Elang dengan buru-buru menarik tangan Aya dan segera ke ruang rektor . Di dalam ternyata sudah ada Bu Susan dan Fani begitu juga pak Gunawan.
Dengan segera, Elang duduk kursi bersebelahan dengan Bu Susan sedangkan Aya dan Fina berdiri dibelakang dengan penuh harapan, sanksi yang diberikan pada mereka tidak berat.
"Selamat pagi Bu Susan wali dari Fina. Dan pak Elang, maaf apa hubungan Anda dengan Aya?" tanya pak Hendra, selaku rektor yang akan memberikan sanksi kepada Aya dan juga Fani.
"Saya, calon suaminya. Karena Aya sudah tidak punya keluarga makanya saya yang bertanggung jawab atas dia." jawab Aya.
"Oh...jadi ini, setelah keluar dari rumah, Aya mencari pria kaya buat memenuhi kehidupan nya." hina Bu Susan. Aya ingin sekali menjawab penghinaan ibu tirinya itu melawan namun elang lebih dulu angkat bicara.
"Maaf ya nyonya, saya tidak tahu hubungan Anda dan Aya ,tapi bila ini menyangkut Aya saya tidak bisa tinggal diam, dia calon istri saya dan kita saling cinta, masalah harta saya tidak mempermasalahkan karena saya yang memberi nya bukan dia yang meminta. Tolong hargai Aya mulai dari sekarang." tegas Elang, membuat Aya merasa terharu, saat ada orang yang mau membela dirinya.
Ibu Susan terdiam seketika. Mendengar ucapan Elang.
"Baiklah apa bisa kita mulai saja, untuk membahas masalah antara Fani dan Aya yang sudah sering kali membuat masalah di kampus."
Mereka pun membahas bersama, dan akhirnya pihak universitas membuat kesepakatan. Aya dan Fani mendapat skors selama satu bulan. Dengan banyak pertimbangan.
Sanksi yang diberikan kepada Aya, sangat merugikan, Hal itu membuat Aya sangat sedih mendengar keputusan tersebut, bahkan Aya sampai meneteskan air mata. Rasanya tak adil bagi Aya.
Dengan segera Aya keluar dari ruangan dan di luar Ina sudah menunggunya, dengan segera Aya pun memeluknya dan menangis.
"Ini gak adil buatku.. hiks...hiks..." Aya pun lampiaskan tangisnya pada Ina.
"sabar Aya." Ina mencoba menenangkan.
Elang pun datang menghampiri.
"Ayo kita pulang." Ajak Elang.
Aya pun berjalan mengikuti elang dari belakang dan di antar Ina menuju mobil.
"Mana bukumu." pinta Aya pada Ina.
"Untuk apa?" Tanya Ina bingung sambil memberikan buku pada Aya.
Aya pun mengambil buku dari tangan Ina dan memberikan nya pada Elang.
"tandatangani ini." Pinta Aya pada Elang dan tanpa bertanya, segera Elang menandatangani nya.
Setelah mendapatkan tanda tangan Elang, Aya pun berikan kembali buku tersebut pada Ina.
"Sudah ku dapatkan tandatangannya. Aku pergi dulu sampai jumpa bulan depan." ucap Aya sebelum berpisah.
"Terimakasih Aya, hati-hati." Ina pun melambaikan tangan.
Selama diperjalanan, Aya tak henti-hentinya menangis.
"Sudahlah, jangan menangis ini hanya sebulan bukan setahun." elang berusaha menenangkan, Aya kerena tangisnya sudah membuat telinganya bising.
"Satu bulan itu lama. Terus apa yang ku lakukan selama sebulan. Hiks...hiks..." sautnya disela Isak tangis.
"banyak yang bisa kau lakukan, seperti belajar masak, membersihkan rumah dan lain-lain."
"Apa kau menghinaku."
"Tidak, tapi nyatanya kan kamu tidak bisa melakukan pekerjaan itu kan," ucap elang meledek.
"Tidak, Aku bisa melakukan nya."
"Buktikan, aku ingin mencicipi masakan mu."
"Baiklah." Aya terima tantang Elang , untuk membuktikan jika dirinya. Sambil masih sedikit terisak-isak karena masih mengingat hukuman yang didapat dari kampus.
Ponsel Elang berdering.
"Hentikan dulu tangis mu." pemerintah Elang, Saat hendak menerima panggilan dan pelan-pelan Aya mulai hentikan tangisnya.
Setelah selesai menerima panggilan, Elang mengatakan akan ke kantor dulu.
" Kita kekantor dulu, ada metting yang harus aku hadiri," ucap dan segera melaju menuju kantor.
