisa kan Bang?"
"Oh mulai membangkang ya sekarang, pasti karena salah pergaulan nih !"
"Bang, bisa nggak jangan bawa teman-teman anna !"
"Harusnya Abang itu paham dong sama keadaan Anna sekarang, jangan hanya mementingkan diri sendiri saja !" ucap Anna lalu pergi begitu saja.
"An, Anna," teriak Abangnya.
Kaki Anna gemetar begitu dahsyat, tak mampu melangkahkan kakinya untuk menemui ibunya yang sedih karena tingkah lakunya.
"Kamu tahu kan, selama ini Ibu itu nggak pernah meminta apapun sama anna, dan cuma satu saja harapan Ibu yaitu kamu," ucap Ibunya, yang mengetahui Anna ada di sana.
"Anna minta maaf Bu, sering sekali membuat ibu dan bapak kecewa,"
"Ibu dan Bapak hanya menginginkan yang terbaik untuk hidup Anna,"
"Lalu apa yang bisa Anna lalukan untuk membuat Ibu bahagia?"
"Dengan menyetujui satu permintaan dari Ibu,"
"Apa itu Bu?"
"Ibu dan Bapak sudah memutuskan jauh-jauh hari, untuk menjodohkan kamu dengan seorang laki-laki yang telah kami pilih,"
Anna tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ucapan dari ibunya.
"Jadi kamu setuju?"
"Setuju, kalau Ibu mau jadi seorang pelawak,"
"Anna, Ibu ini serius mau kamu segera menikah !"
Anna mendekat pada ibunya, mencoba melihat adanya kekeliruan dari apa yang telah ia dengar.
"Yang Ibu katakan ini benar ya bukan candaan, anna telah dijodohkan dengan laki-laki pilihan Ibu dan Bapak?"
"Iya Anna, kenapa?"
"Anna masih belum bisa mencerna semuanya Bu, ini terlalu cepat,"
"Semakin cepat semakin baik kan, kamu melihat ibu dan bapak bisa bahagia?"
"Tolong ibu mau mengerti perasaan anna yang sama sekali belum siap untuk menikah !"
"Kurang pengertian bagaimana ibu selama ini, kamu memilih nggak kerja ibu turuti, mau ini juga dituruti,"
"Anna akan menuruti semua keinginan ibu tapi bukan yang ini,"
"Sekarang anna coba pikir, apa kata orang nanti anak ibu yang sudah berusia 23 tahun ini belum juga menikah, bukankah itu sudah menjadi kodrat kita sebagai seorang wanita?" tegas ibunya.
"Cuma minta satu keinginan saja, susahnya minta ampun,"
"Mau jadi anak durhaka kamu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments