Bab 8

Queenze tengah menyuapi Gerald makan malamnya, adiknya itu tak akan mau makan jika bukan Queenze yang menyuapi. Selama di rumah sakit ya.

"Kakak" Panggil Gerald pelan, dia memilin ujung kemeja biru yang Queenze kenakan. Queenze berdehem dan menyeka sisa makanan di sudut bibir Gerald dan menjilatnya.

Gerald ragu untuk berbicara, dia mengambil nampan makanan dari tangan Queenze dan meletakannya di nakas. Lalu bergerak masuk ke pelukan Queenze, menyerukan kepalanya di leher Queenze dan memejamkan matanya.

"Kak...kakak jangan deket-deket Damian...dia jahat.." Cicit Gerald bergetar, dia tak mau kakaknya kenapa-napa jika berurusan dengan Damian.

Queenze tak menjawab, dia mengelus punggung ringkih Gerald. Dan menyamankan kepalanya di leher Gerald, dia belum bisa bilang jika dia sudah menjalin kasih dengan Damian.

Gerald melepas pelukannya dan menangkup wajah Queenze, kakak yang sangat dia sayangi ini tak boleh terluka. Kakaknya harus bahagia, Gerald akan menghajar siapapun yang melukai Kakaknya ini.

"Gerald sayang kakak" Bisik Gerald, tatapan matanya tulus sekali. Queenze terharu melihatnya, biasanya Gerald hanya akan mendebatnya, tak pernah lembut padanya.

Queenze mengelus kedua tangan Gerald yang ada di pipinya "Kakak juga sayang Gerald, cepat sembuh ya" Ujarnya lembut.

Gerald mengangguk, dia memilih untuk kembali tidur di ranjang, mengarahkan tangan Queenze ke kepalanya "Elus, Ge mau tidur" Pinta Gerald memelas.

Queenze melakukannya, dia mengelus rambut Gerald sampai adiknya itu tidur. Dia mengambil remote tv dan memilih untuk menonton.

Tangannya berhenti saat berita penemuan mayat disiarkan. "Mengerikan, jahat sekali orang yang membunuhnya-"

"Mayat dikenali dengan nama Talia Aldibaren-"

DEG!

Tubuh Queenze menegang, matanya membola tak percaya terlebih ketika foto Talia diperlihatkan di tv. Queenze tak percaya..baru tadi siang dia dan Talia bercanda dan tertawa.

Baru tadi siang Talia berceloteh bahagia karena dia dan Devon akan bertunangan saat mereka lulus 7 bulan lagi. Baru...tadi..siang..semua terasa singkat..baru tadi siang Talia bersamanya.

Tanpa sadar napas Queenze memberat, air mata tumpah dan mengalir di kedua pipinya "Talia...hiks..ini gak mungkin.." Lirih Queenze menolak untuk percaya.

Dengan tangan yang tadinya mengelus Gerald, Queenze menelepon seseorang yang terlintas di kepalanya.

Membuat Gerald yang kehilangan elusan nyamannya terbangun "Kakak.." Bisiknya seraya bangun dan mengucek matanya. Dia terbelalak melihat kakaknya yang menangis sambil menggigit ujung jarinya sampai terluka.

"Kakak!! Jangan gigit jarimu!" Gerald berseru panik dan menahan tangan Queenze, Queenze tak perduli.

"Halo Queen"

"D-damian..hiks..Talia..Talia pergi..hiks..Damian.."

"Queen tenang, atur napas kamu sayang. Kamu dimana sekarang, biar aku kesana"

Queenze masih menangis "Talia pergi..huaaaaa sahabat aku pergi Dami! Dia uda gak ada..hiks..dia pergiii!!" Queenze histeris, membuat Gerald dan Damian panik.

Gerald segera memeluk Queenze "Kakak jangan nangis" Ujarnya bergetar, dia ingin menangis melihat kakaknya seperti ini.

"Dami!! Talia pergi..huaaaaaaa...Talia uda gak ada..hiks..Taliaaaaaaa!!"

Queenze menjatuhkan ponselnya dan membalas pelukan Gerald, dia tak sanggup menerima kenyataan ini. Talia adalah teman satu-satunya yang Queenze miliki, hanya Talia yang menemaninya sejak mereka kelas 7 SMP.

Kematian mendadak yang Talia alami mengguncang Queenze, dia tak percaya dan tak mau percaya "Gak mungkin...hiks..kasian Devon...dia..dia pasti...hiks..Taliaaaaa...hiks..TATA LO TEGA NINGGALIN GUE!!"

Gerald tak bisa berbuat banyak, dia masih mengelus punggung Queenze dan membisikan kalimat penenang. Sedangkan Damian termangu di tempatnya berdiri saat ini.

Di tangannya ada polaroid yang diambilnya dari selempang Talia, polaroid berisi foto Queenzenyang sedang tersenyum.

Jika Damian tau Talia adalah teman baik Queenze, maka Damian tak akan membunuhnya. Damian mematikan sambungan dan mengambil jaket hitamnya.

Disaat seperti ini, Damian harus menjadi senderan bagi Queenze. Dia mengamati titik merah yang menjadi lokasi Queenze saat ini.

"Maafin aku Queen.." Lirihnya merasa bersalah. Ini adalah pembunuhan yang Damian sesali, dan mungkin akan menjadi penyesalan terbesar seumur hidup Damian.

Mengambil nyawa teman baik kekasih yang sangat dia cintai.

Tbc..

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

HERANNYA KNP PERBUATAN DAMIAN TDK TERENDUS POLISI, TERUS APA QUEEN GK CURIGA DGN DAMI, BKNKH QUEEN TAU KLO DAMI HAMPIR BUNUH ADIKNYA, DN UCAPAN SI ORTU IBLIS YG BLG DAMI SUKA MMBUNUH

2023-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!