Dengan pelan-pelan, Aya mengompres memar di wajahnya. Sambil sesekali meringis, menahan rasa sakit.
"Aya, betapa bodoh nya kamu, wajah cantikmu jadi rusak gara-gara tingkah konyol mu itu." Aya berbicara sendiri didepan cermin.
Aya mendengar suara mobil memasuki halaman rumah, Aya pun menilik dari balik jendela yang bisa melihat secara langsung jika ada mobil masuk.
"Itu pasti dia yang sudah pulang."
Ayapun bergegas naik keranjang pura-pura tidur dan menutupi seluruh tubuhku agar jika Elang masuk ke kamarnya ia tak mengetahui memar di wajah Aya.
Tak lama dengar suara pintu kamar terbuka. Dari dalam selimut Aya was -was takut Elang membuka selimutnya.
"Buka selimutmu, aku tau kau belum tidur," perintah Elang, yang tengah berdiri di samping ranjang.
"Gak mau, aku sedang kedinginan." tolak Aya sambil mempererat selimutnya.
"Sudah jangan disembunyikan, aku tau wajah mu sedang memar." ucap Elang.
"Tahu darimana?" tanya Aya yang terkejut, Elang mengetahui apa yang ia sembunyikan. Aya pun membuka selimut dan duduk bersandar.
"Pak Anton tadi menelpon." Jawab singkat Elang.
"Ohhhh, pak Anton...."
"Kamu gak marah kan, aku kaya gini?"
"Buat apa aku marah, itu wajahmu, yang sakit juga kamu."
"Ini ada salep sama obat pereda nyeri, aku tadi mampir ke apotik." Elang memberikan kantong kecil yang berisi obat dari apotik.
"Makasih sudah perhatian." Aya pun segera mengambil kantong tersebut dari tangan Elang.
Elang pun duduk di samping Aya dan mengambil salep tersebut dari tangan Aya.
"Sini biar aku yang ngolesin." Elang pun mengolesi wajah Aya yang lembab dengan salep.
"Aaauuuhhhh, pelan-pelan sakit tau." Aya merintih kesakitan, merasakan sakit saat jari Elang mengoleskan salep tersebut di wajah sambil sesekali meniup wajah Aya.
"Kenapa wajahmu sampai memar kaya gini, habis beradu dengan banteng,"ejek Elang.
"iya, banteng berdiri." saut Aya.
"Oya aku lupa, bisakah aku minta uang, buat bayar pak Anton, tadi aku pinjam uang dengannya buat bayar taksi." Tanpa malu, Aya pun meminta uang secara terang-terangan pada Pria yang tidak memiliki status dengannya.
"Emangnya pak Anton gak jemput?"
"Aku yang bilang gak usah dijemput, jangan marahi pak Anton ya."
"Sudah, cepat minum obat dan istirahat," Elang pun, segera bangkit berdiri ingin keluar, agar Aya bisa segera istirahat.
"Mau kemana?" tanya Aya, sambil meraih tangan Elang.
"Mau ke ruang kerja, masih ada yang harus ku kerjakan." jawab elang, lalu melepaskan tangan Aya yang menggegam tangannya. Ia pun pergi meninggalkan Aya, setelah mengucapkan selamat malam.
Setelah Elang keluar kamar, Aya pun pergi keluar kamar mencari keberadaan pak Anton.
Setelah berkeliling akhirnya Aya bisa menemukan pak Anton yang sedang ngobrol dengan scurity di dekat gerbang rumah.
Segera Aya menghampiri pak Anton di pos security.
"Pak Anton, bisakah bapak bantu saya." Ucap Aya tiba-tiba.
"Bantu apa non? kelihatan penting." tanya pak Anton, dan segera meletakan kembali cangkir yang berisi air kopi yang baru saja diminum.
Aya pun menyerahkan amplop pada pak Anton.
"Apa ini non?" tanya pak Anton sambil membolak-balikkan amplop yang belum di buka itu.
"Pak Anton! tolong bantu saya untuk pura-pura jadi wali saya, soalnya Dosen kampus meminta walinya datang dan bapak tau kan, saya gak punya wali sama sekali sekarang.
Tolong saya ya pak, soalnya hanya bapak yang bisa bantu."sambil menyatukan dua telapak tangan memohon agar pak Anton mau membantunya.
"Baiklah Non. Kasian juga kalau Non gak ada wali."!
"Makasih pak." Aya kegirangan dan dan merasa lega. Ia pun kembali masuk ke kamar agar bisa tidur dengan nyenyak.
Pak Anton dan pak Beni pun membahas surat yang di serahkan Aya pada pak Anton.
"Ton, lebih baik bilang dulu dengan pak Elang, biar pak Elang nanti yang nentuin kamu bisa jadi walinya tau tidak. Secara Non Aya itu sudah seperti istrinya pak Elang. Lihat aja perhatian pak Elang sama Non Aya." ucap pak Beni, si security.
"Bener juga kamu Ben, daripada nanti pak Elang marah gara-gara ini, ya lebih baik di berikan sama pak Elang saja. Ya udah aku ke rumah dulu datangin pak Elang." Pak Anton pun bergegas masuk rumah.
Setelah dilihat kondisi aman dan tidak melihat keberadaan Aya, pak Anton pun menuju ruang kerja dan menghampiri Elang.
"Maaf pak saya mau laporan, ini Nona Aya memberi saya surat dan meminta saya jadi walinya untuk datang ke kampus." jelas Anton sambil meletakkan amplop tersebut di atas meja kerja Elang, tepat di depan elang sang sedang duduk.
Elang yang penasaran pun langsung mengambil surat itu dan mulai membacanya.
"Biar saya saja yang datang, pak Anton jangan katakan pada Aya, tapi nanti kalau ditanya bilang saja pak Anton akan ke sana."
"Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu."
"Aya... Aya..." Elang pun tersenyum sendiri, saat mengingat ekspresi Aya menahan sakit yang terlihat sangat imut dan lucu.
🌺🌺🌺🌺
Pagi ini Aya berpenampilan sudah seperti orang yang terserang flu, dengan memakai masker, kacamata dan memakai sweater.
Tak lupa sebelum berangkat Aya menyempatkan untuk sarapan pagi, dan rupanya Elang sudah ada di meja makan sedang menikmati secangkir kopi.
"Sudah baikan wajahmu?"tanya Elang.
"Sudah agak mendingan sih." Sautnya sambil mengoles roti dengan selai.
"Belajar yang pinter, biar nanti jadi wanita sukses. Walaupun nanti kamu menjadi istriku, aku tidak akan membatasi mimpimu."
"Siap bos."
Aya pun segera menghabiskan dua lapis roti selai dan segelas jus apel.
"Ya udah aku berangkat Dulu, tadi sudah janji sama teman mau berangkat lebih awal." Pamit Aya
dan langsung meninggalkan Elang yang masih menikmati kopinya.
Dengan segera pak Anton pun mengantar Aya pergi ke kampus.
"gimana Non, dah mendingan wajahnya?" tanya pak Anton, mencairkan suasana yang hening.
"Sudah pak, tadi malam pak Elang belikan salep sama obatnya, jadi pagi ini terasa mendingan."
"Maaf ya non, kemaren bapak bilang sama pak Elang, soalnya kasian bapak dengan wajah Non, cantik-cantik, wajahnya jadi memar."
"iya gak papa. Tapi bapak jadi kan nanti ke kampus?"
"Iya non, tapi bapak pulang dulu, malu kalau masih pakai baju sopir."
"iya deh, tapi janji ya bapak akan datang."
Sesampainya di kampus Aya pun keluar mobil dan menghampiri Ina dan Dimas yang sudah menunggu dirinya.
"hai Aya... ." Sapa Dimas dan Ina
"Hai Ina, Dimas, tumben kalian berdua."
"Biasa aja kali, gimana keadaan mu?" tanya Ina.
"Baik-baik aja, dah mendingan kok. Ya walaupun harus dandan kaya gini biar gak malu."sambil berjalan ke kelas.
Tak lama kemudian Ina memberitahu Aya kalau Bu Susi dan Fina sudah datang.
"Aya, itu di luar ibu tiri mu sama Fina dah datang, terus siapa wali mu aya, apa Bu Susan juga?" tanya Ina pemasaran.
"Gak sudi aku punya wali dia. Bentar lagi wali pura-pura ku juga datang."
"Siapa yang kamu suruh jadi wali boongan Aya?" Ina kembali yang penasaran.
"Ada aja, nanti kamu juga tau, he...he..." Saut aya sambil cengengesan.
Di halaman kampus tiba-tiba menjadi ramai teriak-teriak, seperti para fans yang bertemu dengan idolanya.
"Ada apa sih di luar ramai-ramai, Ina." Tanya Aya yang penasaran.
"Gak tau, kiita lihat aja yuk." Ajak Ina yang juga penasaran. Mereka berdua pun keluar melihat dan menghampiri kerumun.
"Kamu tunggu sini ya, biar aku yang nerobos kerumunan." ucap Ina lalu bergegas pergi kearah kerumunan meninggalkan Aya, yang berdiri mematung.
Tanpa di sadari dari belakang muncul ibu Susi dan juga Fina yang masih saja sangat membenci.
"apa kabar Aya,lama tak bertemu."sapa Bu Susi.
"Gak usah repot-repot, nanya kabarku, anda orang asing bukan keluarga ku, jadi jangan sok peduli lagi.
"Dasar anak gak tau diri." Bu Susi mengangkat tangannya ingin menampar Aya namun Aya lebih dulu menangkap tangannya.
"Eh Bu, saya bukan anak ibu jadi gak usah ngurusin kehidupan saya, urus saja anak ibu. Saya disini masih menghargai ibu, jadi jangan membuat ulah disini atau saya akan berbuat kasar dengan ibu."nadaku sedikit kasar sebelum melepas tangannya.sedangkan Fina hanya diam.
Mereka pun memilih pergi sebelum Aya membuat ulah lagi.
Sedangkan Ina datang menghampiri.
"Aya.... aku seneng banget...bisa melihat langsung pengusaha muda yang sukses itu."Ina kegirangan.
"Maksudmu..."Aya masih kebingungan dengan pernyataan Ina.
"i-itu.... Elang Anggara, pengusaha sukses diusia muda yang jadi inspirasi anak muda sekarang. Karena kesuksesannya itu." ucap Ina yang masih kegirangan, Aya terbelalak mendengar nama yang tak asing di telinganya itu.
"Pak Elang? ngapain dia ada di sini." gerutu Aya.
Aya pun baru teringat sesuatu,
"Gak mungkin kan, pak Elang kesini, jangan-jangan dia mau jadi waliku, ah... tidak, aku kan nyuruh pak Anton buat kesini."Gumam Aya.
Ponsel pun berdering dengan segera Aya mengangkat nya, sambil berjalan menghampiri Elang.
📲
"Hallo....kamu dimana, aku sudah di kampus menggantikan pak Anton."
"Aku dibelakang mu." Aya seketika Elang membalikan tubuhnya kearah dimana Aya berada.
"Kenapa Pak Elang yang datang, aku kan minta pak Anton yang kesini?" tanya Aya kesal.
"Sudahlah kita bahas nanti, sekarang cepat bawa aku bertemu dosen mu, disini terlalu panas karena dikerumuni banyak wanita."ucapnya dan segera mematikan panggilannya.
Elang pun menarik tangan Aya agar segera membawanya menemui dosen.
To Be Continued...☺️☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Asni J Kasim
Andai aku di posisi Ayah 💃
2022-07-30
0
Teh icha
aku membayangkan betapa beruntungnya kamu aya.. he
2022-07-25
0
Riskejully
mau deh jadi aya 🥺
2022-07-25
0