Loha✨. Jangan lupa Voment.
Author pov.
Gerald masih sibuk dengan kompresannya, sedangkan Queenze sudah tertidur setelah diminumkan obat penurun panas.
"Ini lah, uda dilarang makin dibikin. Sakit kan jadinya" Gerutu Gerald, kakaknya ini memang keras kepala. Susah diatur padahal sekarang sudah ada yang harus diatur.
Iyalah, si Daminjing tuh harus diatur sama Queen.
Gerald tak pernah tau kapan ini semua bermula, dia menyayangi [Menyukai] kakaknya semenjak kapan juga dia tidak tau. Sedari kecil dia biasa bermanja pada Queenze, tapi..dia tak pernah berdebar sekuat ini.
"Andai kita ada di *******, aku berharap keajaiban datang. Entah itu ternyata kita gak sedarah, atau mungkin aku anak pungot. Gamasalah.."
Nampaknya sirkuit di otak Gerald mulai longgar bun, bicaranya ngawur.
"Dami.."
Gerald diam, sakit hati dia tuh kakaknya malah manggil si Daminjing. Padahal ada Gerald di sisinya selama ini "Kakak, si Daminjing lagi pergi. Selingkuh kali" celetuk Gerald.
Lambemu Ge, ku ***** tau rasa kau😏.
Queenze bernapas dengan terburu, sepertinya dia mimpi buruk "Dami...hiks...Dami bangun..hiks..Dami jangan tinggalin kami..Riel..hiks..sama Ed..hiks..masih butuh kamu.." Racau Queenze lagi.
Gerald bingung, siapa lagi sih Riel sama Ed "Ampun dah, kakak kalau ngigo warbyasah" Gerutu Gerald kemudian menggendong ala koala Queenze.
Dan mengelus punggungnya, menidurkannya seperti menidurkan anak bayi "Hiks..Dami..bangun.." Isaknya lagi dengan mata yang masih terpejam.
Telinga Gerald panas, dia memilih untuk mencium pipi Queenze dan sedikit menjilatnya. "Uda kak, tidur aja yang nyenyak jangan mikirin Daminjing" Ketus Gerald.
Dia menepuk-nepuk bokong Queenze dan menggerakan tubuhnya ke kanan dan kiri. Agar kakaknya itu kembali tertidur. Untung saja Queenze langsung tidur lagi tanpa harus ngingoin Damian.
"Selingkuh napa lo njing, biar putus dari kakak gue" gerutu Gerald, dia berharap Damian buat ulah di Amerika sana. Biar mereka putus dan Gerald bisa memiliki Queenze untuk dirinya sendiri.
Gila lo Ge, otak lu kudu di cuci pake sunlight-Batin Gerald.
Tak mau melanjutkan pemikiran gilanya, Gerald memilih untuk meletakan kembali Queenze ke kasur.
"Aaaaa gamauuuu, Queen mau digendong aja...hiks Queen gamau turun" Queenze merengek dan malah mengeratkan pelukannya.
Dengan kedua kakinya yang melingkar di pinggang Gerald. Membuat pemuda tampan yang mirip artis koriyah itu bingung sendiri. Wajahnya bersemu saat merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh dadanya.
"Huft, yaudah sini Ge gendong aja" Gumamnya dan kembali melakukan hal sebelumnya. Gerald tak bisa menolak keinginan kakaknya yang jarang sakit ini.
Queenze menyamankan wajahnya di leher Gerald dan kembali tidur "Huem..Dami..jangan turunin Queen.." Bisik Queenze. Untung Gerald gak denger, sempet tuh bocah dia pasti patah liver ***.
.
.
.
3 hari kemudian.
Damian sebenarnya enggan, kantor ditempatnya bekerja sedang mengadakan acara minum-minum untuk semua karyawannya. Bukan karena Damian tak kuat minum, dia jagonya dalam hal minum-minum.
Tapi yang jadi masalahnya, Queenze tak suka Pria peminum. Jika Queenze tau mungkin Damian akan didepak dari daftar calon suami Queenze kelak.
"Minum Dam, lo gakuat minum ya?"
Damian menoleh, pemuda tampan berwajah mirip Taehyung itu menyodorkannya segelas wine.
Damian menggeleng "Enggak Rae, gue gamau. Nanti Queen marah kalau gue minum-minum" Ujar Damian tenang dan memakan steak di hadapannya.
Rae mendengus "Lo liat Sean tuh, semenjak dia pacaran sama Buk Arini. Sean jadi makin kayak bocil, ya sama kayak lo" Celetuk Tarae.
Damian mendengus "Urus aja si Kiki, gausah urursin gue." Ketus Damian kesal.
"Cemen lo, minum seteguk aja kali. Agata gabakal tau. Dia di Jakarta lo di Amerika, gimana dia bisa tau nyet" Sinis Tarae kemudian kembali meminum winenya.
Damian berfikir, benar juga. Lagipula Damian sudah lama sekali tidak minum-minum semenjak dia pindah ke Jakarta "Yaudah deh, 1 gelas gabakal buat gue mabuk" Gumam Damian dan meraih gelas pemberian Tarae tadi.
Dan meneguknya cepat, tanpa Damian sadari. Jika mata-mata Queenze sudah memotret Damian yang sedang minum wine tadi.
Dan mengirimnya pada Queenze segera "Hoho, bagusan lo putus dari temen gue. Lo mah terlalu rendah untuk Queenze, Queenze pantes dapetin lebih seperti Daeun yang gantengnya mirip Cha eunwoo" Gumam Aulyta sinis.
Dia kan tak pernah suka melihat Damian, laki-laki manja yang hanya tau menyusahkan Queenze saja.
Sedikit-sedikit nangis, apa-apa nangis. Air matanya kagak habis apa.
..........
10:34 waktu Jakarta.
Di waktu yang sama, Queenze sedang duduk di kursi taman sambil membaca sebuah artikel terkait tempat KKN nya.
Dia akan KKN di tempat Damian berada, tapi masih 2 bulan lagi dia kesana. Jadi masih ada waktu untuk menyiapkan semuanya.
Sedang asik-asiknya membaca, ada tangan yang menutupi matanya sampai membuat semuanya gelap. Queenze terdiam, dia tau ini tangan siapa.
"Bange, lo ngapai nutupin mata gue njir" Ketus Queenze seraya menyingkirkan tangan Bange [Daeun]. Daeun tertawa pelan dan memeluk leher Queenze, menyenderkan kepalanya di bahu Queenze sejenak.
"Gue pusing moncan, Dosen gue ngasih tugas gak pandang kulit. Huhuuu" Curhat Daeun, Queenze mendecih dan menyingkirkan tangan serta wajah Daeun dari lehernya.
"Awas lo, ngapai peluk-peluk gue" Sinis Queenze. Daeun merengut sejenak kemudian ikut duduk di sebelahnya.
Sekarang Bange uda jinak guys, dia seperti anak bebek yang akan menurut dengan apapun yang Queenze katakan. Dia mengintili kemanapun Queenze pergi, bagi Bange Queenze itu seperti kakaknya.
Daeun menidurkan kepalanya di paha Queenze dan memejamkan matanya "Bentar doang, gapapa kan?" Bisik Daeun sambil menatap wajah cantik Queenze dari bawah.
Queenze menghela napas pendek, jika saja si Bange ini bukan adik sepupunya. Sudah Queenze tampol dia pakai binder mutualnya. Tangannya dibawa untuk mengelus rambut hitam kepirangam Daeun.
Membuat pemuda itu tertidur. Semua orang sudah tau kalau mereka hanya sepupuan, jadi tak ada gosip aneh.
Sedang asik-asiknya membaca, Queenze mendapat pesan berisikan foto yang sangat membuatnya sakit hati. Tapi...perasaan kecewa lebih mendominasinya saat ini.
Genggamannya pada ponsel mengerat, hampir-hampir meretakan layar ponselnya "Sial..gini ternyata kelakuan lo Dami" Bisik Queenze.
Tatapan matanya berubah dingin, bahkan sangat dingin. Senyum miring terbentuk sempurna di wajah cantiknya "Oi Bange" Panggil Queenze pelan seraya menyentil dahi Daeun.
