Pria Galak

Sejak aku memergoki kekasih berengsek ku yang sedang bergumul dengan sahabat ku di rumahnya yang sepi, aku merasa sangat patah hati.

3 tahun aku memperjuangkan cinta kami yang tak mendapat restu dari kedua orang tua ku, namun apa balasan yang aku dapatkan?

Ah,, ini terlalu menyakitkan, mungkin ini balasan karena aku tak mengikuti ucapan orangtua ku, namun akhirnya aku sadar, mungkin ini jawaban kenapa orangtua ku tak menyetujui hubungan ku dengan Alan selama ini.

Terus terang saja penghianatan Alan dengan Luna menyisakan trauma tersendiri pada diri ku, aku jadi tak percaya lagi dengan apa yang namanya cinta, seakan kata cinta itu merupakan alergi tersendiri bagi ku.

Dua bulan berlalu sejak kejadian menyakitkan itu, aku menyibukan diri pada pekerjaan. Oh iya, sebulan yang lalu aku di terima bekerja pada pada sebuah perusahaan furniture ternama, ya,, anggap saja sebagai latihan jika besok atau lusa aku punya galeri sendiri.

Bu Lidya atasan ku memerintahkan aku untuk mendampingi pengantaran dan pemasangan rak dan lemari di salah satu rumah customer, katanya sih, itu customer vip mereka, aku di utus ikut ke sana karena pelanggan itu akan mendesain salah satu ruangan di rumahnya, dan aku yang di utus oleh bu Lidya untuk melakukannya.

Aku membuntuti truk yang mengangkut barang barang dengan mengendarai motor matik kesayangan ku, motor yang selalau setia menemani ku dari jaman kuliah, motor yang aku beli dari hasil patungan tabungan ku dengan uang tabungan bapak, walaupun bekas, setidaknya kami tak harus mencicil kreditan di setiap bulannya, karena kami berhasil membelinya dengan cash.

Truk di depan ku kini memasuki sebuah rumah mewah yang berada di salah satu lingkungan perumahan elit, masuk ke lingkungan itu saja harus melapor pada satpam yang menjaga gapura perumahan itu, bahkan aku harus menunjukkan kartu identitas ku segala rupa, ribet banget ya, masuk kawasan rumah orang kaya, terlalu banyak prosedur.

Aku tadi agak tertinggal dari truk yang berjalan di depan ku, untunglah aku masih dapat menemukannya, truk itu berhenti di salah satu rumah yang mewah seperti yang sering di pakai syuting sinetron di tv, walaupun aku sudah biasa memasuki rumah mewah Luna dulu, tapi kali ini, rumah yang akan aku desain salah satu ruangan nya itu sepertinya berkali kali lipat lebih mewah di banding rumah milik Luna, Ah,,, ngapain juga aku jadi membahas tentang sahabat penghianat itu!

Benar saja, saat seorang asisten rumah tangga mempersilahkan kami untuk masuk, rumah itu benar benar bak istana, barang barang mewah langsung menyambut pemandangan mata ku, aku di ajak ke ruangan yang katanya akan di desain ulang.

Kini aku berada di sebuah kamar yang luasnya sepertinya seluas rumah ku yang hanya tipe 45, ranjang yang super besar, lemari dan barang barang lainnya yang terlihat kokoh dan serasi, mau di desain ulang seperti apa lagi? pikir ku, karena semua sudah terlihat sempurna.

Menurut ku semua masih oke dan tak ada yang salah, aku juga yakin semua penataan ini hasil dari seorang ahli desain interior, terlihat dari sentuhan warna, ukuran barang barang dan tata letaknya sangat bagus, aku sering melihat gaya seperti ini pada contoh contoh gambar yang sering di perlihatkan saat kuliah.

"Maaf, apa pemilik kamar ini menyampaikan pada anda kamar ini ingin di desain ulang seperti apa?" tanya ku pada perempuan paruh baya yang sejak tadi mengantar ku ke kamar ini.

"Saya kurang tau neng, tapi sebentar lagi tuan sepertinya pulang, neng bisa tanyakan langsung sama tuan," jawab wanita yang sepertinya asisten rumah tangga di rumah itu.

