Setelah pertengkaran itu, beberapa hari Aya tak masuk kuliah, ia memilih tinggal di kost dan tak ada aktivitas yang Aya lakukan, hanya menghabiskan cemilan yang dia beli.
Banyak pesan masuk dari Ina yang menanyakan keadaannya yang belum sempat ia balas, tak cuma Ina, Kevin pun ada beberapa kali melakukan panggilan dan dibiarkan Aya begitu saja, tak halnya juga dengan Dimas yang juga ikut kuatir.
"Lihatlah dirimu Aya, kau wanita cantik, seksi dan sangat menggoda, banyak pria lain yang menyukaimu, tapi kenapa kamu malah memilih Kevin yang membuat hidupmu bertambah malang seperti sakarang. Punya pacar lagi sayang-sayangnya malah diambil orang, kurang apa lagi coba." Aya yang memaki dirinya sendiri yang harus kalah dengan Fina yang tak lain saudara tirinya.
Memikirkan Kevin yang jelas-jelas sudah tak mencintai nya ditambah kini sendirian membuat otaknya membeku seperti es batu. Tak tahu lagi apa yang akan ia lakukan, tak ada tempat lagi untuk berbagi kesedihan.
Seperti biasa hal yang sering dilakukan Aya disaat otaknya tak mau bekerja, tujuan terakhirnya adalah club.
"Hai Dimas...." sapa Aya.
"Hai Aya, Tumben baru muncul lagi kesini." Sapa Dimas
Dimas adalah teman kuliah, dan bekerja paruh waktu di club malam.
"Biasalah, lagi gak ada duit, stok tipis," jawab Aya Sambil makan kacang.
"Ada apa tadi menghubungi ku?" tanya Aya.
"Aku menghawatirkan kamu tau."
"Kenapa tadi gak masuk, bertengkar lagi dengan Fina."imbuh Dimas.
"Dia dulu yang buat masalah, gengsi dong kalau aku harus mengalah." saut Aya
"Tapi, jangan mengabaikan kuliah gitu dong."
"Ya...maaf, soalnya otakku lagi buntu nie."
"Dasar kancil." ejek Dimas sambil memberi Aya minuman yang sama setiap Aya datang.
"Baiklah, aku lanjut kerja dulu, selamat bersenang-senang." Dimas pun melayani tamu lainnya.
Aya pun menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan musik DJ, sambil sesekali meneguk menunaikannya.
Drrrttt
Drrrttt
Getar ponsel Aya. Ia pun segera mengambil ponselnya dari saku dan mendapati nama penelpon yang asing.
"Pria Tampan" ucap Aya membaca nama dari penelpon. "Kapan aku pernah save nomor dengan nama ini." Aya berusaha mengingat tapi tetap saja dia tidak ingat, karena ia tak merasa menyimpannya.
"Angkat gak, angkat gak, angkat.aaahhh angkat aja lah." Aya yang awalnya ragu pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut.
"Halo sayang, apa kau rindu pada ku, sudah ku katakan, jangan mencari ku." oceh Aya dengan iseng.
"Apa kau sedang mabuk?" tanya Elang. Aya langsung menyadari dari suaranya, jika itu adalah laki-laki yang bersamanya malam itu.
"Ti-tidak, aku hanya bersenang-senang saja, dari mana kau tahu nomorku, aku kan tak pernah memberikannya padam?" Tanya Aya.
"Jangan cerewet, tunggu aku disitu,dan jangan kemana-mana." Elang pun mematikan panggilannya dan pergi menemui untuk menemui Aya.
"Matilah aku," ucap Aya sambil menepuk jidat.
Tak lama kemudian Elang pun datang ke club tempat Aya berada dan segera mengetahui posisi Aya menunggu.
"Cepat sekali sampainya." Aya pun tersenyum, ia sudah menghabiskan satu botol Vodka yang dikenal dengan kadar alkohol tinggi.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Elang.
"Aku hanya bersenang-senang saja. Hai...kenapa kau mencari ku, apa kau rindu padaku?"
"Ayo ikut aku pulang. Kita bicarakan di rumah." Elang berusaha menarik Aya dan hendak membawanya pulang.
"Tidak, aku masih ingin menghabiskan minumanku," Tolak Aya. Sambil memegang botol Vodka yang tinggal sedikit.
"Di rumah banyak minuman yang kau, mau tinggal pilih saja, kau pun boleh menghabiskannya." Bujuk Elang.
"Benarkah." Mata Aya langsung membulat, mendengar banyak minuman alkohol di rumah Elang,.akhirnya Aya pun luluh dengan ajakan Elang. Walaupun Elang terpaksa menopangnya untuk keluar dari club.
Selama di perjalanan Aya tak henti-hentinya ngoceh, karena sudah mabuk berat. Tubuhnya dan nafasnya yang bau alkohol tak dipedulikan Elang.
"Apa seperti ini kebiasaan mu sehari-hari, hanya mabuk-mabukan?" tanya Elang sambil menghirup parfum, agar mengurangi bau alkohol dari Aya.
"Tidak,.aku hanya bersenang-senang menghilangkan beban hidup ku. Kau tak tahu betapa berat hidup yang aku jalani, ingin rasanya aku gantung diri tapi masih takut mati aku masih takut mati. Hiks.. hiks..." Aya tiba-tiba menangis sebentar lalu kembali diam.
"Apa kau bisa memberiku uang, aku butuh uang, aku gak punya uang." Aya menengadahkan tangannya meminta uang kepada Elang dengan wajah memelas.
"Apa uang yang kuberikan beberapa hari lalu habis?" tanya Elang dan Aya pun mengangguk.
"Aku akan memberimu uang yang banyak, asal kau bisa menurut."
"Benarkah. Siap bos aku akan patuh jadi budak mu." ucap Aya sebelum ambruk di bahu Elang.
"Dasar wanita pemabuk." gerutu Elang.
Aya tak tahu lagi apa yang dilakukan Elang pada tubuhnya, yang dia tahu saat Aya bangun sedang berada dikamar bersama Elang, namun kali ini Aya masih memakai pakaian lengkap, tapi bukan baju yang dikenakan malam tadi.
Aya memandang wajah Elang yang tampan, hidung mancung, dan memang pria idaman bagi para gadis, termasuk dirinya.
"Kenapa kau datang lagi dalam hidupku sudah ku katakan waktu itu adalah yang pertama dan yang terakhir." ucap Aya yang mendekatkan wajahnya agar bisa melihat lebih jelas, setiap inchi wajahnya.
"Apakah aku tampan?" tanya Elang dan seketika Aya kaget dan salah tingkah ia ingin membalikkan tubuhnya, namun tak menyadari jika ia berbalik makan akan jatuh, dengan sigap Aya meraih tangan Aya dan menariknya, membuat tubuh ikut tertarik hingga tanpa sengaja Aya memeluk tubuh Elang yang masih telanjang dada.
"Dasar ceroboh."
"Siapa yang memandang mu tadi? aku tidak melakukannya. Lalu apa yang kau lakukan padaku, dan siapa yang Mengganti bajuku." pertanyaan yang terlontar dari mulut aya.
"Apa kamu tak ingat? Tadi malam kau menggodaku, kau bilang sangat merindukan kan ku dan ingin bercinta denganku." Jelas Elang. Dan lagi-lagi membuat Aya benar-benar gila.
"Tidak-tidak mungkin aku bilang begitu. Aku tidak percaya bisa menggodamu seperti itu." Aya menggelengkan kepala dan menjauhi tubuh Elang.
"Apa kau tak percaya? aku ada rekamannya nya saat kau merayuku."
"A- apa kau merekam ku." tanya Aya tak yakin.
"Di kamar ini ada cctv-nya."ucap Elang dan Aya langsung memutar bola matanya melihat sekeliling memastikan dimana cctv-nya.
Wajah Aya pun memerah, mendengar ucapan Elang, atas apa yang Aya lakukan tanpa di sadari-nya
"Jika benar aku merayu Elang betapa malunya aku sekarang ini mungkin dimatanya aku hanyalah wanita penggoda." Gumam Aya sambil menutupi wajahnya.
Sedangkan Elang, ia puas telah berhasil mempermalukan Aya kembali.
Elang pun mengambil sebuah berkas yang ada di laci nakas dan menyerahkan nya pada Aya.
"Tandatangani kontrak ini." Perintah Elang.
"Kontrak apa ini?" tanya Aya sambil membolak-balikkan berkas tersebut lalu membacanya.
"Setelah ku pikir-pikir aku tak bisa melepaskan mu begitu saja, apalagi kau sering mabuk dan mudah sekali ngoceh, aku takut kau membongkar rahasia ini dan menghancurkan reputasi ku." Jelas Elang.
"Aku tak mau menandatangani kontrak ini, apalagi banyak menguntungkan pihak pertama daripada pihak kedua." Aya menyerahkan kembali berkas tersebut pada Elang.
"Hai, kita sama-sama untung, aku memegang kendali atas dirimu dan kau bisa menikmati uangku, bahkan kau sudah menikmati tubuhku yang berharga ini."
"Apa kau bilang, aku menikmati, aku tak pernah merasa kenikmatan itu disaat aku sedang mabuk."
"Apa kau mau menikmatinya lagi."
"Tidak aku tidak mau."
"Kalau begitu cepat tandatangani kontrak ini, agar kau tak bisa macam-macam dan bulan depan kita akan menikah, aku gak suka menjalin hubungan terlarang terlalu lama."
"Menikah, aku gak mau menikah dengan mu. Berikan aku alasan yang tepat agar aku mau menikah denganmu."
"Kau sudah menikmati tubuhku yang berharga ini."
"Bukankah kita sama-sama mau, lagian itu pasti sudah biasa buat mu." elak Aya.
"Itu pertama kalinya aku melakukannya denganmu." Jawab Elang dengan tegas.
"Hai.... bukannya pria kaya tu suka main-main dengan wanita." saut Aya dengan pelan, masih tak percaya.
"Dasar....aku ini pria terhormat, reputasi ku akan hancur jika tahu aku malakukan skandal **** dengan mu, lagian aku gak bisa sembarang main perempuan." jelas Elang lagi.
"Terus kenapa kau lakukan padaku?"
"Kau yang menggodaku." tuduh Elang lagi.
"Kau pikir aku seorang penggoda." Aya pun sedikit marah dan melempar bantal kearah Elang.
Aya merasa direndah oleh Elang, diluar sana masih banyak yang suka dan menghargai Aya sebagai wanita baik-baik, tapi Elang dengan seenak jidatnya mengatai Aya wanita penggoda.
"Sudahlah, cepat tandatangani, agar kau tak lagi macam-macam." Elang menyodorkan lagi, berkas tersebut untuk di tanda tangani Aya.
Aya 'pun terpaksa menandatangani kontrak itu. Sekarang Aya dalam kendali Elang, dan tak bisa berkutik lagi.
"Mulai sekarang kamu tinggal disini, dan sopir akan mengantar jemput mu kuliah, dan ingat jangan macam-macam," ancam Elang.
"Oke, tapi jangan ikut campur dengan masalah pribadiku dan kuliahku, selama di luar, kau adalah orang asing bagiku."
Aya pun membuat kesepakatan konyol menurutnya, mengikat perjanjian dengan orang yang baru di kenal beberapa hari lalu dari pertemuan yang tidak di sengaja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Asni J Kasim
Hahahaha. Peras terus Aya 😆😆
2022-07-30
0
Asni J Kasim
Kakak, ada typo di sini 🙏
2022-07-30
0
Mutia Kim🍑
Pria tampan😭
2022-07-27
2