..."Karma itu berlaku. Jadi, jangan coba-coba bermain denganya jika tidak ingin menyesal!"...
Di sebuah ruangan bernaunsa putih tampak seorang wanita yang terus mencari berbagai jenis obat. Wanita itu adalah Raya. Mengetahui jika rumah tangga yang ia hancurkan adalah rumah tangga sahabatnya sendiri benar-benar membuat jiwanya terguncang. Raya terus menggeleng-gelengkan kepalanya, menyangkal pada dunia jika bukan dia penyebabnya. Tapi meskipun demikian dirinya tetap merasa sangat bersalah.
Baru saja Raya ingin meneguk berbagai jenis obat yang tidak diketahuinya, karena berniat ingin bunuh diri, seseorang lebih dulu menyentak tanggannya dengan sangat kasar. Raya memberanikan diri melihatnya. Alangkah terkejutnya dia saat melihat dua orang wanita yang menatapnya tajam, mereka adalah Elmira dan Rissa.
"Jangan pernah kamu berniat untuk mengakhiri hidupmu wanita sialan!" teriak Elmira dengan suara nyaring.
Raya tertegun saat melihat orang yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri memaki dirinya dengan sangat nyaring. Elmira yang ada di depannya benar-benar berbeda dari sebelumnya.
Tatapan tajam terus diberikan Elmira dan Rissa, seolah-olah ingin menghabisi, bahkan membunuh Raya.
"Bukan! Bukan Raya Bun! Raya nggak tau apa-apa! Bukan Raya penyebabnya!" Raya menggelengkan kepalanya dengan kuat, bahkan tubuhnya bergetar dengan hebat, pertanda jika jiwanya benar-benar terguncang.
"Sabar Bun." Rissa mengusap punggung Elmira, menenangkan wanita itu agar tidak terbawa emosi.
"Gini Raya Giesella! Sebelum lo memutuskan untuk bunuh diri, kita ada hadiah untuk lo. Ini bahkan sangat special," ucap Rissa tersenyum manis, tapi meskipun demikian, sebenarnya Rissa merasa kasihan pada Raya, perjuangan yang wanita itu lakukan justru tidak membuahkan hasil apa-apa.
"Nih, silahkan lo liat dulu." Rissa menyerahkan map berwarna coklat pada Raya. Itu adalah informasi tentang riwayat kematian Rina Salsabilla.
Raya menerimanya dengan tangan yang bergetar, entah kenapa perasaan tiba-tiba menjadi tidak enak, seolah merasa ada berita buruk di dalam map coklat tersebut.
Raya membukanya dengan perlahan, lalu membaca kata per kata yang tertulis. Tubuh Raya sontak terjatuh saat membaca kata 'Operasi Rina Salsabilla gagal', tidak hanya itu, ada beberapa foto Rina yang sudah terbujur kaku, dan Raya dapat melihat putrinya meninggal dengan air mata yang menetes.
"Ha-ha, kalian harusnya membenci aku! Bukan putriku! Kenapa kalian membunuh dia?" teriak Raya menggelegar.
Plak
Elmira menampar Raya dengan sangat kuat, sehingga membuat sudut bibir wanita itu robek dan berdarah. Elmira benar-benar dibuat marah dan kecewa dengan wanita yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Wanita itu sudah menghancurkan rumah tangga putrinya, dan sekarang justru memfitnah jika putrinya dibunuh.
Plak
Melihat Raya yang masih berani melayangkan tatapan tajam, Elmira kembali melayangkan tamparan di sebelah kanan pipi wanita itu.
"Tidak ada yang berniat membunuh putrimu! Ini semua karma untukmu! Bahkan putrimu meninggal dengan kondisi meneteskan air mata, padahal dia tidak tau apa-apa tentang perbuatan br***sek ibunya!" teriak Elmira lagi.
Tidak tinggal diam, Rissa juga ikut-ikutan menjambak rambut Raya dengan cukup kuat, sehingga membuat sang empunya meringis kesakitan.
"Heh, lo itu orang yang paling jahat yang pernah gue temui tau nggak! Orang kayak lo itu nggak cocok untuk jadi manusia! Lo tau cara berterima kasih nggak sih hah! Lo itu udah dipungut sama keluarga Jonshon! Udah dirawat dengan baik! Tapi kenapa malah tumbuh jadi wanita yang nggak berbeda seperti j*l*ng sih!" teriak Rissa tepat di telingga Raya, lalu melepaskan jambakkan tersebut dengan sangat kasar, sehingga kepala Raya terbentur lantai.
Raya tidak membalas, wanita itu langsung berdiri, kemudian berlari dengan kencang tanpa alas kaki. Tujuannya saat ini hanya rumah sakit Pondok Indah, di mana putrinya dirawat.
Jarak rumah sakit Fatmawati ke Rumah Sakit Pondoh Indah cukup jauh. Tapi jika menggunakan mobil, mungkin akan memakan waktu tiga puluh menit saja.
Raya tidak peduli dengan kakinya terus mengeluarkan darah akibat menginjak batu sepanjang jalan. Tujuannya saat ini hanya Rumah sakit, memastikan jika putrinya baik-baik saja. Raya masih menyangkal dan masih tidak mempercayai ucapan Elmira dan Rissa yang mengatakan jika anaknya sudah meninggal.
Berkali-kali wanita itu terjatuh, sehingga membuat darah mengalir dari lututnya, tapi ia masih tidak peduli akan hal itu. Bahkan penampilannya sudah seperti orang gila.
Sementara Elmira dan Rissa hanya diam, membiarkan Raya berlari menuju rumah sakit dengan kaki yang tel*njang. Tidak ada sedikit pun rasa kasihan pada wanita itu, semua sudah digantikan dengan rasa benci. Elmira dan Rissa lalu berjalan santai menuju parkiran, kemudian menjalankan mobil dengan pelan sambil terus memantau Raya yang terus berlari dengan kaki yang dipenuhi darah. Bahkan kedua wanita itu tertawa dengan garing. Kasihan? Tentu! Tapi rasa benci mereka lebih besar dari pada rasa kasihan.
Hampir satu jam Raya berlari, akhirnya ia sampai di rumah sakit Pondok Indah. Tanpa basa-basi, wanita itu sontak berlari menuju ruangan di mana putrinya dirawat. Darah terus mengalir dari lututnya dan dari telapak kakinya, sehingga membuat jejak darah di lantai rumah sakit.
Tidak sedikit orang yang memandang aneh Raya, apalagi dengan penampilan yang acak-acakkan. Tapi sebagian juga memandang sendu Raya, merasa kasihan, karena melihat air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.
"Rina!"
"Rina!"
Raya terus berteriak di dalam rumah sakit tersebut seperti orang gila. Wanita itu kembali terjatuh saat merasakan perih di telapak kakinya akibat lantai rumah sakit yang teramat dingin dan terasa menusuk. Tapi meskipun demikian ia tetap bangkit kembali, dan berusaha untuk berjalan dengan cepat sambil tangannya bertumpu pada dinding.
Ketika sampai di depan ruangan putrinya di rawat, Raya dapat melihat keluarga Jonshon dan juga keluarga Alden. Semuanya menatap Raya dengan tatapan benci. Hal itu tentu membuat Raya semakin terpukul. Raya sedikit terkejut melihat penampilan Satya yang dipenuhi dengan darah, tapi tidak terluka.
"Kenapa? Mau nanya ini darah siapa? Ini darah kekasih lo, gue udah bunuh dia, bahkan rasanya masih kurang. Gue masih pengen bunuh orang, mungkin gue bisa bunuh lo," ucap Satya yang seolah-olah tau arti tatapan Raya. Laki-laki itu bahkan terkekeh, seolah-seolah apa yang ia lakukan bukanlah suatu kesalahan.
Sementara Rissa yang baru datang sedikit meringis mendengar penuturan suaminya. Kenapa suami hello kitty-nya tiba-tiba berubah mengerikan? Dirinya bahkan tidak pernah mendapati Satya berbicara dingin, dan terkekeh mengerikan seperti itu. Sungguh Satya yang ada di depannya sudah seperti psikopat.
"Sana lo masuk, putri tersayang lo udah nungguin di sana. Setidaknya lo kasih pelukan terakhir, sebelum dikebumikan. Keluarga gue berbaik hati mau membantu pemakaman putri lo. Kenapa? Karena kita kasihan pada gadis polos seperti Rina yang nggak tau apa-apa, tapi harus menanggung atas perbuatan br***sek ibunya sendiri. Ibunya yang tidak memiliki otak, bahkan tidak layak disebut manusia!" ucap Satya dengan dingin.
Tanpa basa-basi Raya lalu masuk ke dalam. Tubuhnya membeku saat melihat putrinya yang sudah ditutupi kain putih.
Kaki Raya berjalan dengan pelan, sedangkan tubuhnya terus bergetar dengan hebat. Perlahan ia membuka kain putih itu dengan pelan. Air mata terus jatuh saat melihat wajah pucat putrinya yang sudah tidak berdaya, bahkan jejak air mata Rina masih terlihat. Raya yang tidak sanggup sontak menjatuhkan kepalanya di atas tubuh Rina yang sudah terbujur kaku tersebut.
"Enggak Rina! Kamu nggak mungkinkan ninggalin Bunda," lirih Raya.
"RINA!"
"RINA BANGUN! Hiks ... hiks ...."
Raya terus menggunjang tubuh Rina dengan terus berteriak dan menangis. Merasa tidak percaya dan tidak rela putrinya pergi.
"Rina kamu harus bangun! Bunda udah ngelakuin ini semua, tapi ini balasan kamu hah! Kenapa kamu harus pergi!" Raya terus berteriak dengan sangat nyaring.
Sementara mereka yang menyaksikan hanya diam tanpa bersuara, tapi Elmira sempat meneteskan air mata, merasa kasihan dengan apa yang menimpa Raya.
"Rina, kita tukaran aja, ya? Biar Bunda yang gantiin kamu tidur di situ, tapi kamu harus bangun. Ka-kamu nggak boleh gini. Bu-bunda janji akan terus membawa kamu ke pemakaman Ayah." Raya semakin mengguncang tubuh Rina, berharap dengan cara itu putrinya bisa kembali.
"Puas kalian? Puas kalian sudah membunuh putriku?" teriak Raya sambil menatap tajam semua yang ada di ruangan.
Elena yang tidak terima dengan fitnah Raya sontak berjalan mendekati dengan sorot mata tajam.
Plak
Plak
Plak
Plak
Elena terus menghujani pipi Raya dengan tamparan yang sangat keras, sehingga darah kembali mengalir dari sudut bibirnya.
"Kamu tidak pantas berbicara seperti itu wanita sialan!" terika Elena sambil menunjuk wajah Raya.
"Ha-ha ini semua juga salah putra Tante! Jika saja ia setia, semua nggak akan mungkin terjadi! Seandainya saja saya tidak menyudahi permainan panas saat itu, maka dapat dipastikan itu akan tetap berlanjut!" balas Raya berteriak.
Elena terdiam, tidak tau harus menjawab apa lagi. Rissa yang kesal sontak berjalan mendekati Raya.
"Heh! Lo itu sama aja kayak Alden! Sama-sama br***sek tau nggak! Lo nggak usah sok suci! Lo juga menikmatikan permainan itu? Lo itu udah mirip j*l*ng tau nggak! Murah banget! Bahkan Rara yang nggak tau apa-apa harus dapat bullyan dari orang-orang, dikatakan j*l*nglah, murahanlah. Padahal yang murah itu elo tau nggak! Sekarang apa? Anak lo meninggal! Semua usaha lo sia-sia! Kenapa? Karena uang pembiayaan anak lo itu uang haram!" Rissa kembali menjambak rambut Raya dengan sangat kuat, lalu mendorong wanita itu dengan sangat kuat, sehingga keningnya berdarah. Tidak ada yang menghentikan perbuatan Rissa, mereka semua kompak diam.
Elmira yang juga sangat kesal langsung berjalan mendekati Raya, kemudian kembali melayangkan tamparan pada pipi wanita itu yang sudah sangat merah.
Plak
Plak
Plak
"Saya menyesal sudah pernah memungut anak tidak tahu diri seperti kamu!" teriak Elmira.
Tidak berapa lama kemudian, polisi datang. Mereka lalu menyerahkan Raya yang tidak berdaya itu kepada polisi, untuk dipidanakan sesuai hukum yang berlaku.
"Tidak! Aku bahkan belum mengantarkan putriku ke peristirahatan terakhir! Hu-hu-hu." Raya berteriak dengan terus berusaha untuk terlepas dari genggaman kedua polisi tersebut.
"Tidak perlu! Kami yang akan mengurus pemakaman putrimu," ucap Abimanyu dengan datar.
"Biarkan aku terbebas sekali saja. Aku bahkan belum membunuh Kenzo sialan itu!" teriak Raya lagi.
Tidak ada yang peduli, kedua polisi tersebut terus menggiring Raya yang masih terus berontak dan berteriak.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Fa Rel
gk rela klo balikan ma alden bkin dia menderita thor
2022-06-20
0
Sheila Valent
up tourr
2022-06-18
0
Yurniati
up
up
update thorr
2022-06-18
0