Daeun membuka matanya sedikit dan mengerjab "Aaaaaa~jangan gitu ah, Daeun mau tidur" Rengeknya tanpa sadar. Queenze mendengus geli.
"Bangun, mau kencan sama gue gak?"
Daeun langsung membuka matanya dan menatap binar Queenze, dia bangkit, duduk disebelah Queenze "Beneran!? Kita mau kencan kemana!?" Tanya Daeun semangat.
Queenze menyeringai "Ke Amerika"
Yap, Queenze akan ke Amerika. Foto yang Auly kirimkan cukup menghancurkan hatinya. Dan jika Damian bisa seperti itu, maka Queenze juga bisa.
Dia akan kesana, dan memberi hukuman setimpal pada Damian. Lihat saja, Damian pasti akan memohon di kakinya.
Ini tak sebanding dengan kenyataan dan apa yang Queenze lihat. Syalan sekali. Queen segera menghubungi Gerald untuk memesankannya tiket.
"
Halo Ge"
"Iya kak?"
"Pesenin kakak tiket ke Amerika untuk 2 orang"
"2 orang? Ge gabisa ikut kak, soalnya mau temui dospem-"
"Siapa yang ngajak kamu, kakak perginya sama Daeun"
Gerald membeku di ujung sana, kakaknya mau pergi sama sepupu gilanya itu!? DAN GERALD GAK DIAJAK!? SUNGGUH TEGANYA-TEGANYA-TEGANYA-TEGANYA-TEGANYA KAK QUEENZE PADANYA.
Gerald melengkungkan bibirnya ke bawah, ujung matanya berkedut.
"Hiks..kakak gak sayang Ge lagi..hiks..GE MAU IKUT!! HUAAAAAAAAAA GE MAU IKUUUUT!! IKUT-IKUT-IKUT!!!! POKOKNYA GE MAU IKUT!!"
Queen menjauhkan ponselnya, suara Gerald merusak gendang telinganya, mengerikan sekali. "Iya-iya, siapin 3 tiket. Kamu juga ikut, uda jangan nangis ah" Ucap Queenze mengalah.
Gerald menghentikan tangisnya dan tersenyum lebar, walau tau Queen tak akan melihat itu. "Heheh oke kak"
Queen heran, kenapa hidupnya selalu di kelilingi laki-laki manja dan cengeng.
.
.
.
7:49 pagi waktu Amerika.
Damian mengerjab sejenak, cahaya hangat masuk dan menusuk mata Damian. Pemuda yang semalaman tanpa sadar mabuk dan melupakan apa yang terjadi selanjutnya.
"Ck, ini alasan gue gamau minum lagi" Gumam Damian seraya bangun dan duduk di kasur lebar. Dia memandang tubuhnya yang tidak mengenakan apapun.
Dan juga "Sial...siapa yang gue tiduri!?" Damian panik, dia naked 100% dan ini bukan kamarnya.
Kamarnya kosong, tak ada tanda-tanda perempuan lain disini. Damian meremat rambutnya kuat dan memukulnya "Bego! Damian lo bego!! Kalau Queen tau-"
"Kalau gue tau?"
Damian membeku, suara yang terdengar amat dingin dan menusuk itu masuk ke telinga Damian. Damian menoleh perlahan ke arah pintu kamar yang baru saja terbuka.
Disana ada Queenze, Gerald, Daeun, Auly dan seorang pria lainnya. Damian menutupi tubuhnya dengan selimut saat melihat raut wajah Queenze.
"Kalian diluar, biar ini jadi urursan gue" Ujarnya dingin dan mutlak. Mereka mengangguk lalu berlalu, Queenze mengunci pintu kamar dan berjalan mendekat.
Damian gemetar, dia takut sekali saat ini. Dia tak pernah membayangkan Queenze akan datang ke Amerika.
"Q-queen-"
"Oi, jangan panggil gue Queen lagi. Lo gak berhak, panggil gue Agata" Damian terhenyak, tamat sudah riwayatnya. Queenze benar-benar marah padanya.