Sesampainya di kantor Aya merasa takjub, melihat perusahaan yang begitu besar di depan mata, jauh lebih besar dari perusahaan yang dulu dimiliki papanya, dan siapa sangka pria yang berada di sampingnya adalah pimpinannya.
"Ayo ikut!" ajak Elang, sedangkan Aya masih menutupi wajahnya dengan masker dan kacamata.
Sesampainya di ruangan kerja Elang, Aya mengelilingi ruangan yang begitu luas.
"Ruangan kerjamu sangat luas dan nyaman. Suatu hari aku pasti bisa seperti mu." Puji Aya.
"Kau takkan bisa seperti Aku selama tingkah laku mu tidak kau rubah, butuh kerja keras agar bisa sampai dititik ini." saut Elang
"Terimakasih tadi sudah membela ku di depan Bu Susan." Aya langsung memeluk tubuh Elang tanpa permisi, "walaupun aku tak bisa sesukses dirimu paling tidak aku sudah pernah menginjakkan kaki di perusahaan besar." Elang pun membalas pelukan Aya.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dengan segera Aya bersembunyi di belakang Elang.
"Upsss... maaf aku gak tau kalau kau lagi berduaan." ucap seseorang.
"Coba kenalkan pada kami, jangan disembunyikan gitu dong." ucap yang lainnya.
Aya pun menilik dari belakang Elang ternyata ada pria-pria tampan di depan yang tengah berdiri berhadapan dengan elang.
"Keluarlah Aya!" panggil Elang sambil menarik tangan aya.
"Kenapa wajahmu ditutupi nona?"
"Dia pemalu. Kenalkan ini Aya." jawab Elang dan mengenalkannya kepada ke lima pria yang ada di depannya yang tak lain adalah rekan bisnis Elang.
"Aya, mereka rekan bisnis ku,namanya Arya, Revan, Martin, Jonatan, dan Davan ." Elang pun memperkenalkan kelima rekannya kepada Aya.
"Hai....." sapa mereka bersamaan. Aya hanya melambaikan tangan.
Dari mereka berenam Elang dan Davan yang menurut Aya yang paling Keren.
"Aya kamu bisa istirahat dulu di sini, dan di sana ada ruang istirahat ku, kau bisa istirahat di sana jika mau dan tunggu sampai aku selesai metting bersama mereka. mungkin akan sedikit lama." ucap Elang.
Dengan segera Aya pergi menuju ruang istirahat yang di tunjuk Elang, tidak begitu luas tapi nyaman untuk istirahat.
Setelah bola mata Aya memutari ruangan, matanya tertuju pada kemari pendingin mini yang ada di sudut ruangan dengan segera Aya buka lemari pendingin tersebut. Mata Aya langsung terbelalak melihat pemandangan yang ada di depannya, ternyata isinya berbagai macam jenis bir dan juga terselip minuman dengan kadar alkohol tinggi.
"Maafkan aku Tuan Elang mengingkari janji, Aku tergoda dengan yang ada di depan ku." ucap Aya seorang diri lalu mengambil salah satu botol yang belum pernah mencoba nya.
Aya mencobanya sedikit, dan merasa ada sensasi yang nikmat membuat Aya ingin meneguknya lagi dan lagi. Akhirnya satu botol pun habis dan membuat Aya tergeletak di lantai tak berdaya.
Setelah selesai, metting Elang segera kembali ke ruangan kerjanya menuju kamar dan alangkah terkejutnya Elang saat mendapati Aya yang sudah tergeletak di lantai.
Davan yang menghampiri Elang dan melihat Aya tergeletak membuat Davan keheranan.
"Elang gadismu sangat nakal rupanya." ledek Davan.
.
"Aku menemukan nya jaga seperti ini." jawab Elang sambil mengangkat tubuh Aya ke atas kasur yang ada.
"Sepertinya aku tak bisa ikut, aku gak bisa ninggalin dia sendirian dengan keadaan begini." ucap Elang pada Davan.
"Baiklah, jaga gadis nakalmu baik-baik jangan sampai lepas, nanti ada yang menangkap nya." Davan pun pergi meninggalkannya Elang.
"Dasar Nakal, sudah kukatakan jangan mabuk lagi, masih saja diulangi." ucap Elang kesal, sambil menarik nafas saat melihat Aya yang tak berdaya.
To Be Continued...☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Asni J Kasim
Maklum, masih labil 😁
2022-07-30
0
Asni J Kasim
Benar juga 🤣🤣
2022-07-30
0
Asni J Kasim
Ya Ampun Ayah 🤣🤣🤣. Bisa ya, masih sempa2nya minta ttd 😂
2022-07-30
0