Aku mengangguk, lalu aku meminta ijin untuk mengukur dan menggambar juga memfoto ruangan itu agar memudahkan ku nanti dalam mendesain, setidaknya sudah ada gambaran jika si pemilik kamar tidak punya ide.

Aku memulai pekerjaan ku, mengembil gambar setiap sudut dan sisi ruangan kamar itu, termasuk toilet nya juga tak tertinggal, karena barangkali termasuk ruangan yang ingin di desain ulang juga.

Aku menarik sebuah kursi lalu menempatkannya di dekat pintu, aku biarkan pintu kamar itu terbuka karena tak ingin ada kecurigaan dan di nilai tak sopan, bagaimana pun itu adalah ranah pribadi orang lain.

Aku mulai keluarkan sketchbook yang selalu ku bawa kemana pun dan mulai menggambar ruangan itu dari ambang pintu yang terbuka tebar itu.

"Siapa kau,? Kau menghalangi jalan ku!" suara ketus seorang pria mengagetkan ku, dan menghentikan kegiatan menggambar ku.

"Ah, maaf,, apa anda pemilik kamar ini? perkenalkan, saya Anisa, saya yang di tugaskan bu Lidya untuk mendesain ulang kamar anda," aku mengulurkan tangan ku memperkenalkan diri.

"Siapa yang bilang aku akan mendesain ulang kamar ku?" ketus nya tanpa memperdulikan uluran tangan ku, akhirnya aku turunkan lagi tangan ku ke sisi tubuh ku.

"Maaf, tadi saat saya bertanya pada asisten rumah tangga anda, katanya ruangan ini yang akan di desain ulang," jawab ku terbata, aku sungguh takut melihat wajah pria di depan ku ini.

Ganteng sih, gagah sih, namun auranya begitu hitam di mata ku, sikapnya itu lho, judes, galak, dingin, belum apa apa sudah main marah aja, mana angkuh banget lagi, masa di ajak salaman aja gak mau, sombong!

Pria itu memanggil asisten rumah tangganya dengan suara lantangnya lalu dia memarahi ibu tua itu di hadapan ku, aku jadi merasa aku ikut di marahi di sana, aku juga jadi kikuk dengan situasi yang tak mengenakan ini.

"Maaf pak, mungkin ibunya benar benar tak tau, dan bapak juga tidak memberi tahu ruangan mana yang akan di desain ulang, jadi bapak tidak bisa menyalahkan ibu itu begitu saja," entah kekuatan dari mana aku tiba tiba saja ingin membela ibu itu, mungkin karena merasa iba, atau mungkin juga merasa tak tega karena rasanya gara gara aku ibu itu jadi kena marah pria arogan itu.

"Lalu aku harus menyalahkan siapa? Atau memang ini semua salah kau yang tak becus bekerja?" makinya pada ku yang langsung merasa kesal atas tuduhannya itu.

Bagaimana bisa dia menuduh ku tidak becus bekerja, sementara aku saja belum memulai bekerja apa apa, bukannya memang seharusnya dia menunjukan dulu ruangan mana yang akan aku kerjakan, lalu silahkan menilai ku tak becus bekerja jika pekerjaan ku tidak sesuai dengan keinginannya, tapi ini belum apa apa sudah menilai ku tidak becus bekerja, apa apaan pria ini, jangan di kira karena dia orang kaya lalu bisa seenaknya memperlakukan orang lain.

"Maaf pak, tapi saya rasa bapak tak berhak menilai saya seperti itu, dan jika bapak belum belum sudah mengklaim saya tidak becus bekerja, baiklah, saya mohon diri, saya pamit, sepertinya saya juga sudah kehilangan mood saya untuk mendesain ruangan yang bapak inginkan!" ucap ku lalu melengos dan meninggalkan pria itu, tak lupa aku meminta maaf pada asisten rumah tangga itu,karena gara gara aku dia jadi kena marah majikannya.

Terpopuler

Comments

re

re

Galak

2022-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!