"Sialan, pria gila itu lagi,!" geram Anisa yang menyadari kau pria itu adalah pria yang sama yang kemarin menyebabkan dirinya kehilangan pekerjaan.
###
POV Anisa
Aku tak terima dengan perlakuan si pria gila yang sudah dua kali memberikan kesialan pada ku itu, cukup sudah aku bersabar menghadapi perlakuan kasar pria yang bahkan tak ku ketahui namanya itu, namun sudah dua kali menyebabkan kerugian pada ku.
Aku buru buru menghampiri motor ku yang tadi aku parkir tak jauh dari lobi, dengan sedikit terpincang akibat jatuh tadi, aku memacu motor lalu ku buntuti mobil mewah yang pria gila itu naiki tadi, tak akan ku biarkan dia lepas begitu saja, lihat saja aku akan buat perhitungan dengan manusia itu, gumam ku di sepanjang jalan sambil terus memperhatikan arah laju mobil itu, aku tak ingin kehilangan jejaknya.
Nasib baik sepertinya berpihak pada ku kali ini, jalanan macet, ku lihat mobil sedan hitam mewah itu terjebak kemacetan, aku tersenyum puas, dengan motor matik ini aku masih bisa selap selip di antara celah mobil, dan akhirnya aku berada di sebelah mobil pria arogan itu.
Ku ketuk kaca jendela mobil yang tak dapat ku tembus ke dalamnya karena kaca film yang lumanyan gelap, sepertinya kegelapan nya lebih dari 90%, entah lah pokoknya aku tak dapat melihat ke dalamnya, hanya saja aku ingat pria itu tadi naik di kursi penumpang belakang.
Namun alih alih kaca jendela yang turun, malah pintu mobil dari arah sebelah kanan yang terbuka, sementara aku di sebelah kiri mobil itu, terlihat pria itu dengan setelan jas mewahnya turun dari mobil dan menghampiri ku.
Aku sudah waspada, dan aku siap siap berteriak jika dia berani macam macam atau berbuat kasar pada ku, ini jalanan umum, dan keadaan jalan sedang sangat ramai, jadi rasanya hanya orang tak waras saja yang berani berbuat kasar pada seorang wanita dalam kondisi seperti ini.
"Kau memecahkan ponsel ku, kau harus ganti rugi!" ucap ku tak ingin lagi berucap sopan seperti sebelumnya saat bicara dengan pria kasar itu.
"Akan ku ganti, asal kau pinjamkan aku motor mu, ini darurat!" pintanya,
Tentu saja aku tak mau, gila saja dua kali berturut turut dia menyebabkan kerugian dan kesialan bagi ku, jangan jangan dia juga ingin mengambil atau merusak kan motor ku juga, no way !
"Tolonglah ini tentang hidup dan mati seseorang!" kata pria itu memelas, membuatku yang tidak tegaan ini merasa iba, bagaimana jika memang benar benar pria ini sedang dalam keadaan darurat dan benar benar menyangkut masalah nyawa seseorang.
Tapi aku juga sedikit khawatir bagaimana jika itu hanya akal akalannya saja, kebohongan untuk menipu ku, pura pura pinjem motor, lalu di bawa kabur motornya, bukannya pencuri jaman sekarang pada pake pakean rapi bahkan berdasi seperti pria ini?
"Ya sudah kalau memang darurat, sini naik aku bonceng kamu!" ajak ku tanpa pikir panjang lagi.
Aku tak tau dia bohong apa jujur, jadi paling aman kalau aku ikut saja sekalian membuktikan ucapannya, lagi pula dia masih harus mengganti ponsel ku yang rusak.
Pria itu menaiki jok belakang ku, jujur aku grogi, baru pernah memboncengi seorang pria, biasanya aku di bonceng bapak ku, atau dulu di bonceng Alam mantan kekasih ku, kalau boncengin ibu ke pasar sih, sering banget, atau boncengin Luna juga sering kalau dia sedang kumat gilanya, punya banyak mobil mewah tapi milih di bonceng motor matik ku ini.
Persis seperti pria gila ini, dia meninggalkan sedan mewahnya hanya untuk menaiki motor butut ku.
"Ayo lebih cepat lagi, ke rumah sakit Sentosa!" ucap pria itu tak sabaran, sepertinya pria ini tidak berbohong, buktinya dia minta di antar ke rumah sakit, aku semakin menarik tuas gas ku agar cepat sampai sana, aku menyalip di antara celah celah mobil yang berjejer tak bisa bergerak.
Pria yang ku bonceng itu sepertinya ketakutan, ku lihat sekilas dari spion wajahnya terlihat pucat, belum lagi tangan panjangnya yang memegangi erat pinggang melingkar sampai ke perut ku, sampai aku tak bisa bernafas rasanya saking kencangnya dia berpegangan.
"Maaf, bisa kau lepaskan atau paling tidak melonggarkan pegangan mu di pinggang ku, aku tak bisa bernafas!" ucap ku saat motor berhenti karena lampu merah.
Pria itu sepertinya tak menyadari perbuatannya, terbukti saat dirinya langsung melepaskan kedua tangannya dari pinggang ku, tak ada kata apa pun yang keluar dari mulut nya, sepertinya dia malu atau panik karena ku bawa ngebut.
Sebenarnya dia tak usah ketakutan seperti itu aku ini sudah sangat ahli mengendarai motor, lagi pula dia sendiri tadi yang minta cepat cepat, aku hanya mengikuti permintaanya saja.
Tak berapa lama motor yang ku kendarai sampai di pelataran parkir rumah sakit yang di tuju, aku memarkirkan motor ku di sana, sementara pria itu setengah berlari meninggalkan ku yang masih berjalan keluar dari parkiran.
Jangan bilang pria gila itu akan kabur, jangan harap dia bisa melarikan diri dari ku, aku akan mengejarnya meski dia pergi ke neraka sekali pun, enak saja dia pergi tanpa kata, bahkan tak ada ucapan terimakasih yang terucap dari mulutnya, padahal aku sudah berbaik hati mengantarkan nya sampai ke sini.
Bukannya aku tak ikhlas dalam menolong atau pamrih, tapi etikanya, dan normalnya orang ketika sudah di tolong pasti akan mengucapkan terimakasih, kecuali kalau pria itu memang tidak normal dan tidak punya etika.
Aku terus mengejarnya sampai ke dalam ruang Rumah sakit, mengikuti langkahnya dari belakang, menguncinya agar tak lepas dari pandangan ku.
Pria itu terlihat masuk ke dalam sebuah ruangan ICU, setelah seorang Dokter berbincang sebentar dengannya.
Aku terus mengikutinya, sampai langkah ku terhenti di depan pintu sebuah ruangan ICU, terdorong rasa penasaran ku, aku mengintipnya dari celah kaca yang ada di pintu yang tertutup rapat itu, ku perhatikan pria galak itu wajahnya berubah menjadi sangat sendu, tak ada gurat angkuh, dingin dan arogan lagi saat dia mendekati pria tua yang tengah terbaring di ranjang pasien dengan lemah.
Terlihat gurat khawatir kini mendominasi wajah pria yang sebenarnya kalau di perhatikan dengan seksama itu sangat tampan, hanya saja sikap dan perangainya amit amit jabang bayi,,, sungguh bikin ilfeel saat aku mengingat itu semua.
Mungkin aku terlalu asik memperhatikan kebersamaan mereka sampai sampai aku tak sadar kalau pria itu kini berada di hadapan ku, apa aku melamun, sejak tadi?
"Bantu aku sekali lagi, ku mohon!" pria itu memohon pada ku dengan kedua tangannya di lipat di depan dadanya.
"Eh, bantu apa?" aku merasa kebingungan, kenapa dia meminta tolong pada ku? sementara aku saja bukan tenaga medis.
"Ikut aku ke dalam, kau hanya perlu menolong ku dengan mengangguk dan tersenyum saja," ucapanya.
Mengangguk dan tersenyum? pikir ku, dasar orang aneh!
"Hanya mengangguk dan tersenyum saja?" beo ku, lalu di angguki oleh nya.
"Baik, tapi ganti ponsel ku yang kamu rusak tadi!" aku mengajukan syarat.
"Aku setuju, ayo cepat ikut aku masuk!" dia menarik paksa tangan ku agar ikut masuk ke ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Arum
😁😁😁😁😀😀😀 tinggal angguk gk tau dia qw suka crita ini
2022-09-07
1