pengawal pun mengecek latar belakangnya Zabrina sesuai perintahnya Tuan Almer.
berselang 1 hari pengawal pun memberikan datanya kepada Tuan Almer.
"ini data yang diminta kemarin Tuan" meletakkannya di atas meja.
"terima kasih, nanti saya cek, kamu boleh pergi" perintah nya. pengawalpun keluar.
(disisi Zabrina)
ada Claude yang sedang siap-siap untuk pergi belanja bulanan bersama Zabrina.
"ayo berangkat Zabrina"
"ayo Claude"
sambil memasuki mobil yang di antar supir.
"Claude, bagaimana semalam ? apa kamu di marahi habis-habisan sama Tuan Almer ?" raut wajah Zabrina yang penuh kecemasan terhadap Claude.
"tidak, hanya saja beliau menyuruhku untuk mengajarimu membagi waktu lalu membahas keperluan dapur, jadi mulai sekarang setelah belanja keperluan dapur aku bantu caranya membagi waktu sesuai kontrak kamu" jelasnya membuat Zabrina menghembuskan nafas lega.
"kamu sungguh baik Claude, terima kasih yah" Zabrina pun senang mendengarnya.
"sambil berbelanja nanti aku ingin tau banyak tentang kamu, apa kamu nggak keberatan ?" tanya Claude.
"tidak sama sekali, nanti aku ceritakan padamu" ujar Zabrina.
"ini pasti menyenangkan, kita akan bertukar pengalaman mulai sekarang, yang aku lihat sepertinya hidupmu penuh dengan rintangan yah" Claude asal menebak.
"begitulah Claude" Zabrina pun tersenyum kecut.
sesampainya di supermarket. mengambil 2 troli.
"dikasih berapa sama Tuan Almer kok harus 2 troli ?" kaget Zabrina.
"$658, dan sepertinya ini akan kurang 1 troli lagi, tapi nggak apa-apa, bawa 2 aja dulu" Claude dengan santai nya berbicara seperti itu, karena dia yang mengatur keperluan dapur.
"wow. banyak sekali, setiap bulannya selalu seperti ini ?" tanya Zabrina penasaran.
"tidak setiap bulan, terkadang ada sisanya juga, ayo kita mulai belanja" sambil mendorong troli.
Sedang memilah buah dan sayur mereka pun membahas kehidupan mereka.
"jadi orang tuamu sudah meninggal akibat kecelakaan mobil, jadi sebelum bekerja disini kamu banyak mengambil pekerjaan part time? kamu sungguh wanita yang kuat Zabrina" respon Claude penuh haru.
"tapi untungnya saja aku bertemu dengan Tuan Almer yang bisa menerimaku bekerja dengan gaji awal yang sangat cukup untuk membayar sewa rumah peninggalan orang tuaku dan itupun beliau tidak memandang status pendidikanku, aku merasa sungguh sangat beruntung" jelas Zabrina dengan senyuman nya yang penuh rasa bersyukur membuat Claude merasa sangat kasihan pada Zabrina.
"Zabrina... Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu" sambil berjalan mengambil bumbu dapur.
"ada apa Claude?" tanya Zabrina sambil menata barang di troli.
"sepertinya aku tidak akan lama lagi bekerja di rumah Tuan Almer, karena aku akan menikah bulan depan" ujar Claude merasa sedih begitupun Zabrina.
"terus aku bagaimana disini tanpa bantuanmu Claude?" bingung tercampur aduk rasa bahagia karena mendengar Claude akan menikah.
"aku akan berusaha keras untuk membantumu sampai kamu bisa melakukannya dengan benar, dan itupun hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan" jelasnya.
"apa Tuan Almer mengetahuinya?"
"belum, mungkin aku akan secepatnya bicara pada Tuan Almer" sedihnya, karena mungkin Zabrina datang cukup terlambat.
"aku senang mendengar kamu akan menikah tapi aku juga akan kehilangan kamu dirumah Tuan Almer" mulai berkaca-kaca.
"tenanglah Zabrina, kita bisa atur waktu untuk bertemu" memeluk Zabrina dengan senyuman haru.
"baiklah kalau begitu aku akan berusaha keras supaya bisa mengatur waktu kontrakku" menyeka air matanya dan mulai melanjutkan belanja.
Setelah 2 jam lebih, berbelanja pun selesai. semua belanja di masukan ke dalam mobil di bantu supir.
"sekarang hanya 2 troli, dan lebihannya masih banyak" ujar Claude pada Zabrina.
"iya, mungkin bulan ini tidak terlalu banyak yang di beli yah Claude"
"iya betul" sambil masuk ke dalam mobil yang di susul Zabrina.
(disisi Tuan Almer)
"Zabrina Vamela, lahir di kota Manhattan dan hanya lulusan high school ini memiliki latar belakang yang sederhana, orang tuanya bernama James Recard dan Margaret Vamela yang meninggal beberapa bulan yang lalu, dan Tuan.. ternyata yang saat itu kita tabrak adalah orang tua Zabrina" mendengar penjelasan pengawalnya, Tuan Almer terkejut.
"kamu tidak salah mengecek nya Luis?" mulai berkeringat dingin.
"tidak Tuan, saya sudah mengeceknya langsung ke Rumah Sakit, dan benar saja di laporan dan beberapa berkas tercantum nama Zabrina sebagai anak dari mereka" jelasnya.
"aarrggghh!!! Sialan!! bisa-bisanya Zabrina anak dari mereka yang kita tabrak itu, aku harus bagaimana sekarang?" cemas nya bercampur rasa bersalah.
"saran saya, bagaimana jika Tuan memberi beberapa Finansial untuk Nona Zabrina sebagai penutup kesalahan Tuan" sarannya Luis cukup membuat Tuan Almer berpikir keras.
cukup diam beberapa saat karena syok mendengarnya.
"tapi.. dia bukan dari bagian mata-mata dari Mr. Robert kan?" menilik ke arah pengawal begitu tajam.
"tidak ada Tuan" ujarnya.
"kamu boleh pergi, terima kasih yah infonya" terlihat raut wajahnya stres.
"baik, permisi Tuan" pergi meninggalkan Tuan Almer di ruang kerjanya sendirian.
Dalam sendirinya Tuan Almer mulai di hantui rasa bersalah pada Zabrina. Dahinya berkeringat disertai pucat.
"apa yang harus aku lakukan sekarang? kenapa aku baru kali pertama merasakan perasaan yang aneh seperti ini?" Tuan Almer pun berdiri menghadap jendela, terlihat jelas dari dalam Zabrina baru saja pulang berbelanja bersama Claude.
Tuan Almer merasa dadanya sesak, pikirannya tak karuan hingga akhirnya dia melempar gelas kaca hingga pecah dan mengacak-acak meja kerjanya hingga kacau seperti kapal pecah.
"SIIAAALLAANN!!!" teriakannya ternyata terdengar oleh Zabrina dan Claude.
...
"suara Tuan Almer!!" kaget Claude.
Serentak Claude dan Zabrina berlari.
"biar aku aja Claude, kamu nggak apa-apa kan beresin ini sama yang lain ?"
"ya nggak apa-apa, kalau perlu bantuan panggil aku segera" cemasnya.
"pasti"
Zabrina pun sesegera mungkin menghampiri Tuan Almer di ruang kerjanya.
Spontan membuka pintu tanpa mengetuknya. Melihat Tuan Almer yang terduduk lemas di pojok dekat jendela, raut wajahnya yang sangat kacau, dan Zabrina melihat seisi ruangan sudah berantakan. Zabrina pun mendekati Tuan Almer untuk menenangkannya.
"Tuan ada apa ?" tanya nya cemas.
Tuan Almer hanya terdiam menatap keluar jendela.
"Tuan.. Tuan!! Tuan!!!" menepuk-nepuk pundaknya untuk menyadarkan lamunan Tuan Almer.
"Zabrina.." dera suaranya yang serak, seperti menahan sakit.
"iya Tuan? Tuan apa yang terjadi? Apa Tuan sakit? tunggu sebentar, saya hubungi dokter" namun niat Zabrina di hentikan Tuan Almer dengan memegang tangannya erat kemudian menarik Zabrina hingga terduduk kembali.
"saya tak perlu dokter, saya hanya ingin bertanya" masih dalam keadaan lemas bersandar di tembok.
"apa yang ingin Tuan tanyakan ?" meraba dahinya Tuan Almer.
"kutanyakan sekali lagi, apakah aku adalah orang baik ?" mukanya sangat pucat.
"iya Tuan, Tuan adalah orang baik" meyakinkan Tuan Almer.
"kamu ingat kata-katamu yang kemarin Zabrina? bahwa semua orang pada dasarnya adalah orang baik, terkadang seseorang bisa melakukan sesuatu yang tidak diinginkan demi untuk melanjutkan hidupnya" mengulang perkataan Zabrina yang kemarin.
"betul Tuan" Zabrina pun mulai heran dan semakin tidak mengerti.
"jika saya termasuk orang yang melakukan hal yang tidak diinginkan untuk melanjutkan hidup saya, apa kamu akan pergi dari rumah saya ?" pertanyaan yang semakin membuat Zabrina kebingungan.
"untuk apa saya pergi, mungkin saja Tuan melakukan hal yang tidak diinginkan demi kebaikan Tuan dan semuanya" mencoba berpikiran positif, walaupun Zabrina masih kebingungan.
"tidak seperti itu Zabrina. Tidak seperti itu" Tuan Almer pun menangis.
"Tuan, ceritakan pada saya, apa yang terjadi? saya tidak mengerti" ujar Zabrina.
Mulut Tuan Almer bungkam tak bersuara selain suara tangisan. Kini Tuan Almer duduk saling berhadapan begitu dekat dengan Zabrina.
"maukah kamu menikah dengan saya? besok saya urus semuanya jika kamu menyetujuinya" menatap dalam mata Zabrina.
"me-menikah ?" Zabrina terkejut mendengar perkataan Tuan Almer, majikannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments