Bab 4 Foto

"Berterima kasihlah padaku," sindir Lana sambil tersenyum sarkas. Ia juga ingin diberi pujian oleh suaminya itu.

"Oh.. Sayang. Kau memang istri idaman." Kevin menahan tengkuk Lana dan melabuhkan ciuman lembut dibibirnya.

Lana cukup senang untuk itu, sebab beberapa bulan belakangan Kevin sangat jarang melakukan kehangatan seperti ini padanya.

Selepas mencium Lana, Kevin memegangi kedua pundak Emeryl yang masih duduk di depan cermin. Air mata gadis itu luluh lantah, tak kala merasa jijik mengamati wajahnya dekat dengan Kevin terpatut di depan cermin.

"Sayang, hari ini kau harus menghasilkan uang yang banyak. Dengan begitu aku akan membahagiakan mu," ucap Kevin ditelinga Emeryl. Lana tidak bisa mendengarnya dengan jelas, Ia sudah diburu cemburu melihat itu, lekas Ia memilih pergi menjauhi keduanya.

Selang beberapa waktu, benar saja Lana yang sedang menikmati pemandangan ditaman melihat Kevin keluar membawa Emeryl bersamanya masuk kedalam mobil.

Lana hanya berpikir, jika keduanya pasti akan bersenang-senang dan itu sangat memuakkan.

"Puaskan hatimu Kevin, bahkan kau tak lagi ada waktu untukku," ucap Lana, jengkel.

Dengan kecepatan mobil balapnya, Kevin akhirnya memarkirkan mobil nya di sebuah hotel.

"Ayo turun!" perintah Kevin. Tapi Emeryl masih termangu, tangannya saling meremas satu sama lain. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya ingin Kevin lakukan pada hidupnya.

"Emeryl, kau dengar aku?" pekik Kevin kesal. Ia mendorong pintu dengan kasar lalu memaksa Emeryl keluar dan mengikutinya.

"Bang, kita mau ngapain kesini, Bang?" Emeryl takut pria itu melakukan sesuatu yang membahayakan jiwanya. Kevin tidak peduli. Iya bergegas menanyai satu buah kamar untuk mereka yang dipesan oleh Damar, dan setelah mendapatkan informasi Kevin membawa Emeryl memasuki sebuah kamar.

Rupanya Damar telah ada disana, pemuda itu membawa kamera yang dipergunakan untuk memotret Emeryl.

"Ayo, Sayang. Ganti busanamu dan berfose lah semenarik mungkin!!" perintah Kevin, sesukanya sambil menunjukkan beberapa gaun terbuka diatas ranjang.

Emeryl terlihat bingung, Ia menggeleng dan merasa ngeri jika harus memakai pakaian yang dimintai Kevin.

"Ka_ Kalian mau ngapain, Bang?" Emeryl butuh penjelasan yang bisa menenangkan pikirannya.

Kevin dan Damar bukannya menjawab mereka malah tertawa seakan menghinanya.

"Kamu tidak perlu takut, Sayang. Kamu hanya akan menjadi wanita yang berguna," jawab Kevin kemudian sambil menoel ujung dagu Emeryl yang langsung melengos tidak suka.

"Jika untuk kepentingan negatif, saya tidak mau, Bang." Emeryl berharap dengan meyakinkan Kevin akan penolakannya, pria itu akan mengerti.

Mendengar itu, Kevin tersenyum miring. "Oh, jadi kamu ingin melihat Kakak mu mati rupanya."

"Tapi, Bang. Saya tidak mau melakukan sesuatu yang tidak saya inginkan, Bang." Gadis itu berkaca-kaca.

Melihat itu, Kevin marah besar. Ia menjambak rambut Emeryl sampai wanita tersebut merintih.

"Aw, sakit, Bang. Tolong lepaskan saya, Bang." Emeryl tak sanggup lagi menahan air matanya yang memaksa turun

"Kamu sudah berani padaku, Emer. Kalau begitu kamu terima saja hukumanmu." Kevin menarik rambut Emeryl semakin kencang seakan-akan seperti hendak terlepas.

Damar yang melihat Emeryl kasihan, lagi-lagi merasa iba. Ia pun meminta Kevin untuk menghentikan tindakannya secara halus.

"Cukup, Bang. Jika wajahnya tergores, fotonya akan terlihat jelek dan itu tidak akan menguntungkan kita nanti!"

Kevin yang masih Emosi akhirnya mendengarkan ucapan Damar, dengan terpaksa Ia pun melepaskan tangannya dari rambut Emeryl.

"Kalau tidak mau sakit, cepat lakukan!" Bentak Kevin lagi. "Atau kau mau lihat Dimas mati hari ini!" Kevin meraih ponselnya dan melakukan Vidio Call dengan seseorang.

Emeryl dapat melihat jika Dimas sedang di pegangi dua orang anak buah Kevin. Sedang satu orang lainnya menghajar Dimas. Lalu beberapa saat kemudian pria tersebut menodongkan pistol kearah Kepala Dimas yang sudah tak berdaya.

"Bagaimana menurutmu ha? Hanya dengan satu kata perintah dari mulutku, Dimas akan khek, sekarang juga!" ancam Kevin lagi, sambil tertawa puas.

Emeryl tidak punya pilihan lain, Ia terpaksa bersedia melakukan keinginan Kevin demi Kakaknya dengan berfose sebagaimana arahan Damar padanya.

Foto 1

Foto 2

Foto 3

Kegiatan tersebut cukup menguras energinya, Ia sangat kelelahan sampai-sampai Ia ketiduran.

Sedang di sebuah tempat lainnya. Kevin dan Damar tak menyangka jika hanya dalam satu jam ada tiga orang lebih yang mengajak bertemu dengan mereka untuk bernegosiasi soal Emeryl.

Damar dan Kevin menyeleksi pria mana yang sanggup membayar mereka dengan harga tinggi dan salah satu yang terpilih adalah seorang anak dari seorang penguasa kaya raya di Asia. Pemuda itu adalah pemilik Perusahaan Terbesar yang dikenal dengan PT. Elang Hitam.

"Wah, ini keren, Bang. Dia mau membayar 2 M dalam semalam," ucap Damar penuh takjub.

Kevin mengangguk, bahagia.

"Ide mu memang brilliance, Mar. Aku sangat suka ini. Tapi kenapa dia tidak mau menunjukkan fotonya di sini ya." Pasalnya Pria tersebut hanya mengirim profil berupa gambar burung elang dan namanya juga tidak terlalu menunjukkan kebesaran. Sebab Ia juga hanya menulis nama Elang di tempat itu.

"Iya juga sih, Bang. Tapi_ tunggu, Bang." Damar menurunkan beberapa tulisan di bawa biodata Tersebut.

"Lihat ini!" Damar membacakan beberapa perjanjian yang harus disepakati oleh Kevin.

Saya akan memakai identitas penyamaran, dan jika saya datang memakai topeng. Maka saya pastikan jika itu adalah saya. Oya satu lagi, saya tidak suka penerangan saat saya berhubungan dengannya jadi pastikan lampu itu mati ketika saya masuk...

Kevin dan Damar saling pandang.

"Kenapa begitu? Apa dia takut jika wajahnya terkenal? Apa dia juga tidak mau melihat wajah wanita yang akan disentuhnya? Aneh gak sih, Mar?" tanya Kevin terheran-heran.

Damar hanya mengangkat kedua alisnya tanda tak mengerti.

"Mungkin dia takut namanya tercoreng, Bang. Sebab diakan anak dari orang nomer satu di Asia kan? Dan untuk Kamar yang di buat gelap, saya rasa itu urusannya," tandas Damar, asal.

"Tidak penting juga mengetahui identitas Elang, yang penting adalah uangnya, bukan?" lanjut Damar lagi, lebih meyakinkan keputusan Kevin.

"Kau benar, Mar. Jadi kapan dia akan datang?" tanya Kevin lagi. Tak Sabar.

"Nanti malam, Bang. Sekitar pukul 07.00 malam. Jadi Abang setuju dengan persyaratannya?"

"Apa boleh buat? Katakan saja, saya menunggu kedatangannya di hotel ini?" ujar Kevin lagi, Ia meraih bir di depannya dan meneguknya hingga habis.

Sepertinya Ia memang harus tega membuat Emeryl menjadi pohon uang sebab dia butuh uang untuk membayar Bos nya dengan cepat.

Malam telah berlalu, mereka sudah menyewa perias untuk mempercantik penampilan Emeryl. Gadis polos itu tak bergeming, Ia sudah seperti patung yang tak berdaya. Tidak mengiyakan juga tidak menolak. Sebab Ia tidak ingin Dimas mati ditangan Kevin akibat dirinya memberontak.

Sedangkan Kevin dan Damar terlihat sibuk menunggu. Sebab Elang belum juga datang pada jam yang Ia janjikan.

"Mar, mana? Kok jam segini belum dateng sih?"

Terpopuler

Comments

Yustinate Ate

Yustinate Ate

jangan " si Damar sendiri si Elang hitam

2023-03-22

1

bobo

bobo

kevin sinting

2023-01-29

0

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ

Siapa Elang ? Akankah dia yang nantinya akan menolong Emeryl ?

2022-07-10

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!