Kevin terlihat gusar, dan Damar dapat melihatnya dari bayangan Kevin yang terus bergerak tak tentu arah.
"Ahk... gimana bisa sampai ketahuan, ha?" Kevin menjerit. Suaranya sangat nyaring. Ia begitu marah. "Bunuh saja, pastikan kita aman dari kejaran Polisi," ujarnya lagi, entah apa yang dikatakan lawan bicaranya tapi pernyataan Kevin yang terakhir sangat mengejutkan.
Damar dan Emeryl saling berpandangan, mereka baru sadar jika yang dibicarakan Kevin bukanlah hal main-main.
Selang beberapa waktu pintu jendela terbuka, Kevin datang. Ia menatap Damar dan Emeryl yang masih mematung diranjangnya tanpa berkedip.
"Ada apa, Mar?" tanya Kevin. Pemilik suara besar dan tegas itu hanya melewati Damar. Pemuda itu tidak menjawab, Damar hanya memperhatikan Kevin meletakkan ponselnya dan meraih laptop di atas nakas.
"Bang...!" Ucapnya setelah beberapa menit. "Apa setiap malam kau sibuk seperti ini? Bukankah ini malam pertamamu dengannya?" Damar menoleh kearah Emeryl yang masih memeluk kakinya. Ia kasihan mendapati Emeryl yang seakan tertekan karenanya.
Kevin menghela nafas panjang. Persoalannya nampaknya sangat pelik.
"Aku mengalami masalah, Mar. Barang dagangan ku di sita polisi dan itu akan membuatku kesulitan," jawab Kevin. Sesekali memijit kening nya, kemudian fokus lagi pada layar di depannya.
Damar mendekati Kevin, malam itu Ia pastikan mereka bertiga tidak akan ada yang tertidur sampai pagi.
"Berapa kerugiannya?" Damar sangat penasaran, apa keuntungan Damar sesuai dengan kerugiannya hari ini.
"Sekitar 1 Triliun," jawab Kevin, datar.
"Waw, sebanyak itu." Damar sampai menganga tak ayal membayangkan begitu banyak koper untuk menyimpan uang-uang itu.
"Tapi apa gunanya, Mar?" tandas Kevin, kesal. Ia harus membayar modalnya pada Seseorang, dan Orang itu sangat berpengaruh untuk membantu setiap pekerjaannya.
"Em... mungkin anak buahmu itu kurang pintar, Bang. Apa kau tidak menguji kemampuan mereka sebelumnya?" Seloroh Damar lagi sambil tersenyum meledek. Damar tidak pernah marah pada Kevin karena pada dasarnya Damar sudah tahu segala pekerjaannya. "Ikut aku!" Tanpa sopan sedikit pun Damar menarik Kevin keluar kamar tersebut dan masuk keruangan lainnya.
"Bang, aku punya solusi," ujarnya lagi, setengah berbisik.
Kevin tidak memperdulikan Damar, tapi jelas Ia mendengar ucapan pemuda yang dianggapnya masih ingusan itu.
Damar meraih ponselnya lalu menunjukkan beberapa foto wanita yang bekerja di pusat prostitusi, dengan itu Kevin bisa mendapatkan uang dengan cepat.
"Kau tau maksudku?" Damar ingin Kevin menebak sendiri tujuan dari sarannya.
Setelah Kevin mengerti, Pemuda itu langsung tertawa dan merangkul Damar dengan penuh bangga.
"Kau memang cerdas, Mar. Aku selalu mendapat solusi jitu, darimu."
"Tentu saja, Bang. Aku tidak ingin terjadi apa pun denganmu, tapi_." Damar menjeda kalimatnya. Ia terus membayangkan akan kondisi Emeryl di ranjang tadi.
Kevin cukup cerdas untuk membaca isi kepala Damar.
"Dia...," desisnya ditelinga Kevin.
"Kau keberatan?" tanya Damar balik. Ia tersenyum lagi melihat reaksi Kevin.
"Oh, No. Tapi_." Kali ini Kevin yang menahan kalimatnya karena Ia sedikit merasa keberatan. Sebab Kevin sendiri belum pernah menikmati tubuh Emeryl.
Plok!
Damar menepuk pundak Kevin.
"Justru karena dia masih tersegel, maka kau akan mampu mendapatkan uang yang banyak dalam waktu semalam," tandas Damar lagi. Siapa yang mengira diusinya yang jauh delapan tahun dibawa Kevin, Ia punya pikiran sampai kesana.
Setahunya, pekerjaan seperti itu bisa dibayar mencapai ratusan bahkan milyaran jika sang wanita bisa membuat pelanggan yang memesannya terpuaskan.
"Baiklah, kau atur saja semuanya, Mar. Kapan kita mulai?"
Kevin rupanya memutuskan mengikuti petunjuk dari Damar yang dirasa tidak ada salahnya untuk di coba.
"Besok," jawab Damar. "Kita harus membuat dia menjadi memukai lalu kita pajang fotonya di sosial media, tapi pastikan yang pesan adalah laki-laki berdarah biru," jawab Damar lagi, lebih rinci.
Obrolan panjang tercipta, hingga tak terasa Matahari mulai naik.
Pagi-pagi sekali Lana selalu sibuk membantu dua orang pembantunya memasak di dapur. Tapi tak membuat Kevin merasa bersyukur memilikinya.
"Lana, sini kamu!" Panggil Kevin dari pintu.
Lana yang masih memotong sayuran membuka rompi masaknya dan mendekat kearah Kevin.
"Ada apa, Sayang?" Panggilan itu mulai terasa geli dibibir Lana, sebab Ia merasa Kevin tidak bisa Ia miliki seutuhnya. Yang ada dalam benaknya adalah semalaman Kevin telah menghabiskan waktu dengan madunya di kamar utama yang pernah menjadi kamar terindah di hidup Lana.
"Aku mau kau bantu Emeryl berdandan, sebab dia akan menjadi pohon uang ku," jawab Kevin, dingin.
Lana tercengang, benar saja Kevin tidak pernah memperdulikan dirinya. Ia bahkan menjadikan Emeryl sebagai teman mencari kesenangan.
"Ck, kenapa harus aku?" Decih Lana. Ia merasa hatinya sedang ditusuk-tusuk.
"Karena hanya kamu yang mampu melakukannya, aku sedang mengirit uang sebab kita dalam keadaan sulit," ucap Kevin, memberi tahu.
"O ya? Bukankah hasil kerjamu cukup besar?" Perempuan tersebut melewati Kevin menuju kekamar Emeryl. Ia membawakan satu gaun seksi terbaiknya dan juga alat-alat make-up.
Masuk kekamar itu rasanya sangat menjijikan, Kevin pasti melakukan hubungan panas di beberapa tempat dikamar itu dengan para wanitanya dan artinya ruangan tersebut di penuhi oleh noda yang berserakan.
"Hem... haruskah aku masuk kesini lagi? Baunya saja sangat menjijikkan, perutku menjadi mual dibuatnya," ucap Lana seorang diri. Ia menoleh kearah Emeryl yang belum juga mandi dan berantakan merenung diatas ranjang.
Emeryl sendiri tidak mengira, jika Ia harus rela menerima keputusan untuk ikut dengan Kevin demi Kakaknya Dimas.
"Hey, adik maduku!" panggil Lana. Ia paling benci saat bicara, Ia diabaikan begitu saja. "Apa semalam kau mabuk dibuatnya? Bagaimana menurutmu? Dia sangat pandai ya membuatmu sampai lemas seperti ini?" Lana sedikit menjimpit rambut Emeryl yang terasa lengket lalu menatapnya. Pikiran Lana seakan membara, Ia kembali membayangkan apa saja yang baru terjadi diantara suami dan madunya tersebut.
"Ck, sebenarnya aku tidak menyukai kamu, tapi karena terpaksa. Aku harus melakukan ini. Ayo mandi!" Lana menarik lengan Emeryl kekamar mandi lalu memandikan gadis itu layaknya baby sitter. Emeryl hanya pasrah dan menerima saja apa pun perlakuan Lana terhadapnya. Karena baginya Ia hanya seutas Kapas yang bisa saja terbang dengan bebas kemudian hancur tak bersisa.
Usai membantu Emeryl mandi, Lana mulai membersihkan wajahnya dan berlanjut memolesnya dengan barang-barang yang sudah Ia sediakan.
Melihat Emeryl sangat cantik. Lana berdecih lagi. Ia merasa kalah dengan wajah anak bauk kencur tersebut.
"Astaga, mengapa aku mau melakukannya? Kevin pasti akan melupakanku," ujarnya lagi kesal, namun tak punya pilihan selain tetap menyelesaikan pekerjaannya.
"Em...!" Lama-lama Lana kesuh, sebab Emeryl tidak mau menimpali kata-kata yang dilontarkannya.
"Apa Kevin akan mengajakmu pergi?" ujarnya sambil berkaca pinggang mengamati setiap garis wajah Emeryl.
Gadis sembilan belas tahun itu menggeleng. Ia sama sekali tidak tahu rencana Kevin untuknya. Bahkan Ia tidak perduli dengan nasibnya setelah itu.
Lana kembali tersenyum getir, lalu meminta Emeryl memakai baju pilihannya.
"Waw, ini luar biasa Lana. Kau membuatnya sangat cantik hari ini," ujar Kevin yang tiba-tiba muncul dari pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ
Kirain Damar akan datang sebagai penolong buat Emeryl ternyata dia yang memberi ide untuk menjual Emeryl,tidak ada bedanya donk dengan Kevin. Jahatnya,tega menjual istri sendiri.
2022-07-09
3
Laila Umami
gila kali tu or,masak istri y di jual,laki2 bedebah
2022-07-05
2
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
hemmm...gak kevin gak damar,,sama aja bejatnya 😏
2022-06-25
1