"T-tapi..kenapa.." Lirih Damian sedih, matanya sudah berkaca-kaca ditambah dengan bibir yang bergetar menahan tangis. Kerongkongannya terasa sakit karena menahan perasaan sesak di hatinya.
Queenze bersideka dada "Lo tanya lagi kenapa!? Setelah lo ciuman dan ***-*** sama cewek lain lo tanya lagi kenapa!? lo waras Dam?"
Wajah Damian pucat, Queenze benar-benar marah padanya. Sangat, amat, marah "A-aku gak sadar...hiks..aku mabuk Queen...hiks..maaf..." Lirih Damian memelas.
Queenze mendecih jijik "Emang bener ya, cowok kalau jauh dari pacarnya dan gak pernah kontakan, pasti lagi selingkuh. Dan lo buktinya" ucapan itu menusuk hati Damian.
Dia menggeleng ribut kemudian turun dari kasur, dengan tubuh yang masih bergelung dengan selimut. Dia mendekati Queenze dengan paniknya.
"Enggak Queen..hiks..aku gak selingkuh..hiks..aku gak ingat apa-apa suer, hiks..percaya sama aku...hiks..aku gak selingkuh.." Mohon Damian dan dia hendak menyentuh pipi Queenze.
Tapi Queenze segera menampiknya kuat "Jangan sentuh gue, dengan tangan kotor lo itu. Camkan ini Damian, mulai hari ini kita putus! Gue gak sudi pacaran sama cowok yang uda gak perjaka lagi!!"
Damian mematung, bahkan ketika Queenze berlalu dan keluar dari kamar. Damian masih mematung di tempatnya "H..hah?..p-putus.."
Mampus..
..........
Queenze merenung, dia baru saja masuk ke dalam mobil bersama Daeun dan Gerald. Damian tak mengejarnya, berarti memang Damian tak masalah putus dengannya.
"Kakak...kakak gak papa?" Tanya Gerald perlahan dan hati-hati, dia menyentuh bahu Queenze sejenak.
Queenze menggeleng "Gapapa, ini kan memang sudah seharusnya. Lagian ternyata dia uda pernah masuk ke sangkar lain, nunutnya gak dijaga.." Gumam Queenze datar dan terdengar kosong.
Gerald prihatin, dia memeluk sang kakak dan mengelus kepalanya. Daeun ingin mengintrupsi tapi Gerald sudah memicingkan matanya tajam agar pemuda itu diam.
"Kita mau pulang atau jalan-jalan dulu?" Tanya Daeun.
"Pulang aja, pulang ke indo. Aku mau pergi ke tempat lain lagi soalnya, sendirian" jawab Queenze. Oke mau tak mau dua pemuda itu harus menuruti keinginan Queenze.
Queenze menyamankan posisinya di dada Gerald, dan memejamkan matanya. Ingatan buruk beberapa jam yang lalu masuk ke kepalanya.
"Kakak kenapa?" mereka bertiga sudah sampai di tempat yang Auly katakan. Hotel Jasmine kamar nomer 999.
"Diam" Oke Gerald diam sekarang, Queenze sampai di depan kamar itu "Jadi gimana? Mana tuh cewek ****** biar gue habisin" Queenze langsung berbicara sedingin itu begitu sampai.
Aulyta dan Tarae mendorong gadis yang sudah berani mencium bibir Damiannya, segera Queenze menjambak rambutnya dan mendongakan kepalanya.
"ck, dia bahkan gak lebih tinggi dariku" Sinis Queenze. Gadis eksotis berambur pirang keputihan itu meringis saat jambakan di kepalanya menguat.
"Hey miss, why you so angry like this, we have bussines? I even don't know who are you" Bisik wanita itu. Queen melebarkan senyumnya dan menguatkan jambakannya.
"I am Damian's girlfriend, and who are you *****?" Jawab Queenzs santai, wanita itu menggeram emosi. Tapi dia tak bisa melawan karena gadis di depannya ini sangat mengerikan.
"Dia itu cewek yang pernah Damian tiduri, dulu waktu umur 15 tahun Damian uda gak perjaka lagi. Dia dibebasin orang tuanya semasa di Amsterdam, jadinya dia terlalu bebas kek binatang liar" Jelas Tarae yang.
Tarae sudah mencari asal usul Damian semasa di Amsterdam, dan isinya itu cuma tentang mabuk-mabuk an, ONS dengan 20 gadis yang berbeda dan berfoya-foya saja.
Queenze membeku, dia langsung melepaskan jambakannya dan membersihkannya dengan tisu basah.
"Iuw, menjijikan"
Queenze tak menyangka, dia kira Damian polos. Tapi cowok polos mana yang minta ***** pas masih pacaran, ternyata dia liar sekali waktu di Amsterdam.
"Anak nakal harus diberi pelajaran, kalian urus perempuan ini. Biar Damian jadi urusan gue" Queenze langsung masuk ke kamar dan menemukan Damian yang tertidur di kasur.
Terlentang dengan muka memerahnya efek mabuk, Queenze berjalan mendekat dengan raut muka datar.
"Anak nakal, kamu harus aku hukum dulu biar jera. Enak aja kamu uda pernah masukin nunut kamu ke lubang lain, kegatelan banget jadi cowok"
Queenze melepaskan jas Damian lalu melemparnya asal, lalu membuka kancing kemeja dan membuang kemejanya asal.
"Eung...mual..hiks..mau muntah.."
Queenze hanya melirik sedikit, Damian nampak mengerutkan dahinya dan membekap mulutnya, dia mau muntah. "Sini, muntahin di sini" Ujar Queenze perlahan seraya mengambil ember kecil dibawah nakas.
Dan membantu Damian untuk bangun, matanya terbuka sedikit dan terlihat sayu "Queen?...hehe..Queen datang...kok bisa?" racau Damian.
"Gausah bacot, muntah cepet" Ketus Queenze, Damian merengut tapi secepat kilat dia membekap mulutnya.
"Sini-sini"
Queenze mengarahkan ember kecil itu ke hadapan Damian, pemuda itu langsung memegang embernya dan memuntahkan apa yang sudah dimakannya tadi.
"Hueeeek...hiks...hueeeeeek.."
Queenze memijit tengkuk Damian perlahan agar meredakan rasa mualnya. "Uda?" Tanya Queenze.
Damian mengangguk "Uda.." Lirihnya seraya mendongak dan menjauhkan ember itu. Queenze berdecak sebal dan menyeka sisa muntahan di sudut bibir Damian, lalu meletakan ember itu dibawah.
"Uda, tidur lagi sana" Damian menurut, dia kembali tiduran dan memejamkan matanya. Dengan tangan Queenze yang di genggamnya erat.
Queenze melepaskan genggaman Damian perlahan, dan melanjutkan pekerjaannya. Dia akan melucuti Damian sampai telanjang, ber akting seakan Damian sudah meniduri gadis lain.
Lalu Queenze akan minta putus, ini semua hukuman karena Damian melanggar apa yang Queenze katakan. Agar jangan mabuk dan jangan selingkuh, dan dengan seenak jidatnya tuh cewek tadi nyipok bibir Damian.
Yang notabenenya adalah milik Queenze.
Queenze hampir terlelap, jika saja dering ponselnya tak mengganggu.
"Ck, siapa sih" Gerutunya kemudian mengangkat telepon itu.
"Halo"
"QUEEN GAWAT!! LO HARUS SEGERA KE KANTOR GUE SEKARANG!"
"Males ngab, gue mau pulang-"
"MANTAN LO NGAMUK DISINI ANJING! DIA SAMPAI HARUS BAKU HANTAM SAMA KARYAWAN LAIN!! LO APAIN DIA TADI HAH!?"
kini Queenze sudah melek sempurna, dia menegakan tubuhnya "Gila, oke gue kesana sekarang. Lo awasi aja tuh bocah, jangan sampe dia bundir."
"Oke ngab!"
"DAEUN KITA KE KANTOR DAMIAN SEKARANG! PUTAR BALIK!"
"AYE-AYE CAPTAIN!!"
Dan nampaknya, hukuman Damian dibatalkan. Masih mending ketimbang tuh bocah bundir atau lebih parahnya bunuhin orang.
Kan...parah.
Tbc